BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Didalam
tumbuh-tumbuhan, diperlukan adanya kekuatan agar dapat melakukan
perimbangan-perimbangan bagi pertumbuhannya. Dalam tumbuhan tingkat tinggi,
terdapat jaringan-jaringan yang memiliki fungsi khusus sebagai penyokong yang
disebut jaringan mekanik (Kartasapoetra, 1991).
Jaringan
ini biasanya terdiri dari sel-sel yang berdinding tebal dan berlignin sehingga
dapat memberi pengokohan pada batang tanaman. Berdasarkan bentuk dan sifatnya,
jaringan ini terbagi menjadi dua, yaitu kolenkim dan sklerenkim. Kolenkim
merupakan jaringan penguat yang terdapat pada organ yang masih mengalami
pertumbuhan primer sedangkan sklerenkim terdapat pada organ tumbuhan yang
mengalami pertumbuhan sekunder (proses lignifikasi/perkayuan) (Salisbury, 1995)
Jaringan penunjang tumbuhan yakni kolenkima dan
parenkima berdasarkan fungsinya dinamakan stereom. Secara ontogeny,
kolenkima berkambang dari sel-sel memanjang yang mirip prokambium dan terlihat
pada tingkat awal diferensiasi meristem atau dari sel-sel yang lebih kurang
isodiametrik pada jaringan meristem dasar (Fahn,1991).
Jaringan khusus yang bertugas memberikan pengokohan atau
kekuatan pada tubuh tumbuhan tinggi dinamakan mekanik atau penguat. Jaringan
penguata pada tumbuhan teridir atas kolenkim yang umunya memberikan pengokohan
pada bagian tumbuhan yang masih muda dan sklerenkim pada tumbuhan yang sudah
tua (Savitri,2008).
Mengingat
banyaknya jenis kolenkim dan sklerenkim baik dari asal jaringan pembentuknya
maupun bentuk morfologi serta fungsinya, maka dalam praktikum tentang jaringan
penguat ini akan diamati lebih lanjut jenis-jenis kolenkim dan sklerenkim
berdasarkan bentuk morfologi dan fungsinya.
1.2 Rumusan masalah
Permasalahan yang
ada pada laporan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1
Bagaimana jaringan penguat yang ada pada tumbuhan ?
2
Bagaimana
letak jaringan penguat pada tumbuhan ?
3
Bagaimana
penampang melintang dan membujur dari sel-sel penyusun jaringan kolenkim ?
4
Bagaimana
penampang melintang dan membujur dari sel-sel penyusun jaringan sklerenkim ?
5
Bagaimana
cara membedakan jaringan kolenkim dan jaringan skelerenkim ?
6
Bagaimana
struktur, fungsi, dan letak jaringan kolenkim dan skelerenkim dalam tubuh
tumbuhan ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari
dilakukannya praktikum ini adalah :
1.
Mengenal jaringan penguat pada tumbuhan.
2.
Mengamati letak
jaringan penguat pada tumbuhan
3.
Mengamati penampang
melintang dan membujur dari sel-sel penyusun jaringan kolenkim
4. Mengamati penampang melintang dan
membujur dari sel-sel penyusun jaringan sklerenkim
5. Membedakan jaringan kolenkim dan jaringan
parenkim
6. Menjelaskan struktur, fungsi, dan letak
jaringan kolenkim dan parenkim dalam tubuh tumbuhan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Jaringan penguat
Jaringan yang bertugas untuk
memberikan pengokohan atau kekuatan pada tubuh tumbuhan tinggi dinamakan
jaringan mekanik atau penguat. Jaringan penguat pada tumbuhan terdiri atas
kolenkim yang berfungsi memberikan pengokohan pada batang muda dan sklerenkim
pada batang yang telah mengalami proses pendewasaan (Savitri, 2008).
2.1.1 Jaringan Kolenkim
Sel-sel kolenkim bersifat hidup,
dindingnya mengandung selulosa, pectin, dan hemiselulosa. Dengan adanya dinding
semacam ini, kolenkim merupakan sel yang dapat meregang secara permanent
bersama dengan pertumbuhan organ tempat dimana kolenkim itu terdapat dan
berfungsi sebagai jaringan penyokong pada organ yang sedang tumbuh. Sel-sel
kolenkim mungkin mengandung kloroplas (Fahn, 1991).
Ditemukan pada batang, daun, bunga dan buah, umumnya terletak di perifer
(tepi) batang, tangkai daun, tangkai bunga, tulang daun. Secara fisiologis
hampir sama dengan parenkim, dibedakan berdasarkan penebalan dinding selnya.
Bentuk berupa prisma pendek atau bias panjang seperti serat dengan ujung
runcing (Savitri,2005).
Yang benar kolenkim itu memang biasanya terdapat
pada batang dan daun yaitu pada bagian perifirnya, tepat dibawah epidermis.
Kadang-kadang malah dapat pula terjadi secara terpisah dari epidermis oleh satu
atau beberapa lapisan sel-sel parenkim. Jaringan kolenkim itu terdapatnya dalam
batang kadang-kadang dapat merupakan lingkaran silindris yang berkelanjutan
atau tidak terus menerus (Sutrian,1992).
Pada
umumnya kolenkim terletak dibagian perifer batang,tangkai daun, tangkai bunga,
ibu tulang daun dan terkadang pada akar. Kolenkim dibedakan dari parenkim dari
penebalan dindingnya, meskipun secara fisiologis keduanya mempunyai persamaan.
Sel-sel kolenkim biasanya memanjang sejajar dengan poros dimana organ itu
terdapat (Sumardi, 1993)
2.1.2 Pembagian
Kolenkim
Kolenkim
tipe angular (sudut). Penebalan dinding sel terdapat pada sudut sel yang
memanjang mengikuti sumbu sel. Pada penampang melintang, penebalan sudut
terlihat ditempat pertemuan tiga sel atau lebih (Savitri,2008).
Kolenkim
anguler (kolenkim sedut), penebalan dinding terdapat pada sudut sel. Contohnya
pada daun Vitis sp. Begonea sp, Solanum tuberosum dan Atropa
belladonna(Mustofa,2009).
Kolenkim
tipe lamellar (lempeng, papan). Penebalan dinding sel terutama pada dinding
tangesial (sejajar permukaan organ), dinding radial relative tidak menebal,
susunan sel teratur menurut deretan tangesial dan tidak terdapat ruangan antar
sel. Pada penampang melintang terlihat serbagai papan yang berderet-deret. (Nugroho,
2002).
Kolenkim
lamelar (kolenkim lempeng), penebalan dinding sel terutama pada dinding
tangensial (sejajar permukaan organ ) sehingga pada irisan melintang terlihat
seperti papan yang berderet-deret. Contohnya pada kortek batang Sambucus
javanica dan Sambucus nigra (Nugroho, 2002).
Kolenkim
tipe lakunar atau tubuler, mirip dengan kolenkim sudut, namun banyak mengandung
ruang antar sel. Penebalan dinding terjadi disekitar ruang antar sel.Kolenkim
tipe anular, penebalan dinding merata sehingga ruang antar sel berbentuk
seperti pipa (Nugroho, 2002).
Kolenkim
tipe cincin, pada penampang melintang lumen sel berbentuk lingkaran atau
lingkaran. Pada waktu menjelangh dewasa terlihat bahwa karena pada tipe sudut
penebalan bersambungan pada dinding sel maka lumen tidak menyudut lagi
(Nugroho, 2002).




Tipe-tipe kolenkim. 1) Kolenkim angular. 2) Kolenkim
lamellar. 3)Kolenkim anular. 4) Kolenkim lakunar.
2.1.2 Jaringan Sklerenkim
Sel
sklerenkim mempunyai dinding yang tebal, biasanya sangat kuat dan mengandung
lignin. Dinding sel mempunyai penebalan yang bersifat sekunder. Pada waktu
dewasa sel ini umumnya tersusun atas sel yang telah mati. Yang membedakan
antara kolenkim dan sklerenkim yaitu tempat tumbuhnya. Kolenkim terdapat pada
organ yang baru tumbuh sedangkan sklerenkim terdapat pada organ yang telah
mengalami proses pendewasaan (pertumbuhan sekunder) (Sumardi, 1993).
Ada 2 jenis sklerenkim serabut dan sklereid. Serabut terletak dalam koteks, dalam floem sebagai bagian dari
floem, pada jaringan pembuluh. Dan sklereid terdapat pada berkas pengangkut
korteks batang, tangkai daun, akar, buah, biji (Savitri,2005).
Sel sklerenkim menunjukkan variasi
dalam bentuk, struktur, asal dan perkembangan. Sel sklerenkim dibedakan menjadi
sklereid dan serat (serabut) yang biasanya lebih panjang dari sklereid
(Hidayat, 1995).
1.
Serabut sklerenkim
Serabut
sklerenkim terdapat di berbagai tubuh tumbuhan, dapat berupa sel tunggal
diantara jaringan dasar, tetapi pada umumnya bergerombol membentuk pita,
anyaman, dan anyaman padat yang berbentuk silinder sejajar dengan permukaan.
Sel-sel serabut sklerenkim memanjang dengan ujung lancip. Ruang selnya sempit
dan terletak ditengah serabut. Memiliki sedikit noktah yang sudah tidak
berfungsi lagi. Jaringan ini paling banyak ditemukan didaun atau
jaringan-jaringan yang bersifat seperti parenkimdi daerah empulur dan korteks.
Pada daun tumbuhan monokotil, serabut sklerenkim tidak hanya terdapat sebagai
selubung berkas pengangkut, tetapi juga mengelompok diantara berkas pengangkut
dengan epidermis atas maupun bawah dari tulang daun (Savitri, 2008).
2.
Sklereid
Sklereid terdapat di berbagai tempat dalam tubuh tumbuhan. Biasanya
terhimpun menjadi sekelompok sel keras diantara sel parenkim sekelilingnya,
sklereid sering juga terdapat sebgai idioblas, yaitu sel yang mempunyai ukuran,
bentuk dan tebal dinding yang berbeda dari sel yang ada disekelilingnya
(Hidayat, 1995).
Berdasarkan
bentuknya, sel sklereid dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu (Savitri, 2008):
- Brakhisklereid (sel batu). Bentuknya membulat, dapat seperti sel parenkim atau bat, biasanya terdapat pada floem, korteks, kulit batang dan daging buah pada beberapa tanaman.
- Makrosklereid (sel tongkat). Bentuknya memanjang, silindris, dan berderet tegak lurus dengan permukaan biji. Sel tongkat penyusun jaringan seperti pagar pada beberapa macam biji, buah dan daun xerofit.
- Osteosklereid (sel tulang). Bentuknya memanjang dengan bagian ujung yang membesar seperti tulang paha atau tong, kadang-kadang bercabang. Sel tulang terdapat pada lapisan hypodermal beberapa kulit biji.
- Asrerosklereid (sel bintang). Bentuknya bercabang-cabang seperti bintang, ditemukan pada ruang antar sel daun dan batang xerofit.
- Triksosklereid. Bentuk bercabang-cabang sangat panjang, berujung runcing dengan jari-jari yang masuk dalam ruang antar sel.
BAB III
METODE PENGAMATAN
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum
Struktur Perkembangan Tumbuhan II tentang anatomi tumbuhan (jaringan parenkim)
ini dilakukan pada hari Senin Tanggal, 3 MEI 2010 di Laboratorium Biologi dasar
B Fakultas sains dan teknologi di Universitas Islam Negeri MALIKI Malang pada
pukul 15.30-17.00 WIB
3.2 Alat dan bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah
:
1. Mikroskop majemuk 1 buah
2. Kaca preparat 5 buah
3. Deck glass 5
buah
4. Pisau cutter 1 buah
5. Pipet tetes 1 buah
6. Kertas penghisap secukupnya
7. Pinset 2
buah
8. Kuas kecil 1
buah
9. Jarum preparat
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum
ini antara lain :
1
Tangkai
daun seledri (Apium gravolens)
2
Tangkai
daun paitan (Tithonia diversifolia)
3
Tangkai
daun kangkung(Convolvulaceae)
4
Tangkai
Daun Alamanda
carthartica
5
Daun Ki
Apu (Pistia stratiotes)
3.3 Cara kerja
3.3.1 Pengamatan Tangkai daun seledri (Apium gravolens)
1
Membuat
irisan melintang setipis mungkin pada batang seledri (Apium gravolens)
2
Mengamati
preparat tersebut dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 10.
3
Memperhatikan
Lapisan sel dibawah epidermis pada bagian rigi-riginya.
4
Melihat
bagian dinding sel yang menebal
5
Menggambar
hasil pengamatan disertai deskripsi.
6
Menunjukkan
bentuk kolenkim menurut penebalan dinding penyusunnya.
3.3.2 Pengamatan daun paitan
(Tithonia diversifolia)
1
Membuat
irisan melintang setipis mungkin pada daun paitan (Tithonia diversifolia)
2
Mengamati
preparat tersebut dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 10.
3
Memperhatikan
Lapisan sel dibawah epidermis pada bagian rigi-riginya.
4
Melihat
bagian dinding sel yang menebal
5
Menggambar
hasil pengamatan disertai deskripsi.
6
Menunjukkan
bentuk kolenkim menurut penebalan dinding penyusunnya.
3.3.3 Pengamatan Tangkai
daun kangkung (Convolvulaceae)
1 Membuat irisan setipis mungkin pada batang kangkung
2 Meletakkan irisan tersebut pada gelas benda
bersih dan telah ditetesi air, kemudian ditutup menggunakan deck glass.
3. Mengamati preparat tersebut dibawah
mikroskop dengan perbesaran 10 x 10.
4 Menunjukkan letak sel kolenkim
5 Menunjukkan tipe sel kolenkim
3.3.4 Pengamatan preparat
batang Alamanda carthartica
1
Membuat
irisan setipis mungkin pada batang alamanda
2
Meletakkan
irisan tersebut pada gelas benda bersih dan telah ditetesi air, kemudian
ditutup menggunakan deck glass.
3
Mengamati
preparat tersebut dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 10.
4
Menunjukkan
letak sel kolenkim
5
Menunjukkan
tipe sel kolenkim
6
Menggambar
hasil pengamatan disertai deskripsi.
3.3.5 Daun Ki Apu (Pistia stratiotes)
1. Membuat irisan setipis mungkin pada batang
paitan
2. Meletakkan irisan tersebut pada gelas
benda bersih dan telah ditetesi air, kemudian ditutup menggunakan deck glass.
3. Mengamati preparat tersebut dibawah
mikroskop dengan perbesaran 10 x 10.
4. Menunjukkan letak sel kolenkim
5. Menunjukkan tipe sel kolenkim
6. Menggambar hasil pengamatan disertai
deskripsi.
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Gambar pengamatan
|
Gambar literatur
|
Keterangan
|
Tangkai seledri (Apium
gravolens)
Dengan kolenkim tipe
angular
|
![]()
Tangkai seledri (Apium gravolens)
Dengan
kolenkim tipe angular (Hidayat, 1995)
|
1. Kutikula
2. Jaringan Epidermis
3. Parenkim
4. Kolenkim
5. Penebalan dinding sel
6. Jaringan Pembuluh
|
Daun Pistia stratiotes
Sklereid bertipe asteosklereid
|
![]()
Daun Pistia stratiotes
Sklereid
bertipe asteosklereid (Savitri, 2008)
|
1. Retikula atas
2. Epidermis atas
3. Epidermis bawah
4. Ruang antar sel
5. Sel parenkim
6. Kolenkim atas
7. Kolenkim bawah
|
Tangkai Alamanda carthartica
Dengan tipe kolenkim anular
|
![]()
Tangkai Alamanda carthartica
Dengan
tipe kolenkim anular(Savitri, 2008)
|
1. Kutikula
2. Epidermis
3. Kolenkim
4. Kolenkim
5. Jaringan Pengangkut
6. Kolenkim
7. Jaringan Parenkim
|
Tangkai kangkung (Convolvulaceae)
Dengan tipe kolenkim lakunar
|
![]()
Tangkai kangkung (Convolvulaceae)
Dengan
tipe kolenkim lakunar(Savitri, 2008)
|
1. Kutikula
2. Epidermis
3. Kolenkim
4. Jaringan Parenkim
5. Jaringan pembuluh
|
Batang paitan (Tithonia diversifolia)
Dengan kolenkim tipe lamelar
|
![]()
Batang paitan (Tithonia diversifolia)
Dengan
kolenkim tipe lamelar(Savitri, 2008)
|
1. Kutikula
2. Epidermis
3. Kutikula
4. Jaringan parenkim
5. Jaringan pembuluh
|
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengamatan daun seledri (Apium gravolens)
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada
batang seledri (Apium gravolens) dengan
perbesaran 10x10 dapat ditemukan antara lain kutikula, jaringan epidermis,
Jaringan pembuluh,kolenkim.Kolenkim pada batang seledri (Apium gravolens)
mempunyai bentuk bulat dengan penebalan pada sudut-sudutnya,hal tersebut menjadi lebih jelas ketika sel tersebut
berbatasan dengan sel lainnya. Kolenkim yang seperti ini disebut juga kolenkim
tipe angular.
Menurut Hidayat (1995) menerangkan Kolenkim
tipe angular (sudut), merupakan tipe kolenkim yang mengalami penebalan dinding
sel terdapat pada sudut sel yang memanjang mengikuti sumbu sel. Pada penampang
melintang, penebalan sudut terlihat ditempat pertemuan tiga sel atau lebih.
Kolenkim menyudut atau angular yaitu dengan
penebalan dinding sel terjadi secara membujur di sudut-sudut selnya. Pada
penampang melintangnya penebalan tersebut terlihat di tempat pertemuan antara
tiga sel atau lebih sel. Contoh kolenkima menyudut ditemukan pada tangkai daun Vitis,
Begonia, Coleus, Cucurbita, Morus, serta tangkai daun Cochleria
armoracia (Fahn,1991).
Hal
tersebut dikuatkan pula oleh Nugroho (2002) menerangkan bahwa Kolenkim anguler
(kolenkim sedut), penebalan dinding terdapat pada sudut sel. Contohnya pada
daun Vitis sp. Begonea sp, Solanum tuberosum dan Atropa
belladona.
4.2.2 Pengamatan Daun Ki Apu
(Pistia stratiotes)
Berdasarkan pengamatan yang telah
dilakukan pada daun Pistia stratiotes
dengan perbesaran 10x10 dapat ditemukan antara lain kutikula, jaringan
epidermis, Jaringan pembuluh,Retikula atas, sel parenkim, kolenkim atas,
kolenkim bawah,dan skelrenkim.Skelerenkim yang kami temukan mempunyai bentuk
yang panjang, bercabang-cabang membentuk susunan mirip dengan bintang dan
saling menyambung satu sama lain, karena sklerenkim yang
terkandung di dalamnya bercabang dan bentuknya seperti bintang maka sklerenkim ini termasuk jenis sklereid dengan tipe asterosklereid.
Menurut
(Savitri,2005) bahwa sklereid tipe astreosklereid bercabang dan berbentuk
seprti bintang. Misalnya terdapat pada tangkai daun dan dauj Camelia sinensis,
daun pistia (kayu api/apu-apu), tangkai daun Nymphea alba (teratai).
Hal tersebut juga diterangkan oleh Hidayat
(1995) dalam bukunya anatomi tumbuhan berbiji bahwa Asrerosklereid (sel
bintang), mempunyai bentuk yang bercabang-cabang seperti bintang, ditemukan
pada ruang antar sel daun dan batang xerofit.
4.2.3 Pengamatan Alamanda carthartica
Berdasarkan pengamatan yang telah
dilakukan pada Alamanda carthartica dengan perbesaran 10x10 dapat ditemukan antara
lain kutikula, jaringan Epidermis,Kolenkim,
Jaringan Pengangkut,Parenkim dan kolenkim. Kolenkim pada preparat batang Alamanda carthartica
yang kami amati mempunyai bentuk bulat tidak teratur dengan penebalan pada
keseluruhan dinding selnya, sehingga ruang antar sel yang dimiliki terlihat
besar dan sangat jelas. Ruang antar sel tersebut tersusun rapi seperti bentuk
pipa yang disusun berjajar. Kolenkim yang seperti ini disebut juga kolenkim
tipe anular.
Kolenkim
tipe cincin, pada penampang melintang lumen sel berbentuk lingkaran atau
lingkaran. Pada waktu menjelang dewasa terlihat bahwa karena pada tipe sudut
penebalan bersambungan pada dinding sel maka lumen tidak menyudut lagi
(Nugroho, 2002).
Kolenkim
tipe angular (sudut) adalah
kolenkim yang penebalan dinding selnya merata sehingga ruang antar sel berbentuk
seperti pipa. Penebalan dinding sel terdapat pada sudut sel yang
memanjang mengikuti sumbu sel. Pada penampang melintang, penebalan sudut
terlihat ditempat pertemuan tiga sel atau lebih (Savitri,2008).
Kolenkim
anguler (kolenkim sedut), penebalan dinding terdapat pada sudut sel. Contohnya
pada daun Vitis sp. Begonea sp, Solanum tuberosum dan Atropa
belladonna(Mustofa,2009).
4.2.2 Pengamatan preparat
batang kangkung (Convolvulaceae)
Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan pada Alamanda carthartica dengan perbesaran
10x10 dapat ditemukan antara lain Kutikula, Epidermis, Jaringan Parenkim, Jaringan
pembuluh dan Kolenkim.Kolenkim
pada preparat batang kangkung (Convolvulaceae) yang kami amati
mempunyai bentuk bulat tidak teratur dengan penebalan pada sudut-sudutnya, akan
tetapi memiliki ruang antar sel yang besar dan sangat jelas terlihat. Kolenkim
yang seperti ini disebut juga kolenkim tipe lakunar.
Kolenkim tipe lakunar atau
tubuler, mirip dengan kolenkim sudut hanya saja banayak mengandung ruang antar
sel. Penebalan terjadi pada ruang antar sel itu. Contohnya pada batang Lactuca
sp, daun Rheum sp, batang Ambrosia, batang Aster sp, tangkai daun dan batang ketela rambat (Ipomea batatas)
(Savitri,2008).
4.2.5 Pengamatan preparat
batang paitan (Tithonia diversifolia)
Kolenkim pada preparat batang paitan (Tithonia diversifolia) yang kami amati
mempunyai bentuk bulat tidak teratur dengan penebalan pada sisi atasnya
(sejajar dengan permukaan organ), kolenkim ini tidak memiliki ruang antar sel
dan bila dilihat dari atas berbentuk seperti papan yang berderet-deret.
Kolenkim yang seperti ini disebut juga kolenkim tipe lamelar.
Kolenkim tipe lamellar (lempeng, papan),
merupakan kolenkim yang mengalami penebalan dinding sel terutama pada dinding
tangesial (sejajar permukaan organ), dinding radial relative tidak menebal,
susunan sel teratur menurut deretan tangesial dan tidak terdapat ruangan antar
sel. Pada penampang
melintang terlihat serbagai papan yang berderet-deret (Sumardi, 1993).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Jaringan penguat pada tumbuhan terdiri
dari jaringan kolenkim dan sklerenkim.
2. Jaringan kolenkim biasanya digunakan
sebagai penyokong pada organ muda.
3. Sedangkan jaringan kolenkimditemukan pada
organ yang telah mengalami pendewasaan (lignifikasi).
4. Sel-sel
kolenkim bersifat hidup, dindingnya mengandung selulosa, pectin, dan
hemiselulosa.
5. Dari ketebalan dindingnya, kolenkim dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu,kolenkim angular, kaolenkim lamelar,
kolenkim lakunar dan kolenkim anular.
6. Sel sklerenkim menunjukkan variasi dalam
bentuk, struktur, asal dan perkembangan. Sel sklerenkim dibedakan menjadi
sklereid dan serat (serabut) yang biasanya lebih panjang dari sklereid
7. Sklereid dibedakan lagi menjadi beberapa
jenis menurut bentuknya, yaitu, brakhisklereid, makrosklereid, osteosklereid,
asterosklereid, dan trikhosklereid.
8. Kolenkim pada preparat batang seledri (Apium gravolens) yang kami amati mempunyai tipe kolenkim angular.
9. Kolenkim pada preparat batang kangkung (Convolvulaceae) yang kami amati mempunyai tipe kolenkim lakunar
10. Sklerenkim pada preparat buncis yang kami
amati mempunyai jenis sklereid dengan tipe osteosklereid.
11. Kolenkim pada preparat batang Alamanda
carthartica yang kami amati mempunyai tipe kolenkim anular.
12. Kolenkim pada preparat batang paitan (Tithonia diversifolia)
yang kami amati mempunyai tipe kolenkim lamelar.
13. Sklerenkim pada preparat apel yang kami
amati mempunyai sklereid dengan tipe brakhisklereid.
14. Sklerenkim pada preparat daun Pistia stratiotes yang kami amati
mempunyai jenis sklereid dengan tipe asterosklereid.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan
edisi ke tiga. Yogyakarta : UGM Press.
Hidayat, Estiti
B. 1995 Anatomi Tumbuhan Berbiji.
Bandung : Penerbit ITB.
Kartasapoetra,
Ir. A.G. 1991. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan
(tentang
Sel dan Jaringan). Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Salisbury, Frank
B. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I.
Bandung : Penerbit ITB.
Savitri, Evika
Sandi. Sp. Mp. Struktur Perkembangan
Tumbuhan (Anatomi
Tumbuhan. Malang : UIN Press.
Sumardi, Issrep.
1993. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan.
Yogyakarta :
UGM Press.
Tjitrosomo, Siti
Sutarmi. Prof. Dr. Ir. H. 1983. Botani Umum 1. Bandung :
Angkasa.
0 komentar:
Posting Komentar