RSS

laporan kkl q semester 4



LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
TAKSONOMI TUMBUHAN TINGGI

DI KEBUN RAYA PURWODADI – LIPI






Disusun oleh :
Nama : Karina Puspa Galih
NIM :11620023













JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Taksonomi tumbuhan adalah sebuah ilmu yang mengkhususkan diri dalam kegiatan identifikasi tumbuhan serta penempatan dan pemberian nama bagi tumbuhan-tumbuhan baru. Kegiatan ini sangat dipengaruhi dari keadaan morfologi dan anatomi dari tumbuhan yang dimaksud. Karena, Klasifikasi Tumbuhan adalah proses penempatan tumbuhan ke dalam tingkatannya masing-masing berdasarkan persamaan ciri-ciri yang tampak, baik dari sisi morfologi ataupun dari segi anatominya.
Di Indonesia sendiri memiliki suatu tempat yang dikhususkan dalam pemeliharaan tumbuhan dengan tujuan penelitian maupun pembiakan tumbuhan-tumbuhan yang sudah tergolong langka. Di Indonesia terdapat empat Kebun Raya yang erat kaitannya dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Untuk itu dilakukan KKL di Kebun Raya Purwodadi dengan aspek lingkungan dataran rendah dan kering, agar siswa jurusan Biologi angkatan 2011 kini dapat mengerti tumbuhan apa saja yang di pelihara di Kebun Raya Puwodadi dengan bimbingan langsung dari orang LIPI, tentang bagaimana ciri-ciri tumbuhan tersebut apakah ada ciri khusus dari masing-masing spesies. Dan di samping itu bisa untuk berekreasi, merefresh pikiran dan kemungkinan yang lain.

1.2.Tujuan
Tujuan dari dilakukannya KKL di KR. Purwodadi inni diantaranya:
1)      Untuk mengetahui keanekaragaman tumbuhan tingkat tinggi di Kebun Raya dan mengadakan pengamatan terhadap spesies
2)      Untuk mengetahui ciri khusus atau karakteristik dari masing-masing spesies.

1.3.Manfaat
Manfaat dari dilakukannya KKL di KR. Purwodadi ini diantaranya :
1)      Mahasiswa dapat mengetahui keanekaragaman tumbuhan tingkat tinggi di Kebun Raya dan dapat mengamati spesies
2)      Mahasiswa dapat mengetahui ciri khusus atau karakteristik dari masing-masing spesies



























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau, tersebar dari Sabang hingga ke Merauke. Sebagian besar dari pulau-pulau tersebut merupakan pulau-pulau berukuran kecil yang memiliki keanekaragaman tumbuhan, hewan, jasad renik yang tinggi. Hal ini terjadi karena keadaan alam yang berbeda dari satu pulau ke pulau lainnya, bahkan dari satu tempat ke tempat lainnya dalam pulau yang sama. Sistem perpaduan antara sumber daya hayati dan tempat hidupnya yang khas itu, menumbuhkan berbagai ekosistem, yang masing-masing menampilkan kekhususan pula dalam kehidupan jenis-jenis yang terdapat didalamnya, diantaranya adalah ekosistem hutan (Irwanto, 2007).
Hutan akan lestari apabila proses regenerasi tegakan berjalan baik, dengan melalui pemudaan alam atau buatan. Pemudaan hutan mutlak dilakukan terhadap setiap kawasan hutan agar dapat berfungsi secara maksimal dan berkelanjutan (Indriyanto, 2008). Pemudaan merupakan proses regenerasi tegakan hutan, baik mengandalkan proses alam maupun penanganan manusia. Setiap tahap proses perkembangannya, mudah tidaknya pemudaan di suatu kawasan hutan bergantung pada sifat-sifat jenis tegakan, tempat tumbuh, proses-proses daur air dan hara (Alikodra, 1997, Indriyanto, 2008).
Jenis-jenis pohon dapat tumbuh disuatu tempat dengan kecepatan pertumbuhan yang berbeda-beda, termasuk tumbuhan yang ada di kawasan hutan di kawasan konservasi Taman Margasatwa Ragunan. Hal ini tergantung oleh faktor tempat tumbuh yang merupakan gabungan dari iklim dan tanah (Kadri, 1992).

A.    Komposisi  dan Keanekaragaman jenis
Struktur tumbuhan adalah organisasi individu – individu di dalam ruang yang membentuk tipe vegetasi atau asosiasi tumbuhan. Komposisi tumbuhan merupakan jumlah jenis yang terdapat dalam suatu komunitas tumbuhan (Purborini, 2006). Menurut Kershaw (1973), struktur vegetasi terdiri dari 3 penyusun, yaitu:

1.      Struktur vegetasi berupa vegetasi secara vertikal yang merupakan diagram profil yang melukiskan lapisan pohon, tihang, sapihan, semai dan herba penyusun vegetasi.
2.      Sebaran horizontal dari jenis-jenis penyusun komunitas yang menggambarkan letak dari suatu individu terhadap individu lain.
3.      Penyusun vegetasi ada 5 aras, yaitu fisiognomi vegetasi, struktur biomassa, life form ( growth form ), struktur floristik dan struktur tegakan ( Mueler-Dumbois & Ellenberg, 1974 ).

Struktur suatu masyarakat tumbuhan pada hutan hujan tropika basah dapat dilihat dari gambaran umum stratifikasi pohon-pohon perdu dan herba tanah. Kershaw (1973) menyatakan, stratifikasi hutan hujan tropika dapat dibedakan menjadi 5 lapisan, yaitu : Lapisan A (lapisan pohon-pohon yang tertinggi atau emergent), lapisan B dan C (lapisan pohon-pohon yang berukuran sedang), lapisan D (lapisan semak dan belukar) dan lapisan E (lantai hutan). Komposisi atau kekayaan jenis adalah jumlah jenis pada suatu area/ komunitas. Komposisi jenis suatu komunitas sangat penting karena komunitas sebagian besar ditentukan oleh dasar-dasar floristik (jenis-jenis yang terdapat dalam suatu komunitas). Beberapa komunitas memiliki fisiognomi (kenampakan luar) serupa, tetapi berbeda dalam identitas jenis dominan atas jenis penyusun lainnya (Rusmendro, 2007).
Suatu daerah yang didominansi oleh hanya jenis-jenis tertentu saja, maka daerah tersebut dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang rendah. Keanekaragaman jenis yang tinggi menunjukan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas yang tinggi, karena di dalam komunitas itu terjadi interaksi antara jenis yang tinggi. Lebih lanjut dikatakan, keanekaragaman merupakan ciri dari suatu komunitas terutama dikaitkan dengan jumlah individu tiap jenis pada komunitas tersebut. Keanekaragaman jenis menyatakan suatu ukuran yang menggambarkan variasi jenis tumbuhan dari suatu komunitas yang dipengaruhi oleh jumlah jenis dan kelimpahan relatif dari setiap jenis (Latifah, 2004).

Indeks keanekaragaman digunakan untuk mengetahui pengaruh gangguan terhadap lingkungan atau untuk mengetahui tahapan suksesi dan kestabilan dari komunitas tumbuhan pada suatu lokasi (Odum, 1996). Menurut Ariyati dkk (2007), nilai indeks keanekaragaman rendah menunjukkan bahwa terdapat tekanan ekologi tinggi, baik yang berasal dari faktor biotik (persaingan antar individu tumbuhan untuk setiap tingkatan) atau faktor abiotik. Tekanan ekologi yang tinggi tersebut menyebabkan tidak semua jenis tumbuhan dapat bertahan hidup di suatu lingkungan.
B.     Struktur Komunitas Tumbuhan
Komunitas dapat disebut dan diklasifikasikan menurut bentuk atau sifat struktur utama, misalnya jenis dominan; bentuk-bentuk hidup, habitat fisik dari komunitas, sifat atau tanda fungsional, misalnya tipe metabolisme komunitas. Keanekaragaman jenis dan kelimpahan individu masing-masing jenis (kemerataan) tidak berarti satu-satunya hal yang terlibat di dalam keanekaragaman komunitas. Pengaruh populasi terhadap komunitas dan ekosistem tidak hanya tergantung kepada jenis tertentu dari organisme yang terlibat, tetapi juga tergantung kepada jumlahnya atau kerapatan populasinya (Odum, 1993).

Komunitas adalah kumpulan populasi yang hidup pada habitat tertentu. Menurut Odum (1973), komunitas yang merupakan bagian hidup ekosistem dapat diklasifikasikan berdasarkan:

1.      Bentuk atau sifat struktur utama, seperti jenis dominan dan bentuk hidup (life form)
2.      Habitat komunitas
3.      Sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional, misalnya tipe metabolisme komunitas.
Tipe komunitas terjadi karena adanya sifat yang berbeda dalam dominansi jenis, komposisi jenis, struktur lapisan tajuk atau juga dominansi bentuk pertumbuhan (Whittaker, 1975).
Komunitas hutan merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh karena komunitas  terbentuk secara berangsur-angsur melalui beberapa tahap invasi oleh tumbuhan, adaptasi, agregasi, persaingan dan penguasaan, reaksi terhadap tempat tumbuh dan stabilitasi. Perubahan dalam komunitas atau suksesi selalu terjadi, bahkan dalam komunitas hutan yang stabil pun selalu terjadi perubahan (Indriyanto, 2005).
Frekuensi suatu jenis menunjukan penyebaran jenis-jenis dalam areal tertentu. Jenis yang menyebar secara merata mempunyai nilai frekuensi yang besar, sebaliknya jenis-jenis yang mempunyai nilai frekuensi kecil mempunyai daerah sebaran yang kurang luas. Kerapatan dari suatu jenis merupakan nilai yang menunjukan jumlah atau banyaknya suatu jenis per satuan luas, makin besar kerapatan suatu jenis, makin banyak individu jenis tersebut per satuan luas. Dominansi suatu jenis merupakan nilai yang menunjukan peguasaan jenis terhadap komunitas (Soerianegara,1996).

Nilai penting didefinisikan sebagai gabungan dari densitas/ kerapatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR), dan dominansi relatif (DR). Kondisi ini menyebabkan nilai penting suatu jenis maksimum adalah 300% (KR=100%, FR=100%, DR=100%), bila dalam suatu tegakan hanya terdiri dari satu jenis saja (Curtis dan Mc.Intosh, 1951). Whittaker, 1975, menyebutkan bahwa nilai penting dapat ditentukan berdasarkan salah satu atau dua nilai, tetapi lebih banyak nilai dijadikan dasar akan menjadi lebih baik dan mendekati kebenaran dalam menentukan dominansi atau penguasaan jenis di dalam suatu komunitas (Rusmendro, 2003).

Pertumbuhan tumbuhan banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor tempat tumbuh seperti: kerapatan tegakan, karakteristik umur tegakan, faktor iklim (temperatur, presipitasi, kecepatan angin dan kelembaban udara), serta faktor tanah (sifat fisik, komposisi bahan kimia, dan komponen mikrobiologi tanah). Diameter merupakan salah satu dimensi pohon yang paling sering digunakan sebagai parameter pertumbuhan. Pertumbuhan diameter dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis. Pertumbuhan diameter berlangsung apabila keperluan hasil fotosintesis untuk respirasi, penggantian daun, pertumbuhan akar dan tinggi telah terpenuhi (Latifah, 2004).

Pertumbuhan tinggi tumbuhan dipengaruhi oleh perbedaan kecepatan pembentukan dedaunan bergantung pada kualitas tempat tumbuh. Setidaknya terdapat tiga faktor lingkungan dan satu faktor genetik (intern) yang sangat nyata berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi yaitu kandungan nutrien mineral tanah, kelembaban tanah, cahaya matahari, serta keseimbangan sifat genetik antara pertumbuhan tinggi dan diameter suatu pohon (Davis dan Jhonson, 1987).

C.     Kebun Raya Purwodadi
Kebun Raya Purwodadi merupakan lembaga yang  dan bahan bangunan mempunyai tugas dan fungsi untuk melakukan konservasi, penelitian, dan pendidikan flora.

Adapun koleksi-koleksi yang dikelola di kebun raya purwodadi adalah :

1.      Koleksi bambu, untuk kategory bambu ini kebun raya purwodadi mempunyai 30 jenis bambu, yang diantaranya diambil dari pulau jawa, sulawesi, maluku, dan dari luar negeri seperti Thailand, china, dan birma.untuk tanaman bambu ini terletak disebelah selatan kebun raya.
2.      Koleksi Palem, untuk kategori palem ini terletak ditengah kebun raya, palem ini merupakan salah satu tanaman yang berumur ratusan tahun.
3.      Koleksi Paku, untuk kategori tanaman paku ini kebun raya purwodadi mempunyai 60 jenis tanaman paku. Tanaman paku ini terletak disebelah timur kebun raya yang lokasinya dekat dengan sungai dan air terjun yang ada disana.
4.      koleksi Polong-polongan, untuk kategori polong – polongan ini kebun raya purwodadi mempunyai 157 jenis tanaman polong – polongan, yang terdiri dari 70 marga. Untuk kategori ini berada disebelah utara kebun raya.
5.      Koleksi Obat, untuk kategori ini berada di sebelah timur kebun raya,. Untuk tanaman obat ini saya belum mengetahui jelas detailnya, yang pasti saya melihat banyak buah mengkudu/pace disana.
Adapun famili-famili tersebut slah satunya adalah:
1.      Fabaceae adalah nama botani untuk sebuah famili tumbuhan yang besar, yang terdiri dari tiga subfamili, yaitu Caesalpinioideae, Mimosoideae dan Faboideae (padanannya dalam Leguminosae ialah Papilionoideae). Subfamili Mimosoideae dan Caesalpinioideae terkadang dinaikkan ke peringkat famili Mimosaceae dan Caesalpiniaceae, sehingga mempunyai dua nama botani yaitu Fabaceae atau Papilionac eae.
Leguminosae (atau Fabaceae sensu lato) ialah famili tanaman berbunga yang kedua besar, dengan 650 genus dan melebihi 18.000 spesies. Spesies-spesies ini merupakan kacang-kacangan dan famili ini terdiri daripada beberapa sumber makanan yang paling bernilai, seperti kacang, kacang pea, kacang tanah, kacang soya, dan lentil. Spesies yang lain merupakan sumber makanan hewan, dan termasuk lupin, klover, alfalfa, cassia, dan kacang soya. Genus seperti Laburnum,  Robinia,  Gleditsia,  Acacia,  Mimosa, dan Delonix merupakan tanaman hias. Spesies-spesies yang lain mempunyai sifat pengobatan atau insektisida, umpamanya Derris, ataupun menghasilkan bahan-bahan yang penting seperti gam arab, tanin, pewarna, atau damar. Terdapat juga tanaman khusus, satu spesies Asia timur yang pernah ditanam di bahagian tenggara Amerika Serikat untuk perbaikan tanah dan sebagai makanan lembu. Penanaman spesies ini telah dihentikan karena tanaman ini telah menjadi gulma yang tumbuh di mana-mana.
Secara umum, tumbuhan-tumbuhan legum ini dikelaskan kepada tiga subfamili (terkadang dinaikkan ke peringkat famili dalam order Fabales), berdasarkan morfologi bunga, khususnya bentuk kelopaknya:
a. Caesalpinioideae (Caesalpiniaceae): Bunganya bersifat zigomorph, tetapi amat berbeda, seperti bunga Cercis kelihatan amat serupa dengan bunga Faboideae, dan bunga Bauhinia mempunyai lima kelopak yang sama besar dan bersimetri.
b. Mimosoideae (Mimosaceae): Kelopaknya kecil dan sering berbentuk globos atau spikat, dengan stamen yang merupakan bahagian bunga yang paling menonjol.
c. Faboideae atau Papilionoideae (Fabaceae sensu strictu atau Papilionaceae): Salah satu daripada lima kelopaknya adalah besar serta mempunyai garis. Dua kelopak yang bersebelahannya terletak di tepi bunga, sedangkan dua kelopak yang tinggal terletak di bahagian bawah bunga dan digabungkan pada pangkalnya untuk membentuk struktur.
2. Herba atau perdu, jarang pohon. Daun tersebar atau berpasangan (tetapi tidak berhadapan), tunggal atau menyirip. Bunga beraturan, kadang-kadang zygomorph, berkelamin 2, kadang-kadang berkelamin 1, kebanyakan berbilangan 5, dengan kelopak dan mahkota yang berdaun lekat; mahkota berbentuk corong bentuk terompet, bentuk piring atau bentuk roda; benang sari 5, jarang 4; kepala sari sering menggantung atau saling menutup, beruang 2; bakal buah menumpang, kebanyakan beruang 2; bakal biji banyak tiap ruangnya; tangkai putik 1, bentuk benang. Buah buni atau buah kotak (Steenis,1978).













BAB III
METODOLOGI

3.1              Waktu dan Tempat
Pelaksanaan KKL Taksonomi Tubuhan Tinggi dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 25 Mei 2013 pukul 07.00 – 15.00 WIB, bertempat di Kebun Raya Purwodadi – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Jalan. Raya Surabaya – Malang KM. 65

3.2              Alat dan Bahan
3.2.1        Alat – alat
Alat-alat yang digunakan dalam pengamatan antara lain :
1.      Pencil                                                        1 buah
2.      Penggaris                                                   1 buah
3.      Buku                                                         1 buah
4.      Kamera                                                      1 buah
5.      Penghapus                                                 1 buah
6.      Papan dada                                               1 buah

3.2.2        Bahan- bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penagamatan antara lain :
1.      Tumbuhan koleksi Kebun Raya Purwodadi

3.3              Cara Kerja

1.      Dibentuk kelompok 1 kelas menjadi dua
2.      Ditentukan Pembina dari narasumber kebun raya purwodadi
3.      Pembina tersebut akan menerangkan tumbuhan yang ada di purwodadi dengan pembagian perspesies setiap praktikan
4.      Dicatat hasil pengamatan tersebut


BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
4.1  Klasifikasi

Kingdom:Plantae(Tumbuhan)
Subkingdom:Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi:Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Rosidae
Ordo: Myrtales
Famili: Thymelaeaceae
Genus: Phaleria
Spesies: Phaleria perrottetiana

            Masuk Rosidae berdasarkan nama botani berdasarkan International Code of Botanical Nomencleature atau ICBN , kemudian dimasukkan ke dalam ordo Myrtales karena merupakan salah satu bangsa tumbuhan bunga yang termasuk dalam klad asteroids, core eudicots menurut sistem klasifikasi APG II. Bangsa ini diakui sebagai takson dalam sistem klasifikasi Cronquist. Dimasukkan ke dalam famili Thymelaeaceae karena merupakan suku gaharu-gaharuan, adalah anggota tumbuhan berbunga dan dimasukkan dalam anggota malveles klad eurosids II. Kemudian dimasukkan ke dalam Genus Phaleria karena memiliki ciri-ciri perbungaan yang sama dengan Phaleria marcrocarpa, serta memiliki persamaan jumlah kotiledon pada biji dan mengandung serat-serat yang menyelimuti biji pada buahnya.



4.2  Pohon


Description: E:\laporan kkl\DSC_0000105.jpg
 











Habitus merupakan perdu terkadang pohon, tinggi ±2,5 – 4 meter. Percabangan simpodial dengan anak cabang majemuk. Habitat merupakan tanaman epifit.
Tanaman ini tumbuh tersebar dari daerah beriklim panas hingga daerah subtropika. hingga saat ini belun ada data pasti yang menunjukkan asal tanaman ini , menurut beberapa sumber pustaka puring sudah lama ada di Indonesia dan pertama kali ditemukan di kepualauan Maluku yang dimanfaatkan sebagai tanaman palgar atau pekuburan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).
     Mahkota dewa telah dikenal puluhan tahun yang lalu di Negara China. Di China mahkota dewa disebut dengan nama Shuan Tao. Selain di China, di Indonesia pada awalnya Phaleria perrottetiana tumbuh di Papua. Tetapi di masyarakat lokal Phaleria tidak di anggap sebagai tanaman berkhasiat, sehingga banyak dibiarkan dan berkembang sebagai tanaman liar (Turyanto,2009).





4.3  Batang

Gambar Foto
Gambar Tangan
Description: E:\laporan kkl\DSC_0000085.jpgDescription: E:\laporan kkl\DSC_0000098.jpgDescription: E:\laporan kkl\DSC_0000087.jpgDescription: E:\laporan kkl\DSC_0000090.jpg



Gambar Literatur
Description: http://images.mobot.org/tropicosthumbnails/TropicosImages2/100187000/100187593.jpgDescription: http://phytoimages.siu.edu/users/pelserpb/2_19_12_1/19feb12a/DSC_5672.jpg.thb.jpgDescription: http://images.mobot.org/tropicosthumbnails/TropicosImages2/100187000/100187591.jpg








(anonymous, 2013)

     Batang Phaleria perrottetiana memiliki warna coklat – kehitaman, dengan permukaan batang yang kasar dengan sedikit corak yang abu-abu sampai kehijauan yang dibentuk oleh lichen. Diameter ± 2,5 – 10 cm. Penampang daun melintang dengan bentuk bulat hingga lonjong. Pada ujung batang mengalami percabangan dikotom semu dengan cabang utama yang hilang atau berhenti dalam pertumbuhannya. Batang berkayu dan mengandung kambium.











4.4  Daun

Gambar Foto
Gambar Tangan
Description: E:\laporan kkl\DSC_0000095.jpgDescription: E:\laporan kkl\DSC_0000083.jpg

Gambar Literatur
Description: http://phytoimages.siu.edu/users/pelserpb/1_30_12/30jan12/DSC_2330.jpg.thb.jpg







                                                                                                          
( anonymous,2013)



     Daun berwarna hijau , memili bentuk lanset sampai bulat telur tidak sempurna. Pertulangan daun menyirip dengan ± 9-13 pasang tulang daun menyirip. Tepi daun yang rata serta permukaan daun adaksial yang diseliputi oleh lapisan seperti kutikula sehingga pada lapisan atas daun terlihat mengkilap saat terkena sinar matahari. Tekstur seperti kertas dengan sedikit berdaging. Tata letak daun berhadapan dengan macam daun tunggal. Memiliki lebar daun ±4 – 7 cm dan panjang daun ± 8-13 cm. Permukaan daun yang halus dan sedikit licin.


4.5  Bunga
Gambar Foto
Gambar Tangan
Description: E:\laporan kkl\DSC_0000094.jpgDescription: E:\laporan kkl\DSC_0000099.jpgDescription: E:\laporan kkl\DSC_0000091.jpg

Gambar Literatur
Description: Thymelaeaceae Phaleria capitata






( Anonymous, 2013)


     Bunga memiliki warna putih bersih dengan aroma khas bunga yang harum seperti pada bunga cempaka putih. Memiliki pertangkaian malai rata dan merupakan bunga majemuk tidak terbatas karena permekaran bunga yang beralur dari susunan bunga paling luar ke dalam. Memiliki stamen yang berjumlah 8 dengan panjang stamen melebihi ginaesium, sedangkan ginaesium berjumlah satu. Stamen dan ginaesium berwarna putih seperti pada periantumnya. Pada bunga Phaleria perrottetiana ini antara kelopak bunga dan mahkota bunga tidak dapat dibedakan sehingga dinamakan perigonium atau tenda bunga yang saling lepas dan memiliki bentuk yang menyerupai terompet. Bunga terletak pada baan terminal dengan percabangan dikotom pada tangkai bunganya. Braktea memiliki warna putih hingga hijau muda yang terletak di pusat perletakan dasar bunga. Berukuran sekitar 3 cm.









4.6  Buah dan Biji
Gambar Foto
Gambar Tangan
Description: E:\laporan kkl\DSC_0000106.jpgDescription: E:\laporan kkl\DSC_0000104.jpgDescription: E:\laporan kkl\DSC_0000089.jpgDescription: E:\laporan kkl\DSC_0000079.jpg

Gambar Literatur

Description: http://images.mobot.org/tropicosdetailimages/TropicosImages2/100187000/6F20D747-4626-4809-9FEA-84DC23877C92.jpg
(Anonymous , 2013)


Buah merupakan buah tunggal dalam 1 tangkai dan termasuk dalam buah buni karena berair serta berdaging buah, setiap ujung tangkai terdiri dari 2 cabang yang membawa bunga dan buah. Buah memiliki warna luar hijau pudar pada saat muda dan merah terang pada saat telah masak. Permukaan buah halus dan mengkilap. Berbentuk lonjong dengan panjang sekitar 1,2 cm dan lebar 0,7 cm.
Biji dalam endosperm berwarna putih dengan daging buah berupa serat seperti pada buah jambu namun tidak terlalu padat. Biji dalam 2 kotiledon.
Biji pada genus Phaleria merupakan bagian yang paling beracun, biji buah berbentuk bulat, dan berwarna putih. Diameternya mencapai 2cm. (Turyanto : 2009)







BAB V
PENUTUP
5.1         Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari Kuliah Kerja Lapangan ini antara lain :
1.      Koleksi tumbuhan Kebun Raya Purwodadi berjumlah sekitar 10.000 spesies yang terbagia atas :
a.       Koleksi Palem
b.      Koleksi Paku
c.       Koleksi Bambu
d.      Koleksi Polong-polongan
e.       Koleksi obat
2.      Phaleria perrottetiana berasal dari papua , dan merupakan tanaman yang segenus dengan tanaman Phaleria marcocarpa (mahkota dewa)
3.      Phaleria perrottetiana memiliki ciri khusus buah berbentuk lonjong dan berwarna merah, perbungaan majemuk tidak terbatas dengan susunan malai rata dan berbau harum , batang percabangan simpodial, akar tunggang, dan daun berbetuk lanset hingga bulat telur yang dilapisi oleh zat kitin.

5.2         Saran
Semoga untuk kedepannya bisa lebih spesifik lagi dalam mengidentifikasi tanaman.









DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahim, Dudun. 2006. Tugas Tanaman dan Sistem Ruang Terbuka Hijau: Paku-pakuan. Bandung: IPB

Braggins, John E.2004. Tree Ferns.America. Timber Press


LIPI. 2013. www.krpurwodadi.lipi.go.id/. Diakses Tanggal 02 Juni 2013

Sudarsono, dkk. 2005. Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Sulisetjono.2009. Taksonomi Tumbuhan Tinggi.Malang : UM

Sulisetjono. 2011. Bahan Kuliah Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Malang:Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Malang
Subasinghe S. M. C. U. P. ,  and D. S. Hettiarachchi. 2013. Agarwood resin production and resin quality of Gyrinops walla Gaertn. International journal of agricultural sciences. Vol.3. No.1, Hal:357-262

Tjitrosoepomo. 1989. Taksonomi Tumbuhan : Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta. Jakarta: UGM Press.

Tjitrosoepomo, Gembong.2009.Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta :UGM.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS