RSS

laporan sel kelamin jantan


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dalam mata kuliah Struktur Perkembangan Hewan II ini yang dibahas bukan lagi masalah histologi akan tetapi system reproduksi. Reproduksi adalah proses menghasilkan individu baru  dari dirinya sendiri dan ini merupakan salah satu ciri makhluk hidup yang membedakan dengan yang tidak hidup. Sistem reproduksi disebut juga sistem perkembangbiakan atau sistem genetalia. Sistem ini berfungsi untuk menghasilkan sel kelamin jantan (gamet), menyalurkan gamet jantan agar mendapatkan iondividu baru yang bekualitas..
Oleh sebab itu agar mendapatkan individu baru, kita perlu mengetahui anatomi dan morfologi sel kelamin jantan (gamet) yang akan membuahi sel kelamin betina (ovum), dan ciri yang bagaimankah sel kelamin jantan yang berkaualiatas, dan ciri-ciri apa sel kelamin jantan yang kurang berkualiatas. Dari hal tersebut maka perlu di adakan pengamatan terhadap sel kelamin jantan secara morfologi dan anatomi.

1.2  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada praktikum kali ini adalah:
1.      Bagaimana struktur morfologi dan anatomi spermatozoid?
2.      Bagaimana pebedaan sel kelamin jantan yang di ambil dari bagian-bagian yang berbeda?
3.       
1.3  Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum kali ini adalah:
  1. Mengenal struktur morfologi  dan anatomi spermatozoid
  2. Mengamati perbedaan sel kelamin yamg di ambil dari bagian-bagin system reproduksi yang berbeda.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gamet dihasilkan dalam gonad. Gamet jantan spermatozoon (jamak spermatozoa) dihasilkan dalam gonad jantan disebut testis. Gamet betina ovum (jamak ova); dihasilkan dalam gonad betina disebut ovarium. Hewan hermaprodit atau monocious memiliki sebuah gonad gabungan disebut ovo-testis, yang menghasilkan kedua jenis gamet. Proses menghasilkan gamet matang sehingga mampu membuahi disebut gametogenesis, yang dibagi atas 2 macam: spermatogenesis, pembentukan spermatozoa, oogenesis, pembentukan ovum. Gametogenesis terdiri dari 4 tahap: perbanyakan, pertumbuahan, pematangan, perubahan bentuk (Yatim,1982).
Sperma atau air mani dihasilkan oleh testis dan disalurkan keluar bersama-sama semen atau cairan sperma melalui penis pada waktu ejakulasi berlangsung. Sperma membawa cikal bakal kehidupan. Volume normal cairan sperma dalam sekali ejakulasi antara 3 – 5 ml. Jika di bawah 3 ml, kondisi tersebut tidak normal dan mungkin pertanda kurangnya sperma. Jumlah sperma normal berkisar antara 60 – 120 juta per ml. Sperma-sperma tersebut harus menunjukkan derajat motility atau pergerakan yang tinggi agar dapat mencapai sel telur. Biasanya 60-80 % sperma masih aktif bergerak selama 3-6 jam ejakulasi (Partodihardjo,S 1992).
Sperma dihasilkan oleh testis dan dialirkan ke luar oleh sebuah saluran yang disebut epididimis. Waktu yang diperlukan untuk berjalan di dalam epididimis berkisar antara 4 dan 6 minggu. Selama perjalanan, sperma juga mengalami proses pematangan dirinya (Partodihardjo,S 1992).
Selepas dari epididimis, sperma akan masuk ke dalam sebuah tabung otot yang disebut vas deferens. Jutaan sperma memasuki vas deferens setiap harinya. Vas deferens membentang dari epididimis ke uretra. Dari sini, sperma akan dipersiapkan untuk keluar melalui penis. Vas deferens juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan sperma (Partodihardjo,S 1992).
Semen adalah sekresi kelamin jantan yang secara normal diejakulasikan kedalam saluran kelamin betina sewaktu kopulasi, tetapi dapat pula ditampung dengan berbagai cara untuk keperluan IB, penilain semen segar dilakukan segera setelah penampungan, baik secara makroskopis (volume, warna pH, konsistensi) dan mikroskopis (motilitas, pesentase hidup, konsentrasi dan morfologi) (Toelihere, 1985).
Air mani sering disebut sperma atau semen, terdiri dari campuran spermatozoa dan sekresi kelenjar asesorius dan epididimis. Sekreta kelenjar selain sebagai pengangkut (vesicle), juga bekerja sebagai pembawa makanan serta mengaktifkan gerakan spermatozoa. Kandungan hialuronidase dalam air mani yang cukup tinggi diduga terdapat pada kepala dari spermatozoa, enzim mana yang diperlukan pada proses pembuahan, khususnya untuk merusak selaput sekunder dari ovum (Djarubito, 1984).
Pada dasarnya, sperma memiliki bagian-bagian yang masing-masing memiliki fungsi yang mendukung proses fertilisasi dapat berlangsung. Bagian-bagian tersebut terbagi atas 3 bagian utama, yaitu (Yatim, 1984):
1. Bagian Kepala ,
Pada bagian kepala spermatozoon ini, terdapat inti tebal dengan sedikit sitoplasma yang diselubungi oleh selubung tebal dan terdapat 23 kromosom dari sel ayah. Selubung tebal yang dimaksud adalah akrosom, fungsi dari akrosom adalah untuk melindungi, juga menghasilkan enzim. Akrosom ini mengandung enzim pembuahan yaitu hialuronidase dan akrosin. Yang masing-masing enzim tersebut memiliki fungsi yang berbeda.
a.       Hialuronidase merupakan enzim yang dapat melarutkan hialuronid pada korona radiata ovum, sehingga spermatozoon dapat menembus dan membuahi ovum.
b.      Sementara akrosin merupakan enzim protease yang dapat menghancurkan glikoprotein yang terdapat di zona pellusida ovum.
2. Bagian Badan
Terdapat sebuah mitokondria berbentuk spiral dan berukuran besar, berfungsi sebagai penyedia ATP/ energi untuk pergerakan ekor.
3. Bagian Ekor
Pada bagian ekor sperma yang cukup panjang terdapat Axial Filament pada bagian dalam,& membran plasma dibagian luar yang berfungsi untuk pergerakan sperma Berupa flagella untuk pergerakan spermatozoon. Bagian ini mengandung sedikit sekali sitoplasma dan mengandung rangka poros yang disebut aksonema.
2.2 Karakteristik Semen
Karakteristik Semen pada kambing yaitu (Blakely, dkk. 1994):
1. Warna
Semen kambing normal berwarna seperti susu atau krem keputih-putihan dan keruh. Derajat kekeruhannya tergantung pada konsentrasi sperma. Kira-kira 10% kambing-kambing jantan menghasilkan semen yang normal berwarna kuning-kekuningan. Warna ini disebabkan oleh pigmen riboflavin yang dibawakan oleh satu gene autosomal resesif dan tidak mempunyai pengaruh terhadap fertilitas.
2. Volume
Volume semen yang tertampung dapat langsung terbaca pada tabung penampungan yang berskala. Volume semen kambing bervariasi antara 1,0 samapi 15,0 ml. volume rendah tidak merugikan tetapi bila disertai dengan konsentrasi sperma yang rendah akan membatasi jumlah spermatozoa yang tersedia. Suatu peninggian atau penurunan volume semen yang diejakulasikan umumnya tidak berhubungan dengan fertilitas atau sterilitas pejantan kecuali kalau tidak terjadi ejakulasi.


3. pH
Dearajat keasaman (pH) diukur dengan menggunakan kertas lakmus yang memiliki rentang pH 6,0 – 7,0 semen segar memiliki pH sekitar 6,2 – 6,8.
4. Konsistensi
Konsistensi atau kekentalan semen segar dilihat dengan cara memiringkan tabung semen secara perlahan dan mengembalikan semen keposisi semula sehingga dapat ditentukan apakah cairan semen tersebut encer, sedang atau kental.
5. Motilitas
Motilitas atau daya gerak spermatozoa dapat dilakukan dengan pemeriksaan gerakan massa dan gerakan-gerakan individual sperma. Berdasarkan penilai gerakan massa, kulaitas semen dapat dilakukan.
6. Persentase Hidup
Persentase hidup spermatozoa dapat dilihat dengan cara pewarnaan eosin. Sel-sel sperma yang hidup, tidak atau sedikit sekali yang menghisap warna sedangkan sel-sel yang mati akan menyerap warna sehingga menjadi merah atau merah muda.
7. Konsentrasi
Pada kambing, semen yang konsistensi krem mempunyai konsentrasi 1000 juta sampai 2000 juta lebih sel sperma per ml, semen cair yang yang berwarna seperti susu encer memiliki konsentrasi 500 sampai 600 juta sel per ml, sedangkan semen cair yang berwarna atau hanya sedikit keruhan konsentrasi sekitar 100 juta per ml, dan yang jernih seperti air kurang lebih 50 juta sel per ml (Toelihere, 1981).
8. Morfologi Spermatozoa
Spermatozoa normal memiliki kepala, leher, badan dan ekor. Dibawah mikroskop bagian dinding depan kepala tampak ⅔ bagian tertutup oleh kromosom, tempat sambungan dasar akrosom dan kepala disebut cincin nukleus. Diantara kepala dan badan terdapat sambungan pendek, yaitu leher. Bagian badan dan ekor mampu bergerak bebas, meskipun tampa kepala. Ekor merupakan cambuk, mendorong spermatozoa untuk bergerak maju.
Semen terdiri atas cairan yang berasal dari; vas deferens (kira-kira 10% dari keseluruhan sperma), cairan dari vestikula seminalis (kira-kira 60%), cairan dari kelenjar prostat (kira-kira 30%), dan sejumlah kecil cairan dari dari kelenjar mukosa. Cairan prostat membuat semen terlihat seperti susu, sementara cairan dari vestikula seminalis dan dari kelenjar mukosa membuat semen menjadi agak kental (Yangimachi, R 1989).
Warna sperma yang normal adalah putih keruh (opaque). Warna yang lain menunjukkan terdapatnya hal serius, contohnya warna kuning yang mengarah pada adanya proses infeksi bakteri yang berlangsung di kelenjar prostat (vesikula seminalis). Sedangkan warna merah atau coklat tua menunjukkan adanya sel darah merah yang terdapat secara berlebihan di dalam sperma dengan berbagai kemungkinan, seperti infeksi bakteri yang berlangsung di kelenjar prostat (vesikula seminalis), petunjuk penyakit yang lebih serius (kanker prostat). Namun semuanya itu membutuhkan ketelitian dan evaluasi dari pemeriksaan seperti USG atau pemeriksaan penanda tumor prostat (Djuhanda, 1981).
Sperma memiliki bau seperti daun akasia. Walaupun ini bersifat sangat subyektif. Perubahan bau sperma menjadi berbau anyir atau amis harus dicurigai. Bau amis atau anyir bisa saja mengarah adanya proses infeksi di saluran reproduksi pria atau kelenjar reproduksi, seperti prostat dan vesikula seminalis (Djuhanda, 1981).
Warna normal pada sperma ialah sperti lem kanji atau putih-kelabu. Jika agak lama abstinensi kekuningan. Jika putih atau kuning tandanya banyak lekosit, yang mungkin oleh adanya infeksi oada genetalia. Pengenceran artau likuifaksi terjadi pada semen normal 15-20 menit post-eyakulasi. Kalau semen tak mengencer, ini berarti ada gangguan pada prostat yang menghasilkan zat pengencer itu (seminin). Orang ini sering kurang fertile (subfertil). Jika semen terlalu kental (> 5cm), berarti kurang enzim likuifikasi dari prostat. Terlalu uencer (< 3 cm), karena zat koagulasi yang dihasilkan vesikul;a seminalis sedikit, atau enzim pengenceran dari prostat terlalu banyak. pH normal ialah 7,2 – 7,8. pH > 8 menunjukan adanya radang akut kelenjar kelamin atau epidydimitis. pH < 7,2 menunujukan adanya penyakit kronis pada kelenjar atau epididymis. Jika pH rendah sekali menunujukan ada gangguan atau applasia pada vesicular seminalis atau ductus ejaculatoris (Yatim, 1994).
Kualitas spermatozoa yang dimaksud adalah spermatozoa yang mempunyai daya hidup tinggi, morfologi normal dan motilitas progresif. Motilitas merupakan kemampuan gerak maju individu spermatozoa di dalam lingkungan zat cair. Pergerakan tersebut penting dalam membantu spermatozoa menembus sel-sel pelindung yang mengelilingi sel telur. Syarat minimal konsentrasi spermatozoa adalah 1 juta sel/ml, motilitas progresif 40%, spermatozoa hidup 40% dan abnormalitas kurang dari 14%. Dalam rangka memenuhi hal tersebut perlu dilakukan seleksi spermatozoa, yaitu memisahkan spermatozoa berkualitas baik dari total populasi (Sujoko, 2009).
Kemungkinan lain menurunnya viabilitas spermatozoa ini karena adanya hambatan dalam epididimis sebagai tempat pematangan spermatozoa. Di dalam epididimis ini disekresi zat yang penting dalam menunjang proses pematangan spermatozoa seperti ion (Ca, Na, K, Cl), substrat (protein, asam sialat, glikogen, asam laktat, fosfolipid) dan enzim (LDH, fosfatase asam dan fosfatase basa). Apabila ketiga unsur tersebut tidak tersedia dalam jumlah cukup, maka proses pematangan spermatozoa akan terganggu., akibatnya kualitas spermatozoa akan menurun (Rusmiati,2007).
2.3 Kandungan yang terdapat di dalam sperma
Kandungan – kandunagan yang terdapat di dalam sperma (Yangimachi, R 1989):
Ammonia, Ascoric Acid, Ash, Calcium, Carbon Dioxide, Chloride, Cholesterol.Citric Acid , Creatine, Ergothioneine,Trace Fructose, Glutathione, Glycerylphorylcholi ne, Inositol , Lactic Acid, Magnesium, Nitrogen, nonprotein(total), Phosphorus,acid-soluble, Inorganic, Lipid, Total (lipid), Phosphorylcholine, Potassium, Pyruvic Acid, Sodium, Sorbitol, Vitamin B 12, Sulfur, Urea, Uric Acid, Zinc, Copper (Yangimachi, R 1989).

Sperma yang bekualiatas menurut yaitu (Toelihere, 1985):
1.      Kualitas.
Sperma yang normal memiliki bentuk kepala oval dan ekor panjang untuk mendorongnya maju dan berenang mencapai sel telur. Sperma yang bentuknya besar, kecil, lonjong, keriting, atau memiliki ekor dobel, lebih sulit membuahi sel telur .
2. Pergerakan
Untuk mencapai target, sperma harus mampu bergerak. Bila tidak bisa bergerak, bias bisa sperma malah akan terbawa cairan mani dan menjauhi sel telur. Agar bias mencapai sel telur, sperma harus bergerak sendiri. Sel sperma harus gesit dan berenang sejauh beberapa inci untuk mencapai dan membuahi sel telur. Anda disebut subur bila minimal separuh sperma bergerak maju.
2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kulaitas Semen
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kulaitas Semen (Toelihere, 1981):
  1. Makanan dan Nutrisi, Makanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja reproduksi ternak jantan maupun betina. Pada tingkatan makanan yang rendah sampai terjadi kerdil, penghambatan pertumbuhan pejantan muda atau penurunan berat badan ternak dewasa maka terlihat atrophy testes, penurunan jumlah spermatozoa per ejakulat dan kehilangan libido, kurangnya nilai gizi makanan seperti vitamin A dan mineral sangat mempengaruhi aktivitas seksual. Defesiensi vitamin A, ditandai dengan buta malam dan kekakuan dapat menyebabkan atropy epithelium tebuli seminiferi dan penurunan kualitas semen.
  2. Lingkungan, Suhu lingkungan yang terlampau rendah atau terlampau tinggi dapat mempengaruhi reproduksi hewan jantan. Fungsi thermoregulatoris scrotum dapat terganggu dengan akibat-akibat buruk terhadap spermatogenesis. Peninggian suhu udara karena kelembaban yang tinggi dapat memyebabkan kegaagalan pembentukan dan penurunan produksi spermatozoa.
  3. Frekuensi ejakulasi, frekuensi ejakulasi yang terlampau sering dalam satuan waktu yang relatif pendek cenderung menurunkan libido, volume semen dan jumlah spermatozoa per ejakulasi. Pemakaian pejantan yang terlampau sering dan kontinyu menurunkan jumlah semen dan konsentrasi spertmatozoa (Toelihere, 1981). Pada kambing 20 ejakulasi berturut-turut dalam waktu 1,5 sampai 7 jam menurunkan volume semen dari 4,2 ml – 2,1 ml antara ejakulasi pertama dan ejakulasi ke-20. konsentrasi sperma menurun dari 1,35 milyar menjadi 0,3 milyar per ml. Sifat-sifat semen sangat dipengaruhi pada frekuensi ejakulasi yang tinggi pada pejantan-pejantan muda dan akan memerlukan waktu istirahat lebih lama sebelum kembali keproduksi sperma yang normal.
  4. Penyakit, Penyakit yang umum maupun lokal, khronik atau akut, menular dapat mempengaruhi produksi kualitas dan kuantitas semen secara langsung maupun tidak langsung. Pada abscess acuta dapat terjadi degenerasi sperma, peninggian suhu badan (demam) yang menyusul dapat menyebabkan hilangnya kepala sperma.
2.5 kajian al-qur’an
As-sajadah ayat 8
 ¢OèO Ÿ@yèy_ ¼ã&s#ó¡nS `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ä!$¨B &ûüÎg¨B ÇÑÈ  
Artinya:
 kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.
Makna dari surat as-sajadah ayat 8:
               Dalam Al-Qur’an surat As-Sajadah : 8, dinyatakan bahwa manusia dibuat dari saripati air yang hina, yaitu mani. Sebagaimana ayat tersebut bukan cairan yang membawa spermatozoaitu yang membuahi telur, melainkan “saripatinya” saja. Saripati itu adalah sperma yang didalamnya menjadi agen pembuahan, atau  lebih tepat lagi, kromosom didalam sperma itu merupakan saripati sperma. Ketika sel telur membiarkan satu sperma masuk, sperma lain tidak mungkin masuk. Penyebabnya adalah medan listrik yang terbentuk disekeliling sel telur yang bermuatan negative (-). Ketika sperma menembus sel telur, muatan ini berubah menjadi muatan positif (+). Oleh karena itu, sel telur tersebut yang kini bermuatan sama dengan spermatozoa lain di luar, mulai menolak mereka.
               Air mani nerupakan suatu bahan yang di kelurkan dari bahan lain dan merupakan bagian yang terbaik dari bahan itu sendiri. Satu dari beberapa sel yang di keluarkan oleh manusia dalam keadaan normal yang dapat masuk kedalam ovum dan kemudian menjadi segumpal darah , lalu segumpal darah itu di jadikan segumpal daging , dan segumpal daging itu di jadikan tulang belulang, lalu tulang –belulang itu di bungkus dengan daging , kemudian terjadilah mahluk yang berbentuk lain.
Cairan yang disebut mani tidak mengandung sperma saja. Cairan ini justru tersusun dari campuran berbagai cairan yang berlainan. Cairan-cairan ini mempunyai fungsi-fungsi semisal mengandung gula yang diperlukan untuk menyediakan energi bagi sperma, menetralkan asam di spintu masuk rahim, dan melicinkan lingkungan agar memudahkan pergerakan sperma.









BAB III
ETODE PENGAMATAN
3.1 Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktikum Struktur Perkembangan Hewan II pada bab sel kelamin jantan dilaksankan pada tanggal 04 April 2010 pada pukul 15.30-17.00. WIB di Laboratorium Pendidikan Biologi Dasar A. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
3.2  Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang di gunakan dalam praktikum kali ini antara lain:
1.  Mikroskop                                                       1 buah
2.  Pipet tetes                                                       4 buah
3.  Gelas kimia 100ml                                          4 buah
4.  Hot plate                                                         1 buah
5.  Kaca benda                                                     4 buah
6.  Kaca penutup                                                  4 buah
7.  Gelas ukur                                                       4 buah
8.  Tabung sperma                                                4 buah
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang di gunakan dalam praktikum kali ini antar lain:
1.    Sperma manusia normal                                  4 ml
2.    Sperma manusia I (perokok ringan)                1,4 ml
3.    Sperma manusia II (perokok berat)                 3,5 ml
4.    Sperma kambing                                              1,8 ml



3.3 Cara Kerja
1.      Diamati secara makrokopis sperma kambing, sperma manusia tidak perokok, sperma manusia perokok sedang, dan sperma manusia perokok berat, makroskopik yang meliputi volume, warna, pH, dan kekentalan.
2.      Diamati secara mikrokopis sperma kambing, sperma manusia tidak perokok, sperma manusia perokok sedang, dan sperma manusia perokok berat, mikroskopik yang meliputi gelombag masa, pergerakan masa, pergerakan individu, viabilitas, dan morfologi.
3.      Dibandingkan morfologi dan motilitas  dari sperma kambing, sperma manusia tidak perokok, sperma manusia perokok sedang, dan sperma manusia perokok berat.



BABA IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan pembahasan
4.1.1 Hasil
1. Pengamtan Makrokopis
Jenis Sperma
Volume
Warna
PH
Kekentalan
Manusia normal
4 ml
Putih kekuningan
9
Agak kental
Perokok ringan
1,4ml
Putih kehijauan
8
Encer
Perokok barat
3,5ml
Putik kekuningan
8
Agak kental
Kambing
1,7ml
Putih susu
5
Kental

2. Pengamatan Makrokopis
Jenis sperma
Gelombang massa
Peregerakan massa
(%)
Pergerakan individu
( %)
Viabilitas (%)
Morfologi (%)
manusia normal
++
10%
Maju 10%
Mundur 0%
Memutar 5%
Bergetar 2%
0 %
Normal 5%
Abnormal 90%
Perokok ringan
+
0%
Maju 0%
0%
Normal 45%
Abnormal 55%
Perokok berat
++
85%
 Maju 90%
Mundur 0%
Memutar 8%
Bergetar 2%
0%
Normal 75%
Abnormal 25%
Kambing  
_
­_
_
_
 Abnormal 0%
Normal 70%



3. pengamtan morfologi
Jenis sperma
Gambar pengamatan
Gambar literatur
Keterangan
Manusia normal

1. normal
2. kepala besar
3.ekor bercabang


(Anonymous, 2010)

Perokok ringan

1. normal
2. kepala besar
3.ekor bercabang


(Anonymous, 2010)

Perokok barat

1. normal
2. kepala ganda
3. Kepala kecil
4. kepala besar
5.ekor bercabang


(Anonymous, 2010)

Kambing
­_

­_

4.2  Pembahasan
4.2.1  pengamatan makrokopis
Berdasarkan pengamtan yang telah kami lakukan terhadap sperma manusia tidak merokok, sperma perokok ringan, sperma perokok berat dan sperma kambing jantan yang di lakukan secara makrokopis  di dapatkan hasil , bahwa:
a.    Pada manusia normal volume sprmanya 4 ml, warnanya putih kekuningan agak kental dan mempunyai PH 9 (asam).
b.    Pada manusia perokok ringan volume spermanya 1,4 ml , mempunyai warna putih kehijauan yang encer dan mempunyai PH 8 (asam),
c.    Pada sperma perokok berat volume spermanya 3,5 ml, warnanya putih kekuningan agak kental, dan mempunyai PH 8 (asam),  Dan
d.   Pada sperma kambing jantan mempunyai volume 1,7 ml, berwarna putih susu yang  kental dan mempunyai PH 5 (basa).  
Menurut Toelihere (1981), Frekuensi ejakulasi, frekuensi ejakulasi yang terlampau sering dalam satuan waktu yang relatif pendek cenderung menurunkan libido, volume semen dan jumlah spermatozoa per ejakulasi.
Yatim (1994), juga  mennyatakan bahwa warna normal pada sperma ialah sperti lem kanji atau putih-kelabu. Jika agak lama abstinensi kekuningan. Jika putih atau kuning tandanya banyak lekosit, yang mungkin oleh adanya infeksi oada genetalia. Pengenceran artau likuifaksi terjadi pada semen normal 15-20 menit post-eyakulasi. Kalau semen tak mengencer, ini berarti ada gangguan pada prostat yang menghasilkan zat pengencer itu (seminin). Orang ini sering kurang fertile (subfertil). Jika semen terlalu kental (> 5cm), berarti kurang enzim likuifikasi dari prostat. Terlalu uencer (< 3 cm), karena zat koagulasi yang dihasilkan vesikul;a seminalis sedikit, atau enzim pengenceran dari prostat terlalu banyak. pH normal ialah 7,2 – 7,8. pH > 8 menunjukan adanya radang akut kelenjar kelamin atau epidydimitis. pH < 7,2 menunujukan adanya penyakit kronis pada kelenjar atau epididymis. Jika pH rendah sekali menunujukan ada gangguan atau applasia pada vesicular seminalis atau ductus ejaculatoris

4.2.2 Pengamatan mikrokopis
Dari pengamtan yang telah kami lakukan secara mikrokopis terhadap sperma manusia tidak merokok, sperma perokok ringan, sperma perokok berat dan sperma kambing jantan, di dapatkan hasil bahwa:
a.    Pada manusia normal menpunyai sperma dengan gelombang massa (++), pergerakan massanya 10%, pergerkan individunya  90% bergerak maju, 0% bergerak mundur, 0%  bergerak memutar dan 10% bergetar, mempunyai viabilitasnya 0% mati, serta 5% tidak normal, dan yang normal 95 %.
b.    Pada sperma manusia perokok ringan gelombang massa (+), pergerakan massanya 0%, pergerakan individunya juga 0% , viabilitas spermanya juaga 0%, secara morfolgi sperma yang mempunyai kepala besar 40%, kepala kecil 45% dan 15% ekornya bercabang.
c.    Pada sperma manusia perokok berat gelombang  massa spermanya (++),  pergerakan massanya 85%, pergerakan individunya 90% bergerak maju, 0%  bergerak mundur, 8% bergerak memutar, dan 2% bergetar, viabilitas spermanya 0% dan secara morfologi 45% berkepala kecil, 40% berkepala besar, dan 15% ekornya bercabang.
d.   Pada sperma kambing jantan berat gelombang massa spermanya tidak ada, pergerakan massa juga  tidak ada, dan pergerakan individu, viabilitasnyapun juga tidak ada, hal ini di sebabkan terlalu lama sperma berada di luar tesrtis sehingga sel spermanya kebanyakan yang mati. Tetapi secara morfologi dapat di ketahui 30% abnornmal dan 70% yang normal.
Menururt Guyton (1997) menyatakan bahwa spermatozoon yang tidak normal, bergerak tidak progressif dan yang mati akan keluar bersama plasma semen (dikeluarkan bersama cairan dari vagina yang keluar ketika usai berhubungan seksual). Ciri dari spermatozoon yang memiliki bentuk normal adalah memiliki struktur yang lengkap untuk melindungi muatan genetis yang dibawanya.
Rusmiati (2007), juga menyatakan bahwa kemungkinan lain menurunnya viabilitas spermatozoa ini karena adanya hambatan dalam epididimis sebagai tempat pematangan spermatozoa. Di dalam epididimis ini disekresi zat yang penting dalam menunjang proses pematangan spermatozoa seperti ion (Ca, Na, K, Cl), substrat (protein, asam sialat, glikogen, asam laktat, fosfolipid) dan enzim (LDH, fosfatase asam dan fosfatase basa). Apabila ketiga unsur tersebut tidak tersedia dalam jumlah cukup, maka proses pematangan spermatozoa akan terganggu., akibatnya kualitas spermatozoa akan menurun.
4.2.3 pengamatan secara morfologi
Dari pengamatan yang telah di lakukaan terhadap sperma  manusia tidak merokok, sperma perokok ringan, sperma perokok berat dan sperma kambing jantan, secaramorfologi di dapatkan hasil bahwa:
a.       Sperma manusia tidak perokok morfologi spermanya, yaitu berkepala kecil, berkepala besar, dan berekor dua.
b.      Sperma manusia perokok ringan ringan morfologi spermanya sama seperti seperma tidak perokok yaitu berkepala kecil, berkepala besar, dan ekornya bercabang.
c.       Sperma manusia perokok berat morfologi spermanya, yaitu tidak di katahui karena atau sel spermanya sudah mati, karena terlalu lama sperma berada dalam suhu yang tidak sesuai dengan suhu tubuh.
d.      Pada sperma kambing jantan bentuk morfloginya tidak di ketahui sama sekali karena sel-sel sperma sudah mati yang di sebabkan terlalu lama berad adi luar suhu tubuh.
Yatim (1994) yang menyatakan bahwa pada dasarnya, sperma normal memiliki bagian-bagian yang masing-masing memiliki fungsi yang mendukung proses fertilisasi dapat berlangsung. Bagian-bagian tersebut terbagi atas 3 bagian utama, yaitu: bagian kepala, bagian badan, bagian ekor.
Toelihere (1985), menyatakan, bahwa suhu lingkungan yang terlampau rendah atau terlampau tinggi dapat mempengaruhi reproduksi hewan jantan. Fungsi thermoregulatoris scrotum dapat terganggu dengan akibat-akibat buruk terhadap spermatogenesis. Peninggian suhu udara karena kelembaban yang tinggi dapat memyebabkan kegaagalan pembentukan dan penurunan produksi spermatozoa.





4.3 Perbandingan
4.3.1 sperma kambing dan sperma manusia
  1. Sperma kambing bentuk kepalanya meruncing dan ekornya panjang.
  2. Sperma manusia bentuk kepalanya oval, lebar dan kecil, dan juga ekor ekornya lebih pendek.
4.3.2 sperma manusia dengan manusia
  1. Sperma manusia perokok ringan abnormalnya lebih banyak dari pada perokok berat.
  2. Sperma manusia normal paling banyak sperma yang normal dari pada sperma perokok ringan dan sperma perokok berat.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di simpulan bahwa:
1.Pengamatan makroskopik
a.       Pada manusia normal volume sprmanya 4 ml, warnanya putih kekuningan agak kental dan mempunyai PH 9 (asam).
b.      Pada manusia perokok ringan volume spermanya 1,4 ml , mempunyai warna putih kehijauan yang encer dan mempunyai PH 8 (asam)
c.       Pada sperma perokok berat volume spermanya 3,5 ml, warnanya putih kekuningan agak kental, dan mempunyai PH 8 (asam)
d.      Pada sperma kambing jantan mempunyai volume 1,7 ml, berwarna putih susu yang  kental dan mempunyai PH 5 (basa). 
2.Pengamatan mikroskopik
a.       Pada manusia normal menpunyai sperma dengan gelombang massa (++), pergerakan massanya 10%, pergerkan individunya  90% bergerak maju, 0% bergerak mundur, 0%  bergerak memutar dan 10% bergetar, mempunyai viabilitasnya 0% mati, serta 5% tidak normal, dan yang normal 95 %.
b.      Pada sperma manusia perokok ringan gelombang massa (+), pergerakan massanya 0%, pergerakan individunya juga 0% , viabilitas spermanya juaga 0%, secara morfolgi sperma yang mempunyai kepala besar 40%, kepala kecil 45% dan 15% ekornya bercabang.
c.       Pada sperma manusia perokok berat gelombang  massa spermanya (++),  pergerakan massanya 85%, pergerakan individunya 90% bergerak maju, 0%  bergerak mundur, 8% bergerak memutar, dan 2% bergetar, viabilitas spermanya 0% dan secara morfologi 45% berkepala kecil, 40% berkepala besar, dan 15% ekornya bercabang.
d.      Pada sperma kambing jantan berat gelombang massa spermanya tidak ada, pergerakan massa juga  tidak ada, dan pergerakan individu, viabilitasnyapun juga tidak diketahui.
3. Pengamatan morfologi
a.       Sperma manusia tidak perokok morfologi spermanya, yaitu berkepala kecil, berkepala besar, dan berekor dua.
b.      Sperma manusia perokok ringan ringan morfologi spermanya sama seperti seperma tidak perokok yaitu berkepala kecil, berkepala besar, dan ekornya bercabang.
c.       Sperma manusia perokok berat morfologi spermanya, yaitu tidak di katahui karena atau sel spermanya sudah mati, karena terlalu lama sperma berada dalam suhu yang tidak sesuai dengan suhu tubuh.
d.      Pada sperma kambing jantan bentuk morfloginya tidak di ketahui sama sekali karena sel-sel sperma sudah mati yang di sebabkan terlalu lama berada di luar suhu tubuh.
5.2 Saran
Di harapkan dalam praktikum selanjutnya lebih tertip dan ketika praktikan tidak mendaptkan bahan keskuensinya jangan pada nilai, tetapi di kasih kesmpatan pada praktikum selanjutnya, terimah kasih banyak kepada asisten yang telah mendampingi praktikan, sehingga dalam praktikum yang telah di lakukan bias berjalan dengan lancer.

DAFTAR PUSTAKA.
Blakely, J and H.D. Bade. 1994. Ilmu Peternakan Edisi Keempat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pree.
Djarubito, Mukayat.1984.Reproduksi Hewan. Surabaya: IKIP Press.
Djuhanda, T. 1981. Embrio Perbandingan. Bandung: C.V. Armico
Dorldan. 1996,  Kamus Kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed 9. Jakarta: EGC
Partodihardjo,S 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. , Jakarta: Mutiara
Rusmiati. 2007. Pengaruh Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia Sappan L)Terhadap Viabilitas Spermatozoa Mencit Jantan (Mus Musculus L). Jurnal Program Studi Biologi Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat: Kalimantan Selatan.
Sujoko, heri. 2009. Seleksi Spermatozoa Domba Garut dengan Metode Sentrifugasi Gradien Densitas Percoll. Jurnal Veteriner : Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya. Vol. 10 No. 3 : 125-132
 Toelihere. M.R. 1981. Inseminasi Buatan pada Ternak. Bandung: Penerbit Angkasa Bandung.
Toelihere. M.R. 1985. Fisiologi Reproduksi Ternak. Bandung: Penerbit Angkasa Bandung.
Yangimachi, R 1989. Sperm Capacitation and Gamete Interaction. J. Reprod. Fertil. 38 : 27
Yatim, Wildan. 1984. Embriologi untuk Mahasiswa Biologi dan Kedokteran. Bandung: Tarsito Press.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar