BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam mata
kuliah Struktur Perkembangan Hewan II ini yang dibahas bukan lagi masalah
histologi akan tetapi system reproduksi. Reproduksi adalah proses menghasilkan individu baru dari dirinya sendiri dan ini merupakan salah
satu ciri makhluk hidup yang membedakan dengan yang tidak hidup. Sistem
reproduksi disebut juga sistem perkembangbiakan atau sistem genetalia. Sistem
ini berfungsi untuk menghasilkan sel kelamin jantan (gamet), menyalurkan gamet
jantan agar mendapatkan iondividu baru yang bekualitas..
Oleh sebab itu
agar mendapatkan individu baru, kita perlu mengetahui anatomi dan morfologi sel
kelamin jantan (gamet) yang akan membuahi sel kelamin betina (ovum), dan ciri
yang bagaimankah sel kelamin jantan yang berkaualiatas, dan ciri-ciri apa sel
kelamin jantan yang kurang berkualiatas. Dari hal tersebut maka perlu di adakan
pengamatan terhadap sel kelamin jantan secara morfologi dan anatomi.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun rumusan
masalah pada praktikum kali ini adalah:
1. Bagaimana struktur morfologi dan anatomi
spermatozoid?
2. Bagaimana pebedaan sel kelamin jantan
yang di ambil dari bagian-bagian yang berbeda?
3.
1.3
Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum kali ini
adalah:
- Mengenal
struktur morfologi dan anatomi spermatozoid
- Mengamati
perbedaan sel kelamin yamg di ambil dari bagian-bagin system reproduksi
yang berbeda.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1 Definisi
Gamet dihasilkan
dalam gonad. Gamet jantan spermatozoon (jamak
spermatozoa) dihasilkan dalam gonad jantan disebut testis. Gamet betina ovum (jamak
ova); dihasilkan dalam gonad betina disebut ovarium.
Hewan hermaprodit atau monocious memiliki sebuah gonad gabungan disebut ovo-testis, yang menghasilkan kedua
jenis gamet. Proses menghasilkan gamet matang sehingga mampu membuahi disebut gametogenesis, yang dibagi atas 2 macam:
spermatogenesis, pembentukan
spermatozoa, oogenesis, pembentukan
ovum. Gametogenesis terdiri dari 4 tahap: perbanyakan, pertumbuahan,
pematangan, perubahan bentuk (Yatim,1982).
Sperma atau air mani dihasilkan oleh testis dan
disalurkan keluar bersama-sama semen atau cairan sperma melalui penis pada
waktu ejakulasi berlangsung. Sperma membawa cikal bakal kehidupan. Volume
normal cairan sperma dalam sekali ejakulasi antara 3 – 5 ml. Jika di bawah 3
ml, kondisi tersebut tidak normal dan mungkin pertanda kurangnya sperma. Jumlah
sperma normal berkisar antara 60 – 120 juta per ml. Sperma-sperma tersebut
harus menunjukkan derajat motility atau pergerakan yang tinggi agar dapat
mencapai sel telur. Biasanya 60-80 % sperma masih aktif bergerak selama 3-6 jam
ejakulasi (Partodihardjo,S 1992).
Sperma dihasilkan oleh testis dan dialirkan ke luar
oleh sebuah saluran yang disebut epididimis. Waktu yang diperlukan untuk berjalan
di dalam epididimis berkisar antara 4 dan 6 minggu. Selama perjalanan, sperma
juga mengalami proses pematangan dirinya (Partodihardjo,S 1992).
Selepas dari epididimis, sperma akan masuk ke dalam
sebuah tabung otot yang disebut vas deferens. Jutaan sperma memasuki vas
deferens setiap harinya. Vas deferens membentang dari epididimis ke uretra.
Dari sini, sperma akan dipersiapkan untuk keluar melalui penis. Vas deferens
juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan sperma (Partodihardjo,S 1992).
Semen adalah
sekresi kelamin jantan yang secara normal diejakulasikan kedalam saluran
kelamin betina sewaktu kopulasi, tetapi dapat pula ditampung dengan berbagai
cara untuk keperluan IB, penilain semen segar dilakukan segera setelah
penampungan, baik secara makroskopis (volume, warna pH, konsistensi) dan
mikroskopis (motilitas, pesentase hidup, konsentrasi dan morfologi) (Toelihere,
1985).
Air mani sering disebut sperma atau
semen, terdiri dari campuran spermatozoa dan sekresi kelenjar asesorius dan
epididimis. Sekreta kelenjar selain sebagai pengangkut (vesicle), juga
bekerja sebagai pembawa makanan serta mengaktifkan gerakan spermatozoa.
Kandungan hialuronidase dalam air mani yang cukup tinggi diduga terdapat pada
kepala dari spermatozoa, enzim mana yang diperlukan pada proses pembuahan,
khususnya untuk merusak selaput sekunder dari ovum (Djarubito, 1984).
Pada dasarnya,
sperma memiliki bagian-bagian yang masing-masing memiliki fungsi yang mendukung
proses fertilisasi dapat berlangsung. Bagian-bagian tersebut terbagi atas 3
bagian utama, yaitu (Yatim, 1984):
1. Bagian Kepala ,
Pada bagian kepala spermatozoon ini, terdapat inti tebal
dengan sedikit sitoplasma yang diselubungi oleh selubung tebal dan terdapat 23
kromosom dari sel ayah. Selubung tebal yang dimaksud adalah akrosom, fungsi
dari akrosom adalah untuk melindungi, juga menghasilkan enzim. Akrosom ini
mengandung enzim pembuahan yaitu hialuronidase dan akrosin. Yang masing-masing
enzim tersebut memiliki fungsi yang berbeda.
a. Hialuronidase
merupakan enzim yang dapat melarutkan hialuronid pada korona radiata ovum,
sehingga spermatozoon dapat menembus dan membuahi ovum.
b. Sementara akrosin
merupakan enzim protease yang dapat menghancurkan glikoprotein yang terdapat di
zona pellusida ovum.
2. Bagian Badan
Terdapat sebuah mitokondria berbentuk spiral dan
berukuran besar, berfungsi sebagai penyedia ATP/ energi untuk pergerakan ekor.
3. Bagian Ekor
Pada bagian ekor sperma yang cukup panjang terdapat Axial
Filament pada bagian dalam,& membran plasma dibagian luar yang berfungsi
untuk pergerakan sperma Berupa flagella untuk pergerakan spermatozoon. Bagian
ini mengandung sedikit sekali sitoplasma dan mengandung rangka poros yang
disebut aksonema.
2.2
Karakteristik Semen
Karakteristik Semen pada kambing
yaitu (Blakely, dkk. 1994):
1. Warna
Semen kambing normal
berwarna seperti susu atau krem keputih-putihan dan keruh. Derajat kekeruhannya
tergantung pada konsentrasi sperma. Kira-kira 10% kambing-kambing jantan
menghasilkan semen yang normal berwarna kuning-kekuningan. Warna ini disebabkan
oleh pigmen riboflavin yang dibawakan oleh satu gene autosomal resesif dan
tidak mempunyai pengaruh terhadap fertilitas.
2. Volume
2. Volume
Volume semen
yang tertampung dapat langsung terbaca pada tabung penampungan yang berskala.
Volume semen kambing bervariasi antara 1,0 samapi 15,0 ml. volume rendah tidak
merugikan tetapi bila disertai dengan konsentrasi sperma yang rendah akan
membatasi jumlah spermatozoa yang tersedia. Suatu peninggian atau penurunan
volume semen yang diejakulasikan umumnya tidak berhubungan dengan fertilitas
atau sterilitas pejantan kecuali kalau tidak terjadi ejakulasi.
3. pH
Dearajat keasaman
(pH) diukur dengan menggunakan kertas lakmus yang memiliki rentang pH 6,0 – 7,0
semen segar memiliki pH sekitar 6,2 – 6,8.
4. Konsistensi
4. Konsistensi
Konsistensi atau
kekentalan semen segar dilihat dengan cara memiringkan tabung semen secara
perlahan dan mengembalikan semen keposisi semula sehingga dapat ditentukan
apakah cairan semen tersebut encer, sedang atau kental.
5. Motilitas
5. Motilitas
Motilitas atau
daya gerak spermatozoa dapat dilakukan dengan pemeriksaan gerakan massa dan
gerakan-gerakan individual sperma. Berdasarkan penilai gerakan massa, kulaitas
semen dapat dilakukan.
6. Persentase Hidup
Persentase hidup
spermatozoa dapat dilihat dengan cara pewarnaan eosin. Sel-sel sperma yang
hidup, tidak atau sedikit sekali yang menghisap warna sedangkan sel-sel yang
mati akan menyerap warna sehingga menjadi merah atau merah muda.
7. Konsentrasi
Pada kambing,
semen yang konsistensi krem mempunyai konsentrasi 1000 juta sampai 2000 juta
lebih sel sperma per ml, semen cair yang yang berwarna seperti susu encer
memiliki konsentrasi 500 sampai 600 juta sel per ml, sedangkan semen cair yang
berwarna atau hanya sedikit keruhan konsentrasi sekitar 100 juta per ml, dan yang
jernih seperti air kurang lebih 50 juta sel per ml (Toelihere, 1981).
8. Morfologi Spermatozoa
8. Morfologi Spermatozoa
Spermatozoa normal memiliki kepala, leher, badan dan
ekor. Dibawah mikroskop bagian dinding depan kepala tampak ⅔ bagian tertutup
oleh kromosom, tempat sambungan dasar akrosom dan kepala disebut cincin
nukleus. Diantara kepala dan badan terdapat sambungan pendek, yaitu leher.
Bagian badan dan ekor mampu bergerak bebas, meskipun tampa kepala. Ekor
merupakan cambuk, mendorong spermatozoa untuk bergerak maju.
Semen terdiri atas cairan yang berasal dari; vas
deferens (kira-kira 10% dari keseluruhan sperma), cairan dari vestikula
seminalis (kira-kira 60%), cairan dari kelenjar prostat (kira-kira 30%), dan
sejumlah kecil cairan dari dari kelenjar mukosa. Cairan prostat membuat semen
terlihat seperti susu, sementara cairan dari vestikula seminalis dan dari
kelenjar mukosa membuat semen menjadi agak kental (Yangimachi, R 1989).
Warna sperma yang normal
adalah putih keruh (opaque). Warna yang lain menunjukkan terdapatnya hal
serius, contohnya warna kuning yang mengarah pada adanya proses infeksi bakteri
yang berlangsung di kelenjar prostat (vesikula seminalis). Sedangkan warna
merah atau coklat tua menunjukkan adanya sel darah merah yang terdapat secara
berlebihan di dalam sperma dengan berbagai kemungkinan, seperti infeksi bakteri
yang berlangsung di kelenjar prostat (vesikula seminalis), petunjuk penyakit
yang lebih serius (kanker prostat). Namun semuanya itu membutuhkan ketelitian
dan evaluasi dari pemeriksaan seperti USG atau pemeriksaan penanda tumor
prostat (Djuhanda, 1981).
Sperma memiliki bau
seperti daun akasia. Walaupun ini bersifat sangat subyektif. Perubahan bau
sperma menjadi berbau anyir atau amis harus dicurigai. Bau amis atau anyir bisa
saja mengarah adanya proses infeksi di saluran reproduksi pria atau kelenjar
reproduksi, seperti prostat dan vesikula seminalis (Djuhanda, 1981).
Warna normal pada sperma ialah sperti lem kanji atau
putih-kelabu. Jika agak lama abstinensi kekuningan. Jika putih atau kuning
tandanya banyak lekosit, yang mungkin oleh adanya infeksi oada genetalia.
Pengenceran artau likuifaksi terjadi pada semen normal 15-20 menit
post-eyakulasi. Kalau semen tak mengencer, ini berarti ada gangguan pada
prostat yang menghasilkan zat pengencer itu (seminin). Orang ini sering kurang
fertile (subfertil). Jika semen terlalu kental (> 5cm), berarti kurang enzim
likuifikasi dari prostat. Terlalu uencer (< 3 cm), karena zat koagulasi yang
dihasilkan vesikul;a seminalis sedikit, atau enzim pengenceran dari prostat
terlalu banyak. pH normal ialah 7,2 – 7,8. pH > 8 menunjukan adanya radang
akut kelenjar kelamin atau epidydimitis. pH < 7,2 menunujukan adanya
penyakit kronis pada kelenjar atau epididymis. Jika pH rendah sekali
menunujukan ada gangguan atau applasia pada vesicular seminalis atau ductus
ejaculatoris (Yatim, 1994).
Kualitas spermatozoa yang dimaksud adalah
spermatozoa yang mempunyai daya hidup tinggi, morfologi normal dan motilitas
progresif. Motilitas merupakan kemampuan gerak maju individu spermatozoa di
dalam lingkungan zat cair. Pergerakan tersebut penting dalam membantu
spermatozoa menembus sel-sel pelindung yang mengelilingi sel telur. Syarat
minimal konsentrasi spermatozoa adalah 1 juta sel/ml, motilitas progresif 40%,
spermatozoa hidup 40% dan abnormalitas kurang dari 14%. Dalam rangka memenuhi
hal tersebut perlu dilakukan seleksi spermatozoa, yaitu memisahkan spermatozoa
berkualitas baik dari total populasi (Sujoko, 2009).
Kemungkinan lain menurunnya viabilitas spermatozoa
ini karena adanya hambatan dalam epididimis sebagai tempat pematangan
spermatozoa. Di dalam epididimis ini disekresi zat yang penting dalam menunjang
proses pematangan spermatozoa seperti ion (Ca, Na, K, Cl), substrat (protein,
asam sialat, glikogen, asam laktat, fosfolipid) dan enzim (LDH, fosfatase asam
dan fosfatase basa). Apabila ketiga unsur tersebut tidak tersedia dalam jumlah
cukup, maka proses pematangan spermatozoa akan terganggu., akibatnya kualitas
spermatozoa akan menurun (Rusmiati,2007).
2.3 Kandungan yang terdapat di dalam sperma
Kandungan – kandunagan yang terdapat di dalam sperma
(Yangimachi, R 1989):
Ammonia, Ascoric Acid, Ash, Calcium, Carbon Dioxide, Chloride,
Cholesterol.Citric Acid , Creatine, Ergothioneine,Trace Fructose, Glutathione, Glycerylphorylcholi
ne, Inositol , Lactic Acid, Magnesium, Nitrogen, nonprotein(total), Phosphorus,acid-soluble,
Inorganic, Lipid, Total (lipid), Phosphorylcholine, Potassium, Pyruvic Acid,
Sodium, Sorbitol, Vitamin B 12, Sulfur, Urea, Uric Acid, Zinc, Copper (Yangimachi, R 1989).
Sperma yang bekualiatas menurut
yaitu (Toelihere, 1985):
1.
Kualitas.
Sperma yang normal memiliki bentuk kepala oval dan ekor
panjang untuk mendorongnya maju dan berenang mencapai sel telur. Sperma yang
bentuknya besar, kecil, lonjong, keriting, atau memiliki ekor dobel, lebih
sulit membuahi sel telur .
2. Pergerakan
2. Pergerakan
Untuk
mencapai target, sperma harus mampu bergerak. Bila tidak bisa bergerak, bias bisa
sperma malah akan terbawa cairan mani dan menjauhi sel telur. Agar bias mencapai
sel telur, sperma harus bergerak sendiri. Sel sperma harus gesit dan berenang
sejauh beberapa inci untuk mencapai dan membuahi sel telur. Anda disebut subur
bila minimal separuh sperma bergerak maju.
2.4 Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kulaitas Semen
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kulaitas Semen
(Toelihere, 1981):
- Makanan
dan Nutrisi, Makanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja
reproduksi ternak jantan maupun betina. Pada tingkatan makanan yang rendah
sampai terjadi kerdil, penghambatan pertumbuhan pejantan muda atau
penurunan berat badan ternak dewasa maka terlihat atrophy testes,
penurunan jumlah spermatozoa per ejakulat dan kehilangan libido, kurangnya
nilai gizi makanan seperti vitamin A dan mineral sangat mempengaruhi
aktivitas seksual. Defesiensi vitamin A, ditandai dengan buta malam dan
kekakuan dapat menyebabkan atropy epithelium tebuli seminiferi dan
penurunan kualitas semen.
- Lingkungan,
Suhu lingkungan yang terlampau rendah atau terlampau tinggi dapat
mempengaruhi reproduksi hewan jantan. Fungsi thermoregulatoris scrotum
dapat terganggu dengan akibat-akibat buruk terhadap spermatogenesis. Peninggian
suhu udara karena kelembaban yang tinggi dapat memyebabkan kegaagalan
pembentukan dan penurunan produksi spermatozoa.
- Frekuensi
ejakulasi, frekuensi ejakulasi yang terlampau sering dalam satuan waktu
yang relatif pendek cenderung menurunkan libido, volume semen dan jumlah
spermatozoa per ejakulasi. Pemakaian pejantan yang terlampau sering dan
kontinyu menurunkan jumlah semen dan konsentrasi spertmatozoa (Toelihere,
1981). Pada kambing 20 ejakulasi berturut-turut dalam waktu 1,5 sampai 7
jam menurunkan volume semen dari 4,2 ml – 2,1 ml antara ejakulasi pertama
dan ejakulasi ke-20. konsentrasi sperma menurun dari 1,35 milyar menjadi
0,3 milyar per ml. Sifat-sifat semen sangat dipengaruhi pada frekuensi
ejakulasi yang tinggi pada pejantan-pejantan muda dan akan memerlukan
waktu istirahat lebih lama sebelum kembali keproduksi sperma yang normal.
- Penyakit,
Penyakit yang umum maupun lokal, khronik atau akut, menular dapat
mempengaruhi produksi kualitas dan kuantitas semen secara langsung maupun
tidak langsung. Pada abscess acuta dapat terjadi degenerasi sperma,
peninggian suhu badan (demam) yang menyusul dapat menyebabkan hilangnya
kepala sperma.
2.5
kajian al-qur’an
As-sajadah
ayat 8
¢OèO @yèy_ ¼ã&s#ó¡nS `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ä!$¨B &ûüÎg¨B ÇÑÈ
Artinya:
kemudian Dia menjadikan keturunannya dari
saripati air yang hina.
Makna dari surat
as-sajadah ayat 8:
Dalam Al-Qur’an surat As-Sajadah
: 8, dinyatakan bahwa manusia dibuat dari saripati air yang hina, yaitu mani.
Sebagaimana ayat tersebut bukan cairan yang membawa spermatozoaitu yang
membuahi telur, melainkan “saripatinya” saja. Saripati itu adalah sperma yang
didalamnya menjadi agen pembuahan, atau
lebih tepat lagi, kromosom didalam sperma itu merupakan saripati sperma.
Ketika sel telur membiarkan satu sperma masuk, sperma lain tidak mungkin masuk.
Penyebabnya adalah medan listrik yang terbentuk disekeliling sel telur yang
bermuatan negative (-). Ketika sperma menembus sel telur, muatan ini berubah
menjadi muatan positif (+). Oleh karena itu, sel telur tersebut yang kini
bermuatan sama dengan spermatozoa lain di luar, mulai menolak mereka.
Air mani
nerupakan suatu bahan yang di kelurkan dari bahan lain dan merupakan bagian
yang terbaik dari bahan itu sendiri. Satu dari beberapa sel yang di
keluarkan oleh manusia dalam keadaan normal yang dapat masuk kedalam ovum dan
kemudian menjadi segumpal darah , lalu segumpal darah itu di jadikan segumpal
daging , dan segumpal daging itu di jadikan tulang belulang, lalu tulang
–belulang itu di bungkus dengan daging , kemudian terjadilah mahluk yang
berbentuk lain.
Cairan yang disebut mani tidak mengandung sperma
saja. Cairan ini justru tersusun dari campuran berbagai cairan yang berlainan.
Cairan-cairan ini mempunyai fungsi-fungsi semisal mengandung gula yang
diperlukan untuk menyediakan energi bagi sperma, menetralkan asam di spintu
masuk rahim, dan melicinkan lingkungan agar memudahkan pergerakan sperma.
BAB
III
ETODE
PENGAMATAN
3.1 Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktikum Struktur
Perkembangan Hewan II pada bab sel kelamin jantan dilaksankan pada tanggal 04
April 2010 pada pukul 15.30-17.00. WIB di Laboratorium Pendidikan Biologi Dasar
A. Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
3.2
Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun
alat yang di gunakan dalam praktikum kali ini antara lain:
1. Mikroskop
1
buah
2. Pipet
tetes 4
buah
3. Gelas
kimia 100ml 4
buah
4. Hot
plate 1
buah
5. Kaca
benda 4
buah
6. Kaca
penutup 4
buah
7. Gelas
ukur 4
buah
8. Tabung
sperma 4
buah
3.2.2 Bahan
Adapun
bahan yang di gunakan dalam praktikum kali ini antar lain:
1. Sperma manusia normal 4 ml
2. Sperma manusia I (perokok ringan) 1,4 ml
3. Sperma manusia II (perokok berat) 3,5 ml
4. Sperma kambing 1,8 ml
3.3 Cara Kerja
1. Diamati secara makrokopis sperma
kambing, sperma manusia tidak perokok, sperma manusia perokok sedang, dan
sperma manusia perokok berat, makroskopik yang meliputi volume, warna, pH, dan
kekentalan.
2. Diamati secara mikrokopis sperma kambing, sperma manusia tidak
perokok, sperma manusia perokok sedang, dan sperma manusia perokok berat,
mikroskopik yang meliputi gelombag masa, pergerakan masa, pergerakan individu,
viabilitas, dan morfologi.
3. Dibandingkan morfologi dan
motilitas dari sperma kambing, sperma
manusia tidak perokok, sperma manusia perokok sedang, dan sperma manusia
perokok berat.
BABA
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil dan pembahasan
4.1.1
Hasil
1. Pengamtan Makrokopis
Jenis Sperma
|
Volume
|
Warna
|
PH
|
Kekentalan
|
Manusia normal
|
4 ml
|
Putih kekuningan
|
9
|
Agak kental
|
Perokok ringan
|
1,4ml
|
Putih kehijauan
|
8
|
Encer
|
Perokok barat
|
3,5ml
|
Putik kekuningan
|
8
|
Agak kental
|
Kambing
|
1,7ml
|
Putih susu
|
5
|
Kental
|
2. Pengamatan Makrokopis
Jenis sperma
|
Gelombang massa
|
Peregerakan massa
(%)
|
Pergerakan individu
( %)
|
Viabilitas (%)
|
Morfologi (%)
|
manusia normal
|
++
|
10%
|
Maju 10%
Mundur 0%
Memutar 5%
Bergetar 2%
|
0 %
|
Normal 5%
Abnormal 90%
|
Perokok ringan
|
+
|
0%
|
Maju 0%
|
0%
|
Normal 45%
Abnormal 55%
|
Perokok berat
|
++
|
85%
|
Maju 90%
Mundur 0%
Memutar 8%
Bergetar 2%
|
0%
|
Normal 75%
Abnormal 25%
|
Kambing
|
_
|
_
|
_
|
_
|
Abnormal 0%
Normal 70%
|
3. pengamtan morfologi
Jenis sperma
|
Gambar pengamatan
|
Gambar literatur
|
Keterangan
|
Manusia normal
|
|
![]() ![]() ![]() |
1. normal
2. kepala besar
3.ekor bercabang
|
|
|
(Anonymous,
2010)
|
|
Perokok ringan
|
|
![]() ![]() ![]() |
1. normal
2. kepala besar
3.ekor bercabang
|
|
|
(Anonymous,
2010)
|
|
Perokok barat
|
|
![]() |
1. normal
2. kepala ganda
3. Kepala kecil
4. kepala besar
5.ekor bercabang
|
|
|
(Anonymous,
2010)
|
|
Kambing
|
_
|
|
_
|
4.2 Pembahasan
4.2.1
pengamatan makrokopis
Berdasarkan pengamtan yang telah kami
lakukan terhadap sperma manusia tidak merokok, sperma perokok ringan, sperma
perokok berat dan sperma kambing jantan yang di lakukan secara makrokopis di dapatkan hasil , bahwa:
a.
Pada manusia
normal volume sprmanya 4 ml, warnanya putih kekuningan agak kental dan
mempunyai PH 9 (asam).
b.
Pada
manusia perokok ringan volume spermanya 1,4 ml , mempunyai warna putih
kehijauan yang encer dan mempunyai PH 8 (asam),
c.
Pada sperma
perokok berat volume spermanya 3,5 ml, warnanya putih kekuningan agak kental,
dan mempunyai PH 8 (asam), Dan
d.
Pada sperma
kambing jantan mempunyai volume 1,7 ml, berwarna putih susu yang kental dan mempunyai PH 5 (basa).
Menurut
Toelihere (1981), Frekuensi ejakulasi, frekuensi ejakulasi yang terlampau
sering dalam satuan waktu yang relatif pendek cenderung menurunkan libido,
volume semen dan jumlah spermatozoa per ejakulasi.
Yatim
(1994), juga mennyatakan bahwa warna
normal pada sperma ialah sperti lem kanji atau putih-kelabu. Jika agak lama
abstinensi kekuningan. Jika putih atau kuning tandanya banyak lekosit, yang
mungkin oleh adanya infeksi oada genetalia. Pengenceran artau likuifaksi
terjadi pada semen normal 15-20 menit post-eyakulasi. Kalau semen tak
mengencer, ini berarti ada gangguan pada prostat yang menghasilkan zat
pengencer itu (seminin). Orang ini sering kurang fertile (subfertil). Jika
semen terlalu kental (> 5cm), berarti kurang enzim likuifikasi dari prostat.
Terlalu uencer (< 3 cm), karena zat koagulasi yang dihasilkan vesikul;a
seminalis sedikit, atau enzim pengenceran dari prostat terlalu banyak. pH
normal ialah 7,2 – 7,8. pH > 8 menunjukan adanya radang akut kelenjar
kelamin atau epidydimitis. pH < 7,2 menunujukan adanya penyakit kronis pada
kelenjar atau epididymis. Jika pH rendah sekali menunujukan ada gangguan atau
applasia pada vesicular seminalis atau ductus ejaculatoris
4.2.2 Pengamatan
mikrokopis
Dari
pengamtan yang telah kami lakukan secara mikrokopis terhadap sperma manusia
tidak merokok, sperma perokok ringan, sperma perokok berat dan sperma kambing
jantan, di dapatkan hasil bahwa:
a.
Pada manusia
normal menpunyai sperma dengan gelombang massa (++), pergerakan massanya 10%, pergerkan individunya 90% bergerak maju, 0% bergerak mundur,
0% bergerak memutar dan 10% bergetar,
mempunyai viabilitasnya 0% mati, serta 5% tidak normal, dan yang normal 95 %.
b.
Pada
sperma manusia perokok ringan gelombang massa (+), pergerakan massanya 0%, pergerakan individunya juga 0% ,
viabilitas spermanya juaga 0%, secara morfolgi sperma yang mempunyai kepala
besar 40%, kepala kecil 45% dan 15% ekornya bercabang.
c.
Pada
sperma manusia perokok berat gelombang
massa spermanya (++), pergerakan massanya 85%, pergerakan
individunya 90% bergerak maju, 0%
bergerak mundur, 8% bergerak memutar, dan 2% bergetar, viabilitas
spermanya 0% dan secara morfologi 45% berkepala kecil, 40% berkepala besar, dan
15% ekornya bercabang.
d.
Pada
sperma kambing jantan berat gelombang massa spermanya tidak ada, pergerakan
massa juga tidak ada, dan pergerakan
individu, viabilitasnyapun juga tidak ada, hal ini di sebabkan terlalu lama
sperma berada di luar tesrtis sehingga sel spermanya kebanyakan yang mati.
Tetapi secara morfologi dapat di ketahui 30% abnornmal dan 70% yang normal.
Menururt
Guyton (1997) menyatakan bahwa spermatozoon yang tidak normal, bergerak tidak
progressif dan yang mati akan keluar bersama plasma semen (dikeluarkan bersama
cairan dari vagina yang keluar ketika usai berhubungan seksual). Ciri dari
spermatozoon yang memiliki bentuk normal adalah memiliki struktur yang lengkap
untuk melindungi muatan genetis yang dibawanya.
Rusmiati
(2007), juga menyatakan bahwa kemungkinan lain menurunnya viabilitas
spermatozoa ini karena adanya hambatan dalam epididimis sebagai tempat
pematangan spermatozoa. Di dalam epididimis ini disekresi zat yang penting
dalam menunjang proses pematangan spermatozoa seperti ion (Ca, Na, K, Cl),
substrat (protein, asam sialat, glikogen, asam laktat, fosfolipid) dan enzim
(LDH, fosfatase asam dan fosfatase basa). Apabila ketiga unsur tersebut tidak
tersedia dalam jumlah cukup, maka proses pematangan spermatozoa akan
terganggu., akibatnya kualitas spermatozoa akan menurun.
4.2.3 pengamatan secara morfologi
Dari
pengamatan yang telah di lakukaan terhadap sperma manusia tidak merokok, sperma perokok ringan,
sperma perokok berat dan sperma kambing jantan, secaramorfologi di dapatkan
hasil bahwa:
a.
Sperma
manusia tidak perokok morfologi spermanya, yaitu berkepala kecil, berkepala
besar, dan berekor dua.
b.
Sperma
manusia perokok ringan ringan morfologi spermanya sama seperti seperma tidak
perokok yaitu berkepala kecil, berkepala besar, dan ekornya bercabang.
c.
Sperma
manusia perokok berat morfologi spermanya, yaitu tidak di katahui karena atau
sel spermanya sudah mati, karena terlalu lama sperma berada dalam suhu yang
tidak sesuai dengan suhu tubuh.
d.
Pada
sperma kambing jantan bentuk morfloginya tidak di ketahui sama sekali karena
sel-sel sperma sudah mati yang di sebabkan terlalu lama berad adi luar suhu
tubuh.
Yatim (1994)
yang menyatakan bahwa pada dasarnya, sperma normal memiliki bagian-bagian yang
masing-masing memiliki fungsi yang mendukung proses fertilisasi dapat
berlangsung. Bagian-bagian tersebut terbagi atas 3 bagian utama, yaitu: bagian
kepala, bagian badan, bagian ekor.
Toelihere
(1985), menyatakan, bahwa suhu lingkungan yang terlampau rendah atau terlampau
tinggi dapat mempengaruhi reproduksi hewan jantan. Fungsi thermoregulatoris
scrotum dapat terganggu dengan akibat-akibat buruk terhadap spermatogenesis.
Peninggian suhu udara karena kelembaban yang tinggi dapat memyebabkan
kegaagalan pembentukan dan penurunan produksi spermatozoa.
4.3
Perbandingan
4.3.1
sperma kambing dan sperma manusia
- Sperma
kambing bentuk kepalanya meruncing dan ekornya panjang.
- Sperma
manusia bentuk kepalanya oval, lebar dan kecil, dan juga ekor ekornya
lebih pendek.
4.3.2
sperma manusia dengan manusia
- Sperma
manusia perokok ringan abnormalnya lebih banyak dari pada perokok berat.
- Sperma manusia normal paling banyak sperma yang normal dari pada sperma perokok ringan dan sperma perokok berat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di simpulan
bahwa:
1.Pengamatan makroskopik
a.
Pada
manusia normal volume sprmanya 4 ml, warnanya putih kekuningan agak kental dan
mempunyai PH 9 (asam).
b.
Pada
manusia perokok ringan volume spermanya 1,4 ml , mempunyai warna putih
kehijauan yang encer dan mempunyai PH 8 (asam)
c.
Pada
sperma perokok berat volume spermanya 3,5 ml, warnanya putih kekuningan agak
kental, dan mempunyai PH 8 (asam)
d.
Pada
sperma kambing jantan mempunyai volume 1,7 ml, berwarna putih susu yang kental dan mempunyai PH 5 (basa).
2.Pengamatan mikroskopik
a.
Pada
manusia normal menpunyai sperma dengan gelombang massa (++), pergerakan massanya 10%, pergerkan individunya 90% bergerak maju, 0% bergerak mundur,
0% bergerak memutar dan 10% bergetar,
mempunyai viabilitasnya 0% mati, serta 5% tidak normal, dan yang normal 95 %.
b.
Pada
sperma manusia perokok ringan gelombang massa (+), pergerakan massanya 0%, pergerakan individunya juga 0% ,
viabilitas spermanya juaga 0%, secara morfolgi sperma yang mempunyai kepala
besar 40%, kepala kecil 45% dan 15% ekornya bercabang.
c.
Pada
sperma manusia perokok berat gelombang
massa spermanya (++), pergerakan massanya 85%, pergerakan
individunya 90% bergerak maju, 0%
bergerak mundur, 8% bergerak memutar, dan 2% bergetar, viabilitas
spermanya 0% dan secara morfologi 45% berkepala kecil, 40% berkepala besar, dan
15% ekornya bercabang.
d.
Pada
sperma kambing jantan berat gelombang massa spermanya tidak ada, pergerakan
massa juga tidak ada, dan pergerakan
individu, viabilitasnyapun juga tidak diketahui.
3. Pengamatan morfologi
a.
Sperma
manusia tidak perokok morfologi spermanya, yaitu berkepala kecil, berkepala
besar, dan berekor dua.
b.
Sperma
manusia perokok ringan ringan morfologi spermanya sama seperti seperma tidak
perokok yaitu berkepala kecil, berkepala besar, dan ekornya bercabang.
c.
Sperma
manusia perokok berat morfologi spermanya, yaitu tidak di katahui karena atau
sel spermanya sudah mati, karena terlalu lama sperma berada dalam suhu yang
tidak sesuai dengan suhu tubuh.
d.
Pada
sperma kambing jantan bentuk morfloginya tidak di ketahui sama sekali karena
sel-sel sperma sudah mati yang di sebabkan terlalu lama berada di luar suhu
tubuh.
5.2 Saran
Di harapkan dalam praktikum
selanjutnya lebih tertip dan ketika praktikan tidak mendaptkan bahan
keskuensinya jangan pada nilai, tetapi di kasih kesmpatan pada praktikum
selanjutnya, terimah kasih banyak kepada asisten yang telah mendampingi
praktikan, sehingga dalam praktikum yang telah di lakukan bias berjalan dengan
lancer.
DAFTAR
PUSTAKA.
Blakely, J and H.D. Bade. 1994.
Ilmu Peternakan Edisi Keempat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pree.
Djarubito, Mukayat.1984.Reproduksi Hewan. Surabaya: IKIP Press.
Djuhanda, T. 1981. Embrio
Perbandingan. Bandung: C.V. Armico
Dorldan. 1996,
Kamus Kedokteran. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Ed 9. Jakarta: EGC
Partodihardjo,S 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. , Jakarta: Mutiara
Rusmiati.
2007. Pengaruh Ekstrak Kayu Secang
(Caesalpinia Sappan L)Terhadap Viabilitas Spermatozoa Mencit Jantan (Mus
Musculus L). Jurnal Program Studi Biologi Fakultas MIPA Universitas Lambung
Mangkurat: Kalimantan Selatan.
Sujoko,
heri. 2009. Seleksi Spermatozoa Domba
Garut dengan Metode Sentrifugasi Gradien Densitas Percoll. Jurnal Veteriner
: Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya. Vol.
10 No. 3 : 125-132
Toelihere. M.R. 1981. Inseminasi Buatan pada Ternak. Bandung: Penerbit Angkasa Bandung.
Toelihere.
M.R. 1985. Fisiologi Reproduksi Ternak.
Bandung: Penerbit Angkasa Bandung.
Yangimachi,
R 1989. Sperm Capacitation and Gamete
Interaction. J. Reprod. Fertil. 38 : 27
Yatim,
Wildan. 1984. Embriologi untuk Mahasiswa
Biologi dan Kedokteran. Bandung: Tarsito Press.
0 komentar:
Posting Komentar