LAPORAN KULIAH KERJA
LAPANGAN
TAKSONOMI TUMBUHAN TINGGI
DI KEBUN RAYA PURWODADI – LIPI
Disusun
oleh :
Nama
: Karina Puspa Galih
NIM
:11620023

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Taksonomi
tumbuhan adalah sebuah ilmu yang mengkhususkan diri dalam kegiatan identifikasi
tumbuhan serta penempatan dan pemberian nama bagi tumbuhan-tumbuhan baru.
Kegiatan ini sangat dipengaruhi dari keadaan morfologi dan anatomi dari
tumbuhan yang dimaksud. Karena, Klasifikasi Tumbuhan adalah proses penempatan
tumbuhan ke dalam tingkatannya masing-masing berdasarkan persamaan ciri-ciri
yang tampak, baik dari sisi morfologi ataupun dari segi anatominya.
Di
Indonesia sendiri memiliki suatu tempat yang dikhususkan dalam pemeliharaan
tumbuhan dengan tujuan penelitian maupun pembiakan tumbuhan-tumbuhan yang sudah
tergolong langka. Di Indonesia terdapat empat Kebun Raya yang erat kaitannya
dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Untuk
itu dilakukan KKL di Kebun Raya Purwodadi dengan aspek lingkungan dataran
rendah dan kering, agar siswa jurusan Biologi angkatan 2011 kini dapat mengerti
tumbuhan apa saja yang di pelihara di Kebun Raya Puwodadi dengan bimbingan langsung
dari orang LIPI, tentang bagaimana ciri-ciri tumbuhan tersebut apakah ada ciri
khusus dari masing-masing spesies. Dan di samping itu bisa untuk berekreasi,
merefresh pikiran dan kemungkinan yang lain.
1.2.Tujuan
Tujuan dari dilakukannya
KKL di KR. Purwodadi inni diantaranya:
1)
Untuk
mengetahui keanekaragaman tumbuhan tingkat tinggi di Kebun Raya dan mengadakan
pengamatan terhadap spesies
2)
Untuk
mengetahui ciri khusus atau karakteristik dari masing-masing spesies.
1.3.Manfaat
Manfaat dari
dilakukannya KKL di KR. Purwodadi ini diantaranya :
1)
Mahasiswa
dapat mengetahui keanekaragaman tumbuhan tingkat tinggi di Kebun Raya dan dapat
mengamati spesies
2)
Mahasiswa
dapat mengetahui ciri khusus atau karakteristik dari masing-masing spesies
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri
dari 17.508 pulau, tersebar dari Sabang hingga ke Merauke. Sebagian besar dari
pulau-pulau tersebut merupakan pulau-pulau berukuran kecil yang memiliki
keanekaragaman tumbuhan, hewan, jasad renik yang tinggi. Hal ini terjadi karena
keadaan alam yang berbeda dari satu pulau ke pulau lainnya, bahkan dari satu
tempat ke tempat lainnya dalam pulau yang sama. Sistem perpaduan antara sumber
daya hayati dan tempat hidupnya yang khas itu, menumbuhkan berbagai ekosistem,
yang masing-masing menampilkan kekhususan pula dalam kehidupan jenis-jenis yang
terdapat didalamnya, diantaranya adalah ekosistem hutan (Irwanto, 2007).
Hutan akan lestari apabila proses regenerasi tegakan berjalan baik,
dengan melalui pemudaan alam atau buatan. Pemudaan hutan mutlak dilakukan
terhadap setiap kawasan hutan agar dapat berfungsi secara maksimal dan
berkelanjutan (Indriyanto, 2008). Pemudaan merupakan proses regenerasi tegakan
hutan, baik mengandalkan proses alam maupun penanganan manusia. Setiap tahap
proses perkembangannya, mudah tidaknya pemudaan di suatu kawasan hutan
bergantung pada sifat-sifat jenis tegakan, tempat tumbuh, proses-proses daur
air dan hara (Alikodra, 1997, Indriyanto, 2008).
Jenis-jenis pohon dapat tumbuh disuatu tempat dengan kecepatan
pertumbuhan yang berbeda-beda, termasuk tumbuhan yang ada di kawasan hutan di
kawasan konservasi Taman Margasatwa Ragunan. Hal ini tergantung oleh faktor
tempat tumbuh yang merupakan gabungan dari iklim dan tanah (Kadri, 1992).
A.
Komposisi dan Keanekaragaman jenis
Struktur
tumbuhan adalah organisasi individu – individu di dalam ruang yang membentuk
tipe vegetasi atau asosiasi tumbuhan. Komposisi tumbuhan merupakan jumlah jenis
yang terdapat dalam suatu komunitas tumbuhan (Purborini, 2006). Menurut Kershaw
(1973), struktur vegetasi terdiri dari 3 penyusun, yaitu:
1.
Struktur
vegetasi berupa vegetasi secara vertikal yang merupakan diagram profil yang
melukiskan lapisan pohon, tihang, sapihan, semai dan herba penyusun vegetasi.
2.
Sebaran
horizontal dari jenis-jenis penyusun komunitas yang menggambarkan letak dari
suatu individu terhadap individu lain.
3.
Penyusun
vegetasi ada 5 aras, yaitu fisiognomi vegetasi, struktur biomassa, life form (
growth form ), struktur floristik dan struktur tegakan ( Mueler-Dumbois &
Ellenberg, 1974 ).
Struktur suatu masyarakat tumbuhan pada hutan hujan tropika basah
dapat dilihat dari gambaran umum stratifikasi pohon-pohon perdu dan herba
tanah. Kershaw (1973) menyatakan, stratifikasi hutan hujan tropika dapat
dibedakan menjadi 5 lapisan, yaitu : Lapisan A (lapisan pohon-pohon yang
tertinggi atau emergent), lapisan B dan C (lapisan pohon-pohon yang berukuran
sedang), lapisan D (lapisan semak dan belukar) dan lapisan E (lantai hutan).
Komposisi atau kekayaan jenis adalah jumlah jenis pada suatu area/ komunitas.
Komposisi jenis suatu komunitas sangat penting karena komunitas sebagian besar
ditentukan oleh dasar-dasar floristik (jenis-jenis yang terdapat dalam suatu
komunitas). Beberapa komunitas memiliki fisiognomi (kenampakan luar) serupa,
tetapi berbeda dalam identitas jenis dominan atas jenis penyusun lainnya
(Rusmendro, 2007).
Suatu daerah yang didominansi oleh hanya jenis-jenis tertentu saja,
maka daerah tersebut dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang rendah.
Keanekaragaman jenis yang tinggi menunjukan bahwa suatu komunitas memiliki
kompleksitas yang tinggi, karena di dalam komunitas itu terjadi interaksi
antara jenis yang tinggi. Lebih lanjut dikatakan, keanekaragaman merupakan ciri
dari suatu komunitas terutama dikaitkan dengan jumlah individu tiap jenis pada
komunitas tersebut. Keanekaragaman jenis menyatakan suatu ukuran yang
menggambarkan variasi jenis tumbuhan dari suatu komunitas yang dipengaruhi oleh
jumlah jenis dan kelimpahan relatif dari setiap jenis (Latifah, 2004).
Indeks keanekaragaman digunakan untuk mengetahui pengaruh gangguan
terhadap lingkungan atau untuk mengetahui tahapan suksesi dan kestabilan dari
komunitas tumbuhan pada suatu lokasi (Odum, 1996). Menurut Ariyati dkk (2007),
nilai indeks keanekaragaman rendah menunjukkan bahwa terdapat tekanan ekologi
tinggi, baik yang berasal dari faktor biotik (persaingan antar individu
tumbuhan untuk setiap tingkatan) atau faktor abiotik. Tekanan ekologi yang
tinggi tersebut menyebabkan tidak semua jenis tumbuhan dapat bertahan hidup di
suatu lingkungan.
B.
Struktur
Komunitas Tumbuhan
Komunitas
dapat disebut dan diklasifikasikan menurut bentuk atau sifat struktur utama,
misalnya jenis dominan; bentuk-bentuk hidup, habitat fisik dari komunitas,
sifat atau tanda fungsional, misalnya tipe metabolisme komunitas.
Keanekaragaman jenis dan kelimpahan individu masing-masing jenis (kemerataan)
tidak berarti satu-satunya hal yang terlibat di dalam keanekaragaman komunitas.
Pengaruh populasi terhadap komunitas dan ekosistem tidak hanya tergantung
kepada jenis tertentu dari organisme yang terlibat, tetapi juga tergantung
kepada jumlahnya atau kerapatan populasinya (Odum, 1993).
Komunitas
adalah kumpulan populasi yang hidup pada habitat tertentu. Menurut Odum (1973),
komunitas yang merupakan bagian hidup ekosistem dapat diklasifikasikan
berdasarkan:
1.
Bentuk
atau sifat struktur utama, seperti jenis dominan dan bentuk hidup (life form)
2.
Habitat
komunitas
3.
Sifat-sifat
atau tanda-tanda fungsional, misalnya tipe metabolisme komunitas.
Tipe
komunitas terjadi karena adanya sifat yang berbeda dalam dominansi jenis,
komposisi jenis, struktur lapisan tajuk atau juga dominansi bentuk pertumbuhan
(Whittaker, 1975).
Komunitas
hutan merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh karena komunitas terbentuk secara berangsur-angsur melalui
beberapa tahap invasi oleh tumbuhan, adaptasi, agregasi, persaingan dan
penguasaan, reaksi terhadap tempat tumbuh dan stabilitasi. Perubahan dalam
komunitas atau suksesi selalu terjadi, bahkan dalam komunitas hutan yang stabil
pun selalu terjadi perubahan (Indriyanto, 2005).
Frekuensi
suatu jenis menunjukan penyebaran jenis-jenis dalam areal tertentu. Jenis yang
menyebar secara merata mempunyai nilai frekuensi yang besar, sebaliknya
jenis-jenis yang mempunyai nilai frekuensi kecil mempunyai daerah sebaran yang
kurang luas. Kerapatan dari suatu jenis merupakan nilai yang menunjukan jumlah
atau banyaknya suatu jenis per satuan luas, makin besar kerapatan suatu jenis,
makin banyak individu jenis tersebut per satuan luas. Dominansi suatu jenis
merupakan nilai yang menunjukan peguasaan jenis terhadap komunitas
(Soerianegara,1996).
Nilai
penting didefinisikan sebagai gabungan dari densitas/ kerapatan relatif (KR),
frekuensi relatif (FR), dan dominansi relatif (DR). Kondisi ini menyebabkan
nilai penting suatu jenis maksimum adalah 300% (KR=100%, FR=100%, DR=100%),
bila dalam suatu tegakan hanya terdiri dari satu jenis saja (Curtis dan
Mc.Intosh, 1951). Whittaker, 1975, menyebutkan bahwa nilai penting dapat
ditentukan berdasarkan salah satu atau dua nilai, tetapi lebih banyak nilai
dijadikan dasar akan menjadi lebih baik dan mendekati kebenaran dalam
menentukan dominansi atau penguasaan jenis di dalam suatu komunitas (Rusmendro,
2003).
Pertumbuhan
tumbuhan banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor tempat tumbuh seperti: kerapatan
tegakan, karakteristik umur tegakan, faktor iklim (temperatur, presipitasi,
kecepatan angin dan kelembaban udara), serta faktor tanah (sifat fisik,
komposisi bahan kimia, dan komponen mikrobiologi tanah). Diameter merupakan
salah satu dimensi pohon yang paling sering digunakan sebagai parameter
pertumbuhan. Pertumbuhan diameter dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi fotosintesis. Pertumbuhan diameter berlangsung apabila keperluan
hasil fotosintesis untuk respirasi, penggantian daun, pertumbuhan akar dan
tinggi telah terpenuhi (Latifah, 2004).
Pertumbuhan
tinggi tumbuhan dipengaruhi oleh perbedaan kecepatan pembentukan dedaunan
bergantung pada kualitas tempat tumbuh. Setidaknya terdapat tiga faktor
lingkungan dan satu faktor genetik (intern) yang sangat nyata berpengaruh
terhadap pertumbuhan tinggi yaitu kandungan nutrien mineral tanah, kelembaban
tanah, cahaya matahari, serta keseimbangan sifat genetik antara pertumbuhan
tinggi dan diameter suatu pohon (Davis dan Jhonson, 1987).
C.
Kebun
Raya Purwodadi
Kebun
Raya Purwodadi merupakan lembaga yang
dan bahan bangunan mempunyai tugas dan fungsi untuk melakukan
konservasi, penelitian, dan pendidikan flora.
Adapun
koleksi-koleksi yang dikelola di kebun raya purwodadi adalah :
1.
Koleksi
bambu, untuk kategory bambu ini kebun raya purwodadi mempunyai 30 jenis bambu,
yang diantaranya diambil dari pulau jawa, sulawesi, maluku, dan dari luar
negeri seperti Thailand, china, dan birma.untuk tanaman bambu ini terletak
disebelah selatan kebun raya.
2.
Koleksi
Palem, untuk kategori palem ini terletak ditengah kebun raya, palem ini
merupakan salah satu tanaman yang berumur ratusan tahun.
3.
Koleksi
Paku, untuk kategori tanaman paku ini kebun raya purwodadi mempunyai 60 jenis
tanaman paku. Tanaman paku ini terletak disebelah timur kebun raya yang
lokasinya dekat dengan sungai dan air terjun yang ada disana.
4.
koleksi
Polong-polongan, untuk kategori polong – polongan ini kebun raya purwodadi
mempunyai 157 jenis tanaman polong – polongan, yang terdiri dari 70 marga.
Untuk kategori ini berada disebelah utara kebun raya.
5.
Koleksi
Obat, untuk kategori ini berada di sebelah timur kebun raya,. Untuk tanaman
obat ini saya belum mengetahui jelas detailnya, yang pasti saya melihat banyak
buah mengkudu/pace disana.
Adapun famili-famili tersebut slah satunya adalah:
1.
Fabaceae
adalah nama botani untuk sebuah famili tumbuhan yang besar, yang terdiri dari
tiga subfamili, yaitu Caesalpinioideae, Mimosoideae dan Faboideae (padanannya
dalam Leguminosae ialah Papilionoideae). Subfamili Mimosoideae dan
Caesalpinioideae terkadang dinaikkan ke peringkat famili Mimosaceae dan
Caesalpiniaceae, sehingga mempunyai dua nama botani yaitu Fabaceae atau Papilionac
eae.
Leguminosae (atau Fabaceae sensu lato) ialah famili tanaman
berbunga yang kedua besar, dengan 650 genus dan melebihi 18.000 spesies.
Spesies-spesies ini merupakan kacang-kacangan dan famili ini terdiri daripada
beberapa sumber makanan yang paling bernilai, seperti kacang, kacang pea,
kacang tanah, kacang soya, dan lentil. Spesies yang lain merupakan sumber
makanan hewan, dan termasuk lupin, klover, alfalfa, cassia, dan kacang soya.
Genus seperti Laburnum, Robinia, Gleditsia,
Acacia, Mimosa, dan Delonix
merupakan tanaman hias. Spesies-spesies yang lain mempunyai sifat pengobatan
atau insektisida, umpamanya Derris, ataupun menghasilkan bahan-bahan yang
penting seperti gam arab, tanin, pewarna, atau damar. Terdapat juga tanaman
khusus, satu spesies Asia timur yang pernah ditanam di bahagian tenggara
Amerika Serikat untuk perbaikan tanah dan sebagai makanan lembu. Penanaman
spesies ini telah dihentikan karena tanaman ini telah menjadi gulma yang tumbuh
di mana-mana.
Secara umum, tumbuhan-tumbuhan legum ini dikelaskan kepada tiga
subfamili (terkadang dinaikkan ke peringkat famili dalam order Fabales),
berdasarkan morfologi bunga, khususnya bentuk kelopaknya:
a. Caesalpinioideae (Caesalpiniaceae): Bunganya bersifat zigomorph,
tetapi amat berbeda, seperti bunga Cercis kelihatan amat serupa dengan bunga
Faboideae, dan bunga Bauhinia mempunyai lima kelopak yang sama besar dan
bersimetri.
b. Mimosoideae (Mimosaceae): Kelopaknya kecil dan sering berbentuk
globos atau spikat, dengan stamen yang merupakan bahagian bunga yang paling
menonjol.
c. Faboideae atau Papilionoideae (Fabaceae sensu strictu atau
Papilionaceae): Salah satu daripada lima kelopaknya adalah besar serta
mempunyai garis. Dua kelopak yang bersebelahannya terletak di tepi bunga,
sedangkan dua kelopak yang tinggal terletak di bahagian bawah bunga dan
digabungkan pada pangkalnya untuk membentuk struktur.
2. Herba atau perdu, jarang pohon. Daun tersebar atau berpasangan
(tetapi tidak berhadapan), tunggal atau menyirip. Bunga beraturan,
kadang-kadang zygomorph, berkelamin 2, kadang-kadang berkelamin 1, kebanyakan
berbilangan 5, dengan kelopak dan mahkota yang berdaun lekat; mahkota berbentuk
corong bentuk terompet, bentuk piring atau bentuk roda; benang sari 5, jarang
4; kepala sari sering menggantung atau saling menutup, beruang 2; bakal buah
menumpang, kebanyakan beruang 2; bakal biji banyak tiap ruangnya; tangkai putik
1, bentuk benang. Buah buni atau buah kotak (Steenis,1978).
BAB III
METODOLOGI
3.1
Waktu
dan Tempat
Pelaksanaan
KKL Taksonomi Tubuhan Tinggi dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 25 Mei 2013
pukul 07.00 – 15.00 WIB, bertempat di Kebun Raya Purwodadi – Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia Jalan. Raya Surabaya – Malang KM. 65
3.2
Alat
dan Bahan
3.2.1
Alat
– alat
Alat-alat yang
digunakan dalam pengamatan antara lain :
1.
Pencil 1
buah
2.
Penggaris 1
buah
3.
Buku 1
buah
4.
Kamera 1
buah
5.
Penghapus 1
buah
6.
Papan
dada 1
buah
3.2.2
Bahan-
bahan
Bahan-bahan
yang digunakan dalam penagamatan antara lain :
1.
Tumbuhan
koleksi Kebun Raya Purwodadi
3.3
Cara
Kerja
1.
Dibentuk
kelompok 1 kelas menjadi dua
2.
Ditentukan
Pembina dari narasumber kebun raya purwodadi
3.
Pembina
tersebut akan menerangkan tumbuhan yang ada di purwodadi dengan pembagian
perspesies setiap praktikan
4.
Dicatat
hasil pengamatan tersebut
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
4.1
Klasifikasi
Kingdom:Plantae(Tumbuhan)
Subkingdom:Tracheobionta
(Tumbuhan berpembuluh)
Super
Divisi:Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi:
Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas:
Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub
Kelas: Rosidae
Ordo:
Myrtales
Famili:
Thymelaeaceae
Genus:
Phaleria
Spesies:
Phaleria perrottetiana
Masuk Rosidae berdasarkan nama
botani berdasarkan International Code of Botanical Nomencleature atau ICBN ,
kemudian dimasukkan ke dalam ordo Myrtales karena merupakan salah satu bangsa
tumbuhan bunga yang termasuk dalam klad asteroids, core eudicots menurut sistem
klasifikasi APG II. Bangsa ini diakui sebagai takson dalam sistem klasifikasi
Cronquist. Dimasukkan ke dalam famili Thymelaeaceae karena merupakan suku
gaharu-gaharuan, adalah anggota tumbuhan berbunga dan dimasukkan dalam anggota
malveles klad eurosids II. Kemudian dimasukkan ke dalam Genus Phaleria karena
memiliki ciri-ciri perbungaan yang sama dengan Phaleria marcrocarpa,
serta memiliki persamaan jumlah kotiledon pada biji dan mengandung serat-serat
yang menyelimuti biji pada buahnya.
4.2
Pohon
![]() |
Habitus
merupakan perdu terkadang pohon, tinggi ±2,5 – 4 meter. Percabangan simpodial
dengan anak cabang majemuk. Habitat merupakan tanaman epifit.
Tanaman
ini tumbuh tersebar dari daerah beriklim panas hingga daerah subtropika. hingga
saat ini belun ada data pasti yang menunjukkan asal tanaman ini , menurut
beberapa sumber pustaka puring sudah lama ada di Indonesia dan pertama kali
ditemukan di kepualauan Maluku yang dimanfaatkan sebagai tanaman palgar atau
pekuburan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).
Mahkota dewa telah dikenal puluhan tahun
yang lalu di Negara China. Di China mahkota dewa disebut dengan nama Shuan Tao.
Selain di China, di Indonesia pada awalnya Phaleria perrottetiana tumbuh
di Papua. Tetapi di masyarakat lokal Phaleria tidak di anggap sebagai tanaman
berkhasiat, sehingga banyak dibiarkan dan berkembang sebagai tanaman liar
(Turyanto,2009).
4.3
Batang
Gambar Foto
|
Gambar Tangan
|
![]() ![]() ![]() ![]() |
|
Gambar Literatur
|
![]() ![]() ![]()
(anonymous, 2013)
|
Batang Phaleria perrottetiana
memiliki warna coklat – kehitaman, dengan permukaan batang yang kasar dengan
sedikit corak yang abu-abu sampai kehijauan yang dibentuk oleh lichen. Diameter
± 2,5 – 10 cm. Penampang daun melintang dengan bentuk bulat hingga lonjong. Pada
ujung batang mengalami percabangan dikotom semu dengan cabang utama yang hilang
atau berhenti dalam pertumbuhannya. Batang berkayu dan mengandung kambium.
4.4
Daun
Gambar Foto
|
Gambar Tangan
|
![]() ![]() |
|
Gambar Literatur
|
|
![]()
( anonymous,2013)
|
Daun berwarna hijau , memili bentuk lanset
sampai bulat telur tidak sempurna. Pertulangan daun menyirip dengan ± 9-13
pasang tulang daun menyirip. Tepi daun yang rata serta permukaan daun adaksial
yang diseliputi oleh lapisan seperti kutikula sehingga pada lapisan atas daun
terlihat mengkilap saat terkena sinar matahari. Tekstur seperti kertas dengan
sedikit berdaging. Tata letak daun berhadapan dengan macam daun tunggal.
Memiliki lebar daun ±4 – 7 cm dan panjang daun ± 8-13 cm. Permukaan daun yang
halus dan sedikit licin.
4.5
Bunga
Gambar Foto
|
Gambar Tangan
|
![]() ![]() ![]() |
|
Gambar Literatur
|
|
![]()
( Anonymous, 2013)
|
Bunga memiliki warna putih bersih dengan
aroma khas bunga yang harum seperti pada bunga cempaka putih. Memiliki
pertangkaian malai rata dan merupakan bunga majemuk tidak terbatas karena
permekaran bunga yang beralur dari susunan bunga paling luar ke dalam. Memiliki
stamen yang berjumlah 8 dengan panjang stamen melebihi ginaesium, sedangkan
ginaesium berjumlah satu. Stamen dan ginaesium berwarna putih seperti pada
periantumnya. Pada bunga Phaleria perrottetiana ini antara kelopak bunga dan
mahkota bunga tidak dapat dibedakan sehingga dinamakan perigonium atau tenda
bunga yang saling lepas dan memiliki bentuk yang menyerupai terompet. Bunga
terletak pada baan terminal dengan percabangan dikotom pada tangkai bunganya.
Braktea memiliki warna putih hingga hijau muda yang terletak di pusat
perletakan dasar bunga. Berukuran sekitar 3 cm.
4.6
Buah
dan Biji
Gambar Foto
|
Gambar Tangan
|
![]() ![]() ![]() ![]() |
|
Gambar
Literatur
|
|
![]()
(Anonymous , 2013)
|
Buah
merupakan buah tunggal dalam 1 tangkai dan termasuk dalam buah buni karena
berair serta berdaging buah, setiap ujung tangkai terdiri dari 2 cabang yang
membawa bunga dan buah. Buah memiliki warna luar hijau pudar pada saat muda dan
merah terang pada saat telah masak. Permukaan buah halus dan mengkilap.
Berbentuk lonjong dengan panjang sekitar 1,2 cm dan lebar 0,7 cm.
Biji
dalam endosperm berwarna putih dengan daging buah berupa serat seperti pada
buah jambu namun tidak terlalu padat. Biji dalam 2 kotiledon.
Biji
pada genus Phaleria merupakan bagian yang paling beracun, biji buah berbentuk
bulat, dan berwarna putih. Diameternya mencapai 2cm. (Turyanto : 2009)
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang
dapat diambil dari Kuliah Kerja Lapangan ini antara lain :
1.
Koleksi
tumbuhan Kebun Raya Purwodadi berjumlah sekitar 10.000 spesies yang terbagia
atas :
a.
Koleksi
Palem
b.
Koleksi
Paku
c.
Koleksi
Bambu
d.
Koleksi
Polong-polongan
e.
Koleksi
obat
2.
Phaleria
perrottetiana berasal dari
papua , dan merupakan tanaman yang segenus dengan tanaman Phaleria marcocarpa
(mahkota dewa)
3.
Phaleria
perrottetiana memiliki ciri
khusus buah berbentuk lonjong dan berwarna merah, perbungaan majemuk tidak
terbatas dengan susunan malai rata dan berbau harum , batang percabangan
simpodial, akar tunggang, dan daun berbetuk lanset hingga bulat telur yang
dilapisi oleh zat kitin.
5.2
Saran
Semoga untuk
kedepannya bisa lebih spesifik lagi dalam mengidentifikasi tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahim, Dudun. 2006. Tugas Tanaman dan Sistem Ruang
Terbuka Hijau: Paku-pakuan. Bandung: IPB
Braggins, John E.2004. Tree Ferns.America. Timber
Press
Sudarsono, dkk. 2005. Taksonomi Tumbuhan Tinggi.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Sulisetjono.2009. Taksonomi Tumbuhan Tinggi.Malang :
UM
Sulisetjono. 2011. Bahan Kuliah Taksonomi Tumbuhan Tinggi.
Malang:Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Malang
Subasinghe S.
M. C. U. P. , and D. S. Hettiarachchi.
2013. Agarwood resin production and resin quality of Gyrinops walla Gaertn.
International journal of agricultural sciences. Vol.3. No.1, Hal:357-262
Tjitrosoepomo. 1989. Taksonomi Tumbuhan : Schizophyta,
Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta. Jakarta: UGM Press.
Tjitrosoepomo, Gembong.2009.Taksonomi Tumbuhan.
Yogyakarta :UGM.