A.
/Populasi
Kata populasi berasal dari bahasa latin, yaitu
populus yang berarti rakyat atau penduduk (Irwan,1992). Dalam ilmu ekologi,
yang dimaksud dengan populasi, sekelompok individu yang sejenis atau sama
spesiesnya (Irwan,1992; Heddy, Soemitro, dan Soekartomo,1986; Odum,1993).
Menurut Resosoedarmo dkk. (1986), populasi merupakan kelompok organisme sejenis
yang hidup dan berbiak pada suatu aderah tertentu, misalnya populasi
manusia di Jakarta pada tahun 2002, populasi gajah di Taman Nasional Way Kambas
pada tahun 2002, populasi badak di Ujungkulon pada tahun 2000, populasi pohon
jati di perkebunan Purwakarta pada tahun 1991. Di dalam menyebut suatu populasi
harus dilakukan dengan cara menyebut batas waktu dan tempatnya. Dengan demikian,
populasi merupakan kelompok kolektif organisme dari spesies sama yang menempati
ruang dan memiliki cirri yang merupakan milik kelompok.
Suatu organisme tidak dapat hidup sendirian,
akan tetapi harus hidup bersama-sama dengan organisme lain, baik dengan
organisme yang sejenis maupun yang tidak sejenis dalam suatu tempat tumbuh atau
habitat. Berbagai organisme besar ataupun kecil yang hidup disuatu tempat
tumbbuh akan bergabung kedalam suatu persekutuan yang disebut komunitas biotic.
Menurut Resosoedarmo dkk. (1986), semua komponen komunitas biotic terikat oleh
adanya ketergantungan antaranggota-anggotanya sebagai suatu unit. Komunitas
biotic ini terdiri atas kelompok-kelompok kecil yang anggota-anggotanya
bergabung secara erat satu sama lain, sehingga masing-masing kelompok kecil ini
menjadi lebih bersatu. Masing-masing kelompok kecil dalam komunitas biotic
dinamakan populasi. Pada populasi ini mempunyai tingkat organisasi yang lebih
tinggi dari pada individu-individu organisme yang merupakan kesatuan yang nyata
karena memiliki ciri atau karakteristik unik yang dimiliki populasi dan bukan
milik individu dalam populasi (Resosoedarmo dkk.,1986;Irwan,1992).
Suatu komunitas dapat mengkarakteristikkan suatu unit lingkungan yang mempunyai kondisi habitat utama yang seragam. Unit lingkungan ini disebut biotop. Biotop ini juga dapat dicirikan oleh unsur organismenya, misalnya padang alng-alang, hutan tusam, hutan cemara, rawa kumpai, dan sebagainya (Santoso, 1994).
Populasi
ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis (kelompok lain
yang individunya mampu bertukar informasi genetik) yang mendiami suatu ruangan
khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik
digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan
karakteristik individu dalam kelompok itu (Soegianto, 1994).
Populasi
umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi
mempertahankan ukuran poulasi mempertahankan ukuran populasi, yang relatif
konstan sedangkan populasi lain berfluktasi cukup besar. Perbedaan lingkungan
yang pokok adalah suatu eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan populasi
grouse itu. Penyelidikan tentang dinamika populasi, pada hakikatnya dengan
keseimbangan antara kelahiran dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk
memahami alam (Heddy, 1986).
Suatu tempat
disekitar kita dapat ditemukan adanya berbagai jenis organisme baik sejenis
maupun berbeda jenis yang membentuk suatu organisasi kehidupan. Mereka
berinteraksi saling mempengaruhi antara yang satu dengan yang lain dalam
berbagai bentuk (Ferial, 2013).
Suatu populasi memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh individu-individu
yang membangun populasi tesebut. Kekhasan dasar suatu populasi yang menarik
bagi seorang ekolog adalah ukuran dan kerapatannya. Jumlah
individu dalam populasi mencirikan ukurannya dan jumlah individu populasi dalam
suatu daerah atau satuan volume adalah kerapatannya. Kelahiran
(Natalitas), kematian (mortalitas), yang masuk (imigrasi), dan yang keluar
(emigrasi) dari anggota mempengaruhi ukuran dan rapatan populasi. Kekhasan lain
dari populasi yang penting dari segi ekologi adalah keragaman morfologi dalam
suatu populasi alam sebaran umur, komposisi genetik
dan penyebaran individu dalam populasi (Odum,
1993).
Suatu organisme
dikenal sebagai individu, dan populasi merupakan sekumpulan organisme sejenis
yang berinteraksi pada tempat dan waktu yang sama. Jumlah individu sejenis yang
terdapat pada satuan luas tertentu dinamakan kepadatan populasi. Antara
populasi yang satu dengan populasi yang lainnya selalu terjadi interaksi, baik
secara langsung atau tidak langsung dalam suatu komunitas. Dalam suatu
komunitas senantiasa terdapat tumbuhan, hewan dan mikroorganisme. Organisasi
kehidupan yang merupakan kesatuan komunitas-komunitas dengan lingkungan abiotik
(fisik) membentuk suatu ekosistem. Seluruh ekosistem yang ada di dunia ini
membentuk biosfer sebagai bagian permukaan bumi yang dipenuhi oleh suatu
kehidupan (Ferial, 2013).
Terdapat dua ciri dasar dari suatu populasi yaitu ciri biologi, yang
merupakan ciri yang dipunyai oleh suatu individu pembangun populasi itu, serta
ciri statistik yang merupakan ciri uniknya sebagai himpunan atau kelompok dari
individu-individu. Seperti halnya suatu individu organisme suatu populasi pun memiliki
struktur dan organisme tertentu, yang sifatnya ada yang konstan ada pula yang
mengalami perubahan sejalan dengan waktu, memiliki ontogeny atau sejarah
perkembangan kehidupan, dapat dikenai dampak faktor-faktor lingkungan dan
dapat memberikan respon terhadap faktor-faktor lingkungan (Heddy, 1986).
Kepadatan
populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah
atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau
persatuan penangkapan. Kepadatan pupolasi sangat penting diukur untuk
menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan
komunitas lainnya parameter ini tidak begitu tepat. Untuk itu biasa digunakan
kepadatan relatif. Kepadatan relatif dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan
suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut.
Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase (Soegianto, 1994).
Karakteristik populasi
1. Kerapatan
Pengukuran kepadatan bisa
menggunakan cara menghitung langsung seluruh individu yang ada di dalam batas
populasi.Pada sebagian besar kasus tidak praktis bahkan tidak mungkin untuk
menghitung semua individu yang ada di dalam populasi. Ada beberapa macam teknik
pengambilan contoh atau sampel untuk menaksir kepadatan dan ukuran total
populasi. Pada beberapa kasus ukuran populasi ditaksir dengan menggunakan
indikator tidak langsung seperti jumlah sarang atau lubang atau kotoran atau
jejak.
2.
Natalitas dan mortalitas
Sepanjang kehidupan suatu populasi, kepadatan/kerapatan
berubah-ubah karena berbagai sebab. Penambahan individu dalam populasi dapat
disebabkan oleh kelahiran dan imigrasi, dan pengurangan individu dalam populasi
dapat disebabkan oleh kematian dan emigrasi. Oleh karena itu, ukuran populasi
pada suatu waktu tertentu tergantung pada keseimbangan antara kelahiran,
kematian, imigrasi dan emigrasi. Jika jumlah populasi yang masuk lebih besar
dari pengurangan populas maka populasi dinyatakan mengalami pertumbuhan.
3.Pola penyebaran umur
Pola penyebaran umur merupakan sifat penting yang
mempengaruhi natalitas dan mortalitas. Nisbah dari perbagai kelompok umur dalam
suatu populasi menentukan status reproduktif yang sedang berlangsung dari
populasi dan menyatakan apa yang bias dihadapkan pada masa mendatang.
Pertumbuhan populasi yang berlangsung cepat akan mengandung kelompok umur muda,
populasi yang stasioner memiliki pembagian umur yang lebih merata, dan populasi
yang menurun menggambarkan sebagian besar berumur tua (tidak produktif).
4. Pola penyebaran populasi
Penyebaran (dispersi) individu-individu yang sejenis yang
membentuk populasi di dalam suatu ekosistem mengikuti tiga pola dasar yaitu
pola penyebaran terumpun, pola penyebaran seragam, dan pola penyebaran acak.
Contoh populasi acak adalah kutu beras, remis dalam lumpur. Hal ini terjadi
karena lingkungan sangat homogen.
- Pola penyebaran terumpun
Penyebaran secara berkelompok terutama disebabkan oleh
respon dari organisme terhadap perbedaan habitat secara lokal, respon dari
organisme terhadap perubahan cuaca musiman, akibat dari cara atau proses
produksi/regenerasi, sifat-sifat organisme dengan organ vegetatifnya yang
menunjang kecendrungan organisme untuk berumpun, misalnya waktu berbiak,
membentuk koloni (semut, rayap).
- Pola penyebaran seragam
Penyebaran seragam (uniform) terjadi
apabila kompetisi antar individu sangat hebat atau ada organism yang positif
yang membagi pembagian ruang yang sama. contoh: burung pinguin yang sedang
bersarang, burung kuntul yang sedang bersarang dan kecenderungan pengaturan jarak yang
beraturan pada tumbuhan yang disebabkan oleh peneduhan dan kompetisi untuk
mendapatkan air dan mineral dan beberapa tumbuhan lainnya mengeluarkan zat
kimia yang menghambat
perkecambahan tumbuhan didekatnya yang dapat bersaing untuk memperoleh sumber daya.
- Pola penyebaran acak
Penyebaran secara acak jarang terjadi di alam dan dapat
terjadi apabila lingkungan sangat seragam namun tidak ada kecenderungan untuk
berkelompok. Jadi,
pengaturan secara acak atau random ( penyebaran yang tidak dapat diprediksi dan
tidak berpola) terjadi karena tidak adanya tarik-menarik atau tolak menolak
yang kuat diantara individu dalam suatu populasi dan posisi masing-masing
individu tidak bergantung pada individu lain. Contohnya pohon dihutan kadang
tersebar secara acak akan tetapi secara keseluruhan pola acak tidak umum
ditemukan di alam dan sebagian besar populasi menunjukan paling tidak suatu
kecenderungan ke arah penyebaran terumpun atau penyebaran seragam.
5. Model
pertumbuhan populasi
Kedua kekuatan utama yang
mmpengaruhi pertumbuhan populasi, yaitu angka kelahiran dan kematian dan dapat
diukur dengan beberapa model :
a. Model
eksponensial pertumbuhan populasi menjelaskan suatu populasi ideal dan
lingkungan yg tdk terbatas (populasinya jauh lebih kecil dari daya dukung
lingkungan, K ). Dengan mengabaikan imigrasi dan emigrasi, laju pertumbuhan
suatu populasi, dinyatakan dalam notasi (r) dengan rumus :
laju kelahiran (l) – laju kematian
(m) = laju peningkatan alamiah (r)
|
b. Model
logistik pertumbuhan popoulasi menyertakan konsep daya tampung. Pertumbuhan
eksponensial tidak dapat dipertahankan tanpa batas dalam populasi apapun. Suatu model yang lebih nyata membatasi
pertumbuhan dengan menyertakan daya dukung lingkungan (K).
6. Faktor –
faktor pembatas populasi
Pertumbuhan populasi dibatasi oleh
faktor2 yang bergantung dan yang tidak bergantung pada kepadatan, yang
keutuamaan relafinya bervariasi sesuai dengan spesies dan keadaan.
- Faktor
yang bergantung pada kepadatan
1) Persaingan demi makanan
2) Kompetisi
reproduktif : suatu alternatif untuk membatasi jumlah keturunan per induk ialah
membatasi jumlah induknya.
3) Migrasi :
migrasi sering menjadi faktor utama yang tergantung pada kepadatan dalam
menurunkan ukuran populasi. Karena tingkat populasi meningkat, banyak anggota
bermigrasi.
4) Pemangsa dan
parasitisme
Predasi adalah
hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat sebab
tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga berfungsi
sebagai pengontrol populasi mangsa.
Contoh : Singa dengan mangsanya, yaitu kijang, rusa,dan burung hantu dengan
tikus.
Parasitisme adalah hubungan
antarorganisme yang berbeda spesies, bilasalah satu organisme hidup pada
organisme lain dan mengambil makanan dari hospes/inangnya sehingga bersifat
merugikan inangnya. Contoh :
Plasmodium dengan manusia, Taenia saginata dengan sapi, dan benalu dengan pohon
inang. Komensalisme adalah merupakan
hubunganantara dua organisme yang berbeda spesies dalam bentuk kehidupan
bersama untuk berbagi sumber makanan; salah satu spesies diuntungkan dan
spesies lainnya tidak dirugikan.
Ketika populasi mangsa
meningkat, pemangsa dapat memanennya dengan lebih mudah. Parasit dapat
berpindah-pindah dari individu ke individu dengan lebih mudah karena kepadatan
populasi inangnya meningkat.
5) Kompetisi
intraspesies untuk sumberdaya yang terbatas
6) Cekaman akibat
kepadatan
7) Penumpukkan
toksin yang dapat menyebabkan laju pertumbuhan populasi menurun pada kepadatan
populasi yang tinggi ketika kepadataan populasi meningkat dan akhirnya dapat
menstabilkan suatu populasi di dekat daya tampungnya.
·
Faktor Yang Tidak Bergantung Pada Kepadatan
Seperti kejadian-kejadian karena iklim dan
kebakaran atau bencana lainnya. sehingga menurunkan populasi pada masa tertentu
yang terlepas dari tingkat kepadatannya. Hal ini mendorong mortalitas yang
sedemikian luasnya sehingga mendorong populasi jauh di bawah tingkat
sebelumnya. Contoh: organisme kecil
seperti serangga yang tidak bergantung pada kepadatan yang terjadi terus
menerus secara musiman ( ukuran populasi banyak spesies ).Faktor-faktor itu
mengerahkan pengaruhnya dengan mengabaikan populasi pada saat malapetaka itu
terjadi
Penyebaran populasi dalam suatu ekosistem dapat terjadi melalui tiga pola
(Umar, 2013) yaitu:
1.
Emigrasi, yaitu pergerakan individu keluar daerah populasinya ke tempat lainnya
dan tinggal secara permanen.
2.
Imigrasi, yaitu pergerakan individu dari suatu daerah populasi lainnya dan
tinggal secara permanen.
3.
Migrasi, yaitu pergerakan secara dua arah suatu individu dari suatu daerah ke
daerah populasi lainnya secara periodik.
Struktur suatu komunitas alamiah bergantung
pada cara dimana tumbuhan dan hewan tersebar atau terpencar di dalamnya. Pola
penyebaran bergantung pada sifat fisikokimia lingkungan maupun keistimewaan
biologis organisme itu sendiri. Keragaman tak terbatas dari pola penyebaran
demikian yang terjadi dalam alam secara kasar dapat dibedakan menjadi tiga
kategori (Michael, 1994) yaitu:
1.
Penyebaran teratur atau seragam, dimana individu-individu terdapat pada tempat
tertentu dalam komunitas. Penyebaran ini terjadi bila ada persaingan yang keras
sehingga timbul kompetisi yang mendorong pembagian ruang hidup yang sama.
2.
Penyebaran secara acak (random), dimana individu-individu menyebar dalam
beberapa tempat dan mengelompok dalam tempat lainnya. Penyebaran ini jarang
terjadi, hal ini terjadi jika lingkungan homogen.
3.
Penyebaran berkelompok/berumpun (clumped), dimana individu-individu selalu ada
dalam kelompok-kelompok dan sangat jarang terlihat sendiri secara terpisah.
Pola ini umumnya dijumpai di alam, karena adanya kebutuhan akan faktor
lingkungan yang sama.
Penyebaran
adalah pola tata ruang individu yang satu relative terhadap yang lain dalam
populasi. Penyebaran atau distribusi tumbuhan dalam suatu populasi bisa
bermacam-macam, pada umumnya memperlihatkan tiga pola penyebaran, yaitu
- Penyebaran secara acak , jarang
terdapat di alam. Penyebaran ini biasanya terjadi apabila faktor
lingkungan sangat beragam untuk seluruh daerah dimana populasi berada,
selain itu tidak ada sifat-sifat untuk berkelompok dari organisme tersebut.
Dalam tumbuhan ada bentuk-bentuk organ tertentu yang menunjang untuk
terjadinya pengelompkan tumbuhan.
- Penyebaran secara merata,
umumnya terdapat pada tumbuhan. Penyebaran semacam ini terjadi apabila ada
persaingan yang kuat antara individu-individu dalam populasi tersebut.
Pada tumbuhan misalnya persaingan untuk mendapatkan nutrisi dan ruang.
- Penyebaran secara berkelompok,
adalah yang paling umum di alam, terutama untuk hewan. Pengelompokan ini
disebabkan oleh berbagai hal:
1.
Respon dari organisme terhadap perbedaan habitat secara lokal
2.
Respon dari organisme terhadap perubahan cuaca musiman akibat dari cara
atau proses reproduksi atau regenerasi.
Penyebaran populasi merupakan pergerakan individu ke dalam atau keluar dari
populasi. Penyebaran populasi berperan penting dalam penyebaran secara geografi
dari tumbuhan, hewan atau manusia ke suatu daerah dimana mereka belum
menempatinya. Penyebaran populasi dapat disebabkan karena dorongan mencari
makanan, menghindarkan diri dari predator, pengaruh iklim, terbawa air/angin,
kebiasaan kawin dan faktor fisik lainnya.
Penyebaran populasi melalui 3 cara yaitu (Taufik, 2009) :
a. Emigrasi : merupakan pola
pergerakan individu keluar daerah populasinya ke tempat lain, dan tinggal
permanen ditempat barunya.
b. Imigrasi : merupakan pola
penyebaran individu ke dalam suatu daerah populasi lain dan individu tersebut
menetap menetap ditempat baru.
c. Migrasi : merupakan pola
pergerakan individu dua arah, keluar dan masuk atau pergi dan datang secara
periodik selama kondisi lingkungan tidak menguntungkan sehingga individu suatu
populasi akan berpindah tempat. Migrasi ini dapat terjadi secara musiman atau
tahunan.
Penyebaran membantu natalitas dan mortalitas di dalam memberi wujud bentuk
pertumbuhan dan kepadatan populasi. Di dalam kebanyakan kasus beberapa individu
atau hasil-hasil refroduktifnya secara tetap meninggalkan atau memasuki
populasi (Odum, 1994).
2.4 Densitas dan Pola
Densitas adalah jumlah individu per satuan area
tertentu, sebagai contoh adalah 300 pohon Sacharum oficinarum/ha. Cara
perhitungan densitas tidak dengan menghitung semua individu yang ada dalam
suatu area. Cara yang digunakan adalah dengan menggunakan sampling area.
Luas sampling area adalah 1% dari luas area total yang diamati.
Pengamatan
area sampling dilakukan secara acak dengan penggunakan kuadrat. Kuadrat adalah
sembarang bentuk yang diberi batas dalam suatu vegetasi, sehingga penutup
seperti densitas dan dominansi dapat diperkirakan ataupun dihitung.
Ukuran kuadrat sangat tergantung
pada tipe vegetasi yang diamati. Pada tumbuhan yang anual dengan homogenitas
yang tinggi maka ukuran kuadrat dapat sangat kecil, sedangkan pada pohon dapat
digunakan ukuran 10-50 m dalam satu sisi.
Densitas dapat ditinjau dengan tanpa melihat
masing-masing jenis, data seperti ini bisa digunakan untuk menghitung jumlah
rata-rata individu dari total cuplikan. Perincian densitas per jenis,
menunjukkan populasi masing-masing jenis dan apabila dikaitkan dengan
persebaran ukuran seluruh individu dari masing-masing jenis, diperoleh
informasi tentang strategi regenerasi atau untuk upaya pengelolaan dan usaha
konservasinya, namun data densitas tidak akan berguna tanpa identitas atau
informasi dari data yang lain. Densitas suatu spesies merupakan suatu ukuran
yang statis, data yang diperoleh tidak dapat mengungkap interaksi dinamik yang
terjadi pada anggota spesies tersebut.
Pola adalah distribusi menurut
ruang. Data pola penyebaran tumbuhan dapat memberi nilai tambah pada data
densitas dari suatu spesies tumbuhan. Pola penyebaran tumbuhan dalam suatu
wilayah dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu:
a. Acak
Pola peneyebaran secara
acak dapat dilihat jika jarak , lokasi, sembarang tumbuhan tidak mempunyai arah
dan posisi terhadap lokasi spesies yang sama.
b. Mengelompok
Pola penyebaran mengelompok (Agregated atau undispersed), menunjukan
bahwa hadirnya suatu tumbuhan akan memberikan indikasi untuk menemukan tumbuhan
yang sejenis. Anggota tumbuhan yang ditemukan lebih banyak ditemukan secara
mengelompok dikarenakan ada beberapa alasan :
1) Reproduksi tumbuhan yang menggunkan
a. ruuner atau rimpang.
b. Reproduksi tumbuhan yang
menggunakan biji cenderung jatuh di sekitar induk.
2) Lingkungan /habitat mikro
pada tiap spesies yang mempunyai kesamanan pada anggota spesies. Habitat
dikatakan homogen pada lingkungan makro, namun pada lingkungan mikro sangat
berbeda. Mikrositus yang paling cocok untuk suatu spesies cenderung
ditempati lebih padat untuk spsies yang sama.
c. Teratur
Pola penyebaran teratur jika secara reguler dapat ditemui pada
perkebunan, agricultur yng lebih diutamakan efektifitas dan efisiensi
lahan.
Cara pengukuran pola
Bebrapa pengukuran pola
diantaranya adalah:
a.
Menggunaan kuadrat acak.
Pemanfaatan jumlah individu yang
berakar dalam tanah dihitung dalam kuadrat dan merupakan data pengamatan.
(observed). Data harapan dihitung dengan rumus Poison yang hanya memerlukan
jumlah rata rata tumbuhan per kuadrat. Perbedaan antara data pengamatan
daengan data harapan dinalisis dengan chi square.
Analisis dengan menggunakan kuadrat acak ini memerlukan minimal 100
kuadrat yang diletakan secara acak. Ukuran plot disesuikan dengan tipe life
form. Tumbuhan yang dianalisis sebaiknya adalah tumbuhan yang tunggal seperti
spesies Elepanthus, Tridaks procumben. Pengelompokan dengan menggunakan
klas skala B-B yang terdiri dari enam kelas
Asumsi sebaran Tumbuhan secara umum adalah mengelompok, sehingga Ho:
dikatakan sebagai spesies tumbuhan X adalah tidak mengelompok. Penggunaan rumus
poison memerlukan jumlah rerata tumbuhan per juadrat (m), bilangan
konstanta e = 2,7183, sehingga e -m = 0,21
Berdasarkan harga Σχ 2=22.9 dokonfirmasikan dengan tabel χ 2
dengan derajad bebas 3 = 11,34, maka nilai χ 2 hitung
=22.9> χ 2 tabel = 11,34. Ho ditolak, artinya HA
diterima berarti tumbuhan tsb hidup secara mengelompok.
b. menggunakan metode jarak
Metode jarak dapat digunakan dalam
perhitungan pola dengan tidak menggunakan plot. Jarak antara tumbuhan yang
salaing berdekatan dihitung dan akan dipelajari dalam teknik sampling pada bab
kemudian.
c. Frekuensi
Frekuensi dapat digunakan untuk menaksir pola,
dimana frekuensi adalah jumlah kuadrat yang berisi spesies tumbuhan tertentu.
Jika ada 50 kuadrat yang ditempatkan dilapangan area pengamatan dan 25
diantaranya ditandai dengan hadirnya spesies tertentu maka frekuensi tumbuhan
tersebut adalah 50%.
Berdasarkan densitas dan frekuensi dapat juga
digunakan sebagai prediksi untuk pola spesies tumbuhan. Sebagai contoh adalah
jika angka densitas tinngi dan frekuensi rendah maka dapat diasumsikan bahwa
tumbuhan tersebut adalah mengelompok, demian juga sebaliknya. Tetapi
penggunakan densitas dan frekuensi adalah ukuran yang tidak independen karena
masih ada faktor lain yaitu luas kuadrat yang digunakan berpengaruh terhadap
frekuensi yang hadir dalam kuadrat.
Dari ketiga kategori ini, rumpun/berkelompok adalah pola yang paling sering
diamati di lam dan merupakan gambaran pertama dari kemenangan dalam keadaan
yang disukai lingkungan. Pada tumbuhan penggerombolan disebabkan oleh
reproduksi vegetatif, susunan benih lokal dan fenomena lain. Dimana benih-benih
cenderung tersusun dalam kelompok. Pada hewan-hewan tingkat tinggi, agregasi
dapat disebabkan oleh pengelompokan sosial. Penyebaran seragam sering terjadi
di alam baik diantara hewan-hewan tingkat rendah dimana adanya seekor hewan
tidak memberikan pengaruh terhadap adanya hewan lain dengan jenis yang sama.
Pada tumbuhan, penyebaran acak seperti ini adalah umum dimana penyebaran benih
disebabkan angin (Michael, 1994).
Pola penyebaran seragam jarang terdapat pada populasi alami. Yang mendekati
keadaan demikian adalah apabila terjadi penjarangan akibat kompetisi antara
individu yang relatif ketat. Pola penyebaran acak terjadi apabila kondisi
lingkungan bersifat seragam dan tidak adanya kecenderungan individu untuk
bersegresi. Pada umumnya penyebaran acak dari hewan relatif jarang dijumpai di
alam. Kelompok-kelompok ini terjadi akibat respon individu terhadap
kondisi-kondisi lokal, perubahan cuaca harian atau musiman, proses dari
perkembangan seperti atraksi seksual untuk membentuk pasangan kawin ataupun
kelompok induk-anak, serta atraksi sosial yang merupakan agregasi aktif dan
individu membentuk suatu organisasi atau koloni tertentu, seperti pada berbagai
serangga atau hewan vertebrata tertentu (Heddy, 1986).
Suatu populasi
memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh individu-individu yang membangun
populasi tesebut. Kekhasan dasar suatu populasi yang menarik bagi seorang
ekolog adalah ukuran dan rapatannya. Jumlah individu dalam populasi mencirikan
ukurannya dan jumlah individu populasi dalam suatu daerah atau satuan volume
adalah rapatannya. Kelahiran (Natalitas), kematian (mortalitas), yang masuk
(imigrasi), dan yang keluar (emigrasi) dari anggota mempengaruhi ukuran dan
rapatan populasi. Kekhasan lain dari populasi yang penting dari segi ekologi
adalah keragaman morfologi dalam suatu populasi alam sebaan umur, komposisi
genetik dan penyebaran individu dalam populasi (Odum, 1993).
Populasi dapat konstan dapat pula berfluktuasi atau dapat pula meningkat
atau menurun terus. Perubahan-perubahan demikian merupakan fokus utama ekologi
populasi. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh empat faktor yang saling
mempengaruhi, yaitu kelahiran (natality), kematian (mortality) dan migrasi
(emigrasi dan imigrasi) (Mc Naughton, 1990).
Migrasi musiman tidak hanya memungkinkan pendudukan daerah-daerah yang akan
tidak baik dalam ketiadaan migrasi tetapi juga memungkinkan binatang-binatang
memelihara laju rata-rata kepadatan dan kegiatan yang lebih tinggi. Populasi
yang tidak bermigrasi sering kali harus menjalani pengurangan kepadatan yang
luar biasa atau melakukan semacam bentuk dorman selama periode yang tidak baik.
Orientasi dan navigasi migrasi-migrasi jarak jauh merupakan lapangan penelitian
dan teori-teori yang sangat populer, tetapi masih sedikit yang dimengerti
(Odum, 1993).
2.5 Demografi
Tumbuhan
Demografi
tumbuhan adalah perubahan dalam ukuran populasi menurut waktu.
Demografi dapat dipelajari dengan cara menentukan laju kelahiran, dan kematian
tiap umur dalam populasi . Melalui demografi dapat diproyeksikan lama
hidup suatu tumbuhan, kapan bereproduksi, seberapa banyak jumlah anak, serta
perubahan yang terjadi dalam populasi dalam satuan waktu tertentu.
Demografi
tumbuhan dapat dikaji dengan memakai model waktu kontinu atau model matriks
untuk mengungkapkan konsekuensi variasi dalam laju kelahiran dan laju kematian
suatu populasi.
Model
Continuous Time adalah model yang digunakan untuk menentukan
jumlah tumbuhan yang ada dalam beberapa waktu mendatang. Pada model ini
individu berkembang tidak dibatasi oleh lingkungan seperti kompetisi dan
keterbatasan akan suplai makanan. Laju perubahan populasi dapat dihitung jika
banyaknya kelahiran, kematian dan migrasi diketahui. Prediksi bahwa jumlah
populasi akan tumbuh secara kontinu pertama kali dicetuskan oleh Malthus
(1798).
Model Kontinu dapat diakumulasikan menggunakan
persamaan :
Nt+1= Nt + B+I-D-E
Nt :
jumlah populasi tumbuhan yang ada dalam waktu t.
B
: jumlah kelahiran per satuan waktu
I :
jumlah kedatangan per satuan waktu
D :
jumlah kematian persatuan waktu
E :
jumlah populasi yang keluar per satuan waktu.
Model
Matriks
Model matriks
adalah suatu model yang mengijinkan penentuan pertumbuhan populasi dalam
tumbuhan dengan perhitungan periode waktu tegas, dan fase yang dapat ditentukan
dari searah hidup tumbuhan.
Matriks Kolom
Matriks kolom
adalah matriks yang hanya terdiri dari satu kolom ,sedangkan matriks baris
adalah matriks yang hanya terdiri dari satu baris.Misalnya, jumlah biji (N_ ),
dalam bank biji. Jumlah tumbuhan dalam bentuk roset (N_ ) dan jumlah tumbuhan
dalam fase berbunga (N+ )
Matriks
Transisi
Suatu matriks
transisi untuk tiga stadia pertumbuhan adalah bentuk segi empat dan terdiri
atas grup nilai probabilitas yang menyajikan perubahan di mana tumbuhan dalam
stadia perkembangan tertentu akan sampai stadia perkembangan berbeda ( tetap
tinggal sama ) selama waktu antara tanggal sensus populasi.
Natalitas populasi
Natalitas, yaitu reproduksi individu baru dri
suatu populasi (Gopal dan Bhardwaj, 1979). Menurut Odum (1993), natalitas atau
angka kelahiran, yaitu kemampuan populasi untuk bertambah. Natalitas ekuivalen
dengan angka kelahiran dalam terminology (peristilahan) pengkajian populasi
manusia (demografi). Pada kenyataannya, istilah natalitas memiliki arti yang
luas meliputi produksi individu-individu baru organisme yang terjadi baik
karena dilahirkan, ditetaskan, ditumbuhkan ataupun karena pembelahan sel.
Natalitas bervariasi untuk organisme yang
berbeda dalam populasi. Banyak spesies serangga mampu meletakkan telurnya dalam
jumlah banyak (beberapa ribu telur) pada suatu waktu, sedangkan pada beberapa
spesies ikan dan mamalia, hanya memberikan sedikit keturunan pada suatu waktu.
Ada di antara tetumbuhan tertentu yang dapat menghasilkan ribuan spora atau
beberapa ratus biji. Jumlah maksimum individu baru yang dapat dihasilkan dari
tiap induk pada kondisi lingkungan yang ideal disebut natalitas potensial atau
natalitas fisiologis.
Sebagaimana densitas, bahwa natalitas dapat
dibedakan atas laju kelahiran kasar dan laju kelahiran spesifik (Gopal dan
Bhardwaj,1979).
1.
Laju kelahiran kasar, yaitu jumlah kelahiran dalam populasi, misalnya 30
kelahiran perseribu induk.
2.
Laju kelahiran spesifik, yaitu kecepatan kelahiran untuk organisme dari umur
atau jenis kelamin tertentu,
Natalitas diantara tetumbuhan secara umum
berada pada kapasitas reproduktif yang merupakan jumlah individu yang dapat
dibesarkan dari masing-masing induk setelah keberhasilan perkecambahannya.
Natalitas merupakan suatu kecepatan tumbuh
populasi yang diperoleh dari jumlah individu-individu baru yang dihasilkan
perunit waktu. Natalitas dapat diukur dan dinyatakan dengan berbagai cara
sebagai berikut (Gopal dan Bhardwaj, 1979).
Factor-faktor yang mempengaruhi natalitas
populais antara lain sebagai berikut (Wiersum,1973 dalam Alikodra, 1980).
1.
perbandingan jenis kelamin dan kebiasaan kawin. Perbandingan jenis kelamin
adalah perbandingan antara jumlah jantan dan betina dalam suattu populasi.
Untuk binatang, pada umumnya berbanding jenis kelamin dinyatakan sebagai jumlah
jantan dalam 100 ekor betina.
2.
umur perkembangbiakan maksimum, yaitu umur tertua yang dicapai suatu organisme
yang masih memiliki kemampuan berkembangbiak.
3.
umur perkembangbiakan minimum, yaitu umur temuda suatu organisme yang mulai
memiliki kemampuan berkembang biak.
4.
jumlah sarang pertahun, untuk binatang. Jumlah pasangan usia subur pertahun,
untuk manusia.
5.
jumlah anak persarang atau jumlah telur persarang, untuk binatang. Jumlah anak
tiap pasangan usia subur, untuk manusia.
6.
densitas populasi itu sendiri. Densitas populasi makin besar, maka natalitas
makin besar. Natalitas yang semakin besar, maka densitas populasi akan
meningkat.
Mortalitas populasi
Mortalitas ( angka kematian ), yaitu jumlah
individu yang mati dalam populasi untuk suatu periode waktu tertentu ( Odum,
1993; Gopal dan Bharwaj, 1979). Dapat dikatakan bahwa mortalitas merupakan
kebalikan dari natalitas, dan angka mortalitas ekuivalen dengan angka kematian pada
demografi manusia (Odum, 1993). Oleh karena itu, seperti pada natalitas bahwa
mortalitas dapat dinyatakan sebagai individu yang mati dalam kurun waktu
tertentu. Kematian merupakan keharusan bagi setiap individu dan bergantung
kepada lingkungan yang merugikan, persaingan, pemangsaan, dan penyakit. Namun
perlu diingat bahwa mortalitas itu karakteristik untuk populasi bukan
karakteristik individu karena individu hanya mati sati kali, sedangkan populasi
memiliki kematian dalam periode waktu tertentu.
Factor-faktor yang memengaruhi mortalitas dapat
dikelompokan ke dalam empat golongan sebagai berikut (Alikodra, 1980).
1.
factor-faktor yang mematikan yaitu factor-faktor yang secara langsung mematikan
atau mengurangi populasi, misalnya pemangsaan ( predasi), pemburuan, penyakit,
kelaparan dan kecelakaan.
2.
factor-faktor kesejahteraan, yaitu factor-faktor yang berhubungan dengan
kualitas lingkungan hidup, misalnya kualitas makanan, kualitas minuman,
kualitas udara, kualitas pelindung, dan kualitas ruang atau tempat hidup.
3.
factor-faktor berpengaruh, yaitu factor-faktor yang memengaruhi keadaan
kualitas dan kuantitas makanan dan minuman (air), udara, pelindung, dan ruang
atau tempat hidup. Contoh yang termasuk factor tersebut adalah kegiatan
manusia berupa usaha pengeringan, pembakaran hutan, penebangan hutan,
penggalian tambang, penggembalaan liar.
4.
kematian karena umur yang telah tua.
Penyebaran Umur
Penyebaran umur merupakan salah satu
karakteristik populasi yang memengaruhi mortalitas dan natalitas , karena
perbandinagn dari berbagai golongan umur individu-iindividu di dalam populasi
akan menetukan status reproduktif yang sedang berlangsung pada populasi dan
menyatakan kondisi yang dapat diharapkan pada mas mendatang.
Menurut Bodenheimer (1958 dalam Odum, 1993;
Gopal dan Bhardwaj, 1979), populasi dapat dibagi ke dalam tigga kelas umur
(umur ekologi), yaitu prareproduktif, reproduktif, dan pascareproduktif.
1.
prareproduktif, yaitu populasi yang sebagian besar anggotanya adalah
individu-individu yang umur muda. Populasi demikian merupakan populasi yangs
edang berkembang cepat.
2.
reproduktif, yaitu populasi yang sebagian besar anggotanya individu-individu
berumuur sama dengan umur rata-rata populasi. Dengan kata lain, populasi
tersebut memiliki pembagian umur yang lebih merata, sehingga populasi seperti
itu dikatakan dalam kondisi mantap
3.
pascareproduktif, yaitu populais yang sebagian besar anggotanya adalah
individu-iindividu berumur tua. Ppulasi demikian merupakan populasi yang sedang
menurun.
Distribusi (penyebaran) intern
Individu-individu yang ada di dalam populasi
mengalami penyebaran di dalam habitatnya mengikuti salah satu di antara tiga
pola penyebaran yang disebut pola distribusi intern. Menurut Odum (1993), tiga
pola distribusi intern yang dimaksudkan antata lain distribusi acak (random),
distribusi seragan (uniform), dan distribusi bergerombol (clumped). Ciri-ciri
dan terjadinya pola distribusi intern tersebut dapat diuraikan masing-masing
sebagai berikut
- Distribusi acak
distribusi acak terjadi apabila kondisi
llingkungan seragam, tidak ada kompetisi yang kuat antar individu anggota
populasi, dan masing-masing individu tidak memilliki kecendrungan untuk
memisahkan diri.
2. Distribusi seragam
distribusi seragam terjadi apabila kondisi
lingkungan cukup seragam diseluruh area dan ada kompetisi yang kuat antar
individu anggota populasi. Kompetisi yang kuat antar individu anggota populasi
akan mendorong terjadinya pembagian ruang sama(Odum,1993). Heddy dkk.(1986)
memberikan contoh bahwa pada hutan yang lemah maka pohon-pohon yang tinggi
hamper mempunyai distribusi seragam. Pohon-pohon dominant di hutan demikian
jarajnya teratur karena kompetisi yang sangat kuat untuk mendapatkan cahaya dan
unsure hara.
3. Distribusi bergerombol
distribusi bergerombol pada populasi merupakan
distribusi yang umum terjadi di alam, baik bagi tumbuhan maupun bagi binatang.
Distribusi bergerombol terjadi karena berbagai sebab antara lain sebagai
berikut (Heddy dkk.1986)
a.
kondisi lingkungan jarang yang seragam, meskipun pada area yang sempit.
Perbedaan kondisi tanah dan iklim pada suatu area akan menghasilkan perbedaan
dalam habitat yang penting bagi setiap organisme yang ada di dalamnya, karena
suatu organisme akan ada pada suatu area yang factor-faktor ekologinya tersedia
dan sesuai bagi kehidupannya.
b.
Pola reproduksi dari suatu individu-individu anggota populasi. Bagi tumbuhan
yangbereproduksi secara vegetatif, juga bagi binatang yang masih muda menetap
bersama dengan induknya merupakan suatu kekuatan yang mendorong terjadinya
penggerombolan.
c.
Prilaku hewan yang cenderung membentuk kesatun atau membentuk kolonimerupakan
kekuata yang mendorong terjadinya distribusi bergerombol. Demikian juga daya
tarik seksual bagi binatang merupakan kekuatan yang mendorong terjadinya
distribusi bergerombol.
Distribusi bergerombol dapat meningkatkan
kompetisi didalam meraih unrur hara, makanan, ruang, dan cahaya. Akan tetapi,
pengaruh yyang merugikan dari kompetisi itu ternyata sering kali dikompensasi
dengan sesuatu yang menguntungkan
Didalam pola distribusi bergerombol ternyata
tiap-tiap kelompok ada kemungkinan tersebar secara acak, seragam, ataupun
secara berkempul. Oleh karena itu, tipe distribusii secara keseluruhan dapat
terjadi: secara acak, seragam, bergerombol secara acak, bergerombol secara
seragam, dan bergerombol berkumpul (Odum,1993). Lebih lanjut odum (1993)
mengenukakan bahwa agregasi akan penggerombolan individu-individu organisme
anggota populasi terjadi akibat beberapa hal, antara lain :
1.
menanggapi adanya perubahan cuaca harian atau .musiman,
2.
menanggapi perbedaan kondisi habitat setempat,
3.
sebagian akibat dari proses reproduksi, dan
4.
sebagai akibat daya tarik social.
Pada populasi binatang terdapat sifat-sifat
khas yang berkaitan dengan tingkah lakunya antara lain teritorialitas, migrasi,
makan, bersarang (nesting), dan tingkah laku kawin (Gopal dan Bhardwaj, 1979).
1). Emigrasi, yaitu gerakan individu-individu
anggota populasi atau anak-anaknya atau bakal kehidupan lainnya keluar batas
daerah populasi, sehingga menyebabkan densitas populasi berkurang. Emigrasi ini
merupakan gerakan satu arah keluar batas daerah populasi.
2). Imigrasi, yaitu gerakan individu-individu
anggota populasi atau anak-anaknya atau bakal kehidupan lainnya kedalam dan
keluar batas daerah populasi, sehingga menyebabkan densitas populasi bertambah.
imigrasi ini merupakan gerakan satu arah kedalamr batas daerah populasi.
3). Migrasi, yaitu gerakan individu-individu
anggota populasi atau anak-anaknya atau bakal kehidupan lainnya kedalam dan
keluar batas daerah populasi, sehingga menyebabkan densitas populasi
berubah-ubah setiap saat. Imigrasi tersebut merupakan gerakan dua arah kedalam
dan keluar batas daerah populasi, atau merupakan gerakan datang dan pergi
secara periodic.
Disperse individu-individu anggota
populasi berpengaruh terhadap kondisi populasi seperti pada densitas populasi.
Akan tetapi, mengingat disperse populasi itu terjadi secara berangsur-angsur
sehinggah perubahan densitas populasi sering tidak dirasakan atau berpengaruh
kecil terhadap seluruh populasi terutama jika satuan populasinya besar. Hal itu
kemungkinan terjadi karena emikrasi di imbangi oleh imigrasi atau sebaliknya,
atau karena pertambahan dan pengurangan populasi di kompensasi oleh natalitas
dan mortalitas.
Berkaitan dengan nilai frakwensi suatu jenis, Kershaw
(1979) dan Crawley (1986) mengemukakan bahwa frekuensi suatu jenis dalam
komunitas tertentu besarannya ditentukan oleh metode sampling, ukuran kuadrat,
ukura tumbuhan dan distribusi spasialnya. Dalam pengambilan data praktikum ini
pemilihan metode kuadrat dan penempatannya telah dilakukan dengan prosedur yang
standar sehingga nilai frakuensi yang diperoleh diharapkan benar-benar
menggambarkan kondisi di lapangan. Demikian juga ukuran kuadrat yang digunakan
telah ditetapkan melalui penerapan metode kurva jenis area (Setiadi, 1984),
sehingga ukuran kuadrat yang digunakan telah sesuai standar yang berlaku.
Tumbuhan yang diamati merupakan salah satu spesies dari
suku Asteraceae. Asteraceae merupakan tumbuhan yang mudah dipelihara, tersebar
dimana-mana, kebanyakan tumbuh secara liar di halaman, ladang, kebun, dan
tepi-tepi jalan. Asteraceae termasuk herba perdu atau tumbuh-tumbuhan memanjat,
jarang pohon, dengan daun tersebar atau berhadapan, tunggal (Pujowati, 2006).
Sifat umum penyebaran secara acak adalah bahwa
varians (V) sama dengan rata-rata (mean) (m), varians lebih besar dari pada
mean menunjukkan penyebaran berkelompok, dan kurang dari pada mean pola seragam
(teratur). Jadi dalam penyebaran secara acak: V/m=1. Apabila dalam pengujian
uji signifikan, perbandingan varians/mean ditemukan jelas atau nyata lebih
besar dari pada 1 , penyebaran berkelompok. Namun apabila hasilnya kurang dari
pada satu, penyebaran adalah teratur. Namun apabila tidak berbeda dari 1,
penyebaran adalah acak (Samingan, 1980)
Ludwig dan Reynolds (1988) bahwa pola penyebaran tumbuhan
dalam suatu komunitas bervariasi dan disebabkan beberapa faktor yang saling
berinteraksi antara lain: (i) faktor vektorial (intrinsik), yaitu: faktor
lingkungan internal seperti angin, ketersediaan air, dan intensitas cahaya,
(ii) faktor kemampuan reproduksi organisme, (iii) faktor sosial yang menyangkut
fenologi tumbuhan, (iv) faktor koaktif yang merupakan dampak interaksi
intraspesifik, dan (v) faktor stokhastik yang merupakan hasil variasi random
beberapa faktor yang berpengaruh.
Adapun jenis tumbuhan bawah yang pola
penyebarannya seragam kemungkinan terjadi karena beberapa sebab, antara lain
karena kondisi tempat tumbuhnya relatif seragam, persaingan yang kuat
antarindividu anggota populasi terhadap sumberdaya alam, dan persaingan
antarindividu tumbuhan yang sejenis (Indriyanto, 2006). Persaingan terjadi
karena saling memperebutkan ruang, hara, cahaya, CO2, dan air.
Syafei (1994) menyebutkan bahwa faktor-faktor lingkungan
yaitu iklim, edafik (tanah), topografi dan biotik antara satu dengan yang lain
sangat berkaitan erat dan sangat menentukan kehadiran suatu jenis tumbuhan di
tempat tertentu, namun cukup sulit mencari penyebab terjadinya kaitan yang erat
tersebut.
B.
Asosiasi
1Kompetisi
Kompetisi adalah interakksi antar individu yang muncul akibat kesamaan kebutuhan akan sumberdaya yang bersifat terbatas, sehingga membatasi kemampuan bertahan (survival), pertumbuhan dan reproduksi individu penyaing (Begon et al .1990), sedangkan Molles (2002) kompettisi didefinisikan sebagai interaksi antar individu yang berakibat pada pengurangan kemampuan hidup mereka. Kompetisi dapat terjadi antar individu (intraspesifik) dan antar individu pada satu spesies yang sama atau interspesifik (Krebs, 2002; Molles, 2002)
Kompetisi dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas pada lahan dan waktu sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu spesies tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut, contohnya air, hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh (Kastono,2005).
Definisi kompetisi sebagai interaksi antara dua atau banyak individu apabila (1) suplai sumber yang diperlukan terbatas, dalam hubungannya dengan permintaan organisme atau (2) kualitas sumber bervariasi dan permintaan terhadap sumber yang berkualitas tinggi lebih banyak.organisme mungkin bersaing jika masing-masing berusaha untuk mencapai sumber yang paling baik di sepanjang gradien kualitas atau apabila dua individu mencoba menempati tempat yang sama secara simultan. Sumber yang dipersaingkan oleh individu adalah untuk hidup dan bereproduksi, contohnya makanan, oksigen, dan cahaya (Noughton, 1990).
Secara teoritis ,apabila dalam suatu populasi yang terdiri dari dua spesies , maka akan terjadi interaksi diantara keduanya. Bentuk interaksi tersebut dapat bermacam-macam,salah satunya adalah kompetisi. Kompetisi dalam arti yang luas ditujukan pada interaksi antara dua organisme yang memperebutkan sesuatu yang sama. Kompetisi antar spesies merupakan suatu interaksi antar dua atau lebih populasi spesies yang mempengaruhi pertumbuhannya dan hidupnya secar merugikan.Bentuk dari kompetisi dapat bermacam-macam. Kecenderungan dalam kompetisi menimbulkan adanya pemisahan secara ekologi , spesies yang berdekatan atau yang serupa dan hal tersebut di kenal sebagai azaz pengecualian kompetitif ( competitive exclusion principles ) (Ewusie,1990).
Kompetisi dalam suatu komunitas dibagi menjadi dua , yaitu
Kompetisi sumber daya (resources competition atau scramble atau exploitative competition ), yaitu kompetisi dalam memanfaatkan secara bersama-sama sumber daya yang terbatas
Inferensi (inference competition atau contest competition), yaitu usaha pencarian sumber daya yang menyebabkan kerugian pada individu lain, meskipun sumber daya tersebut tersedia secara tidak terbatas. Biasanya proses ini diiringai dengan pengeluaran senyawa kimia (allelochemical) yang berpengaruh negatif pada individu lain (Lamberg, 1998;kerbs, 2002; Molles, 2002)
Alelopati (Allelopathy) adalah efek negatif (menghambat perkecembahan dan pertumbuhan) yang ditimbulkan oleh suatu tanaman pada tanaman lain yang ada disekitarnya melalaui pelepasan senyawa kimia yang berasal dari proses metabolism sekunder (Muller-Dombois & Ellenberg, 1974; Soerianegara & Indrawan, 1980; Lamberrs, 1998; Muller, 1990 yang dikutip oleh Hierro & Callawai, 2003). Namun tidak semua alelopati bersifat negatif, ada beberapa senyawa alelopati yang bersifat positif baik secara langsung ataupun tidak langsung (Lambers et al. 1998; Kerbs, 2002; Ferguson & Rathinasabapathi, 2003; Broz & Vivanco, 2006).
Kompetisi adalah interakksi antar individu yang muncul akibat kesamaan kebutuhan akan sumberdaya yang bersifat terbatas, sehingga membatasi kemampuan bertahan (survival), pertumbuhan dan reproduksi individu penyaing (Begon et al .1990), sedangkan Molles (2002) kompettisi didefinisikan sebagai interaksi antar individu yang berakibat pada pengurangan kemampuan hidup mereka. Kompetisi dapat terjadi antar individu (intraspesifik) dan antar individu pada satu spesies yang sama atau interspesifik (Krebs, 2002; Molles, 2002)
Kompetisi dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas pada lahan dan waktu sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu spesies tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut, contohnya air, hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh (Kastono,2005).
Definisi kompetisi sebagai interaksi antara dua atau banyak individu apabila (1) suplai sumber yang diperlukan terbatas, dalam hubungannya dengan permintaan organisme atau (2) kualitas sumber bervariasi dan permintaan terhadap sumber yang berkualitas tinggi lebih banyak.organisme mungkin bersaing jika masing-masing berusaha untuk mencapai sumber yang paling baik di sepanjang gradien kualitas atau apabila dua individu mencoba menempati tempat yang sama secara simultan. Sumber yang dipersaingkan oleh individu adalah untuk hidup dan bereproduksi, contohnya makanan, oksigen, dan cahaya (Noughton, 1990).
Secara teoritis ,apabila dalam suatu populasi yang terdiri dari dua spesies , maka akan terjadi interaksi diantara keduanya. Bentuk interaksi tersebut dapat bermacam-macam,salah satunya adalah kompetisi. Kompetisi dalam arti yang luas ditujukan pada interaksi antara dua organisme yang memperebutkan sesuatu yang sama. Kompetisi antar spesies merupakan suatu interaksi antar dua atau lebih populasi spesies yang mempengaruhi pertumbuhannya dan hidupnya secar merugikan.Bentuk dari kompetisi dapat bermacam-macam. Kecenderungan dalam kompetisi menimbulkan adanya pemisahan secara ekologi , spesies yang berdekatan atau yang serupa dan hal tersebut di kenal sebagai azaz pengecualian kompetitif ( competitive exclusion principles ) (Ewusie,1990).
Kompetisi dalam suatu komunitas dibagi menjadi dua , yaitu
Kompetisi sumber daya (resources competition atau scramble atau exploitative competition ), yaitu kompetisi dalam memanfaatkan secara bersama-sama sumber daya yang terbatas
Inferensi (inference competition atau contest competition), yaitu usaha pencarian sumber daya yang menyebabkan kerugian pada individu lain, meskipun sumber daya tersebut tersedia secara tidak terbatas. Biasanya proses ini diiringai dengan pengeluaran senyawa kimia (allelochemical) yang berpengaruh negatif pada individu lain (Lamberg, 1998;kerbs, 2002; Molles, 2002)
Alelopati (Allelopathy) adalah efek negatif (menghambat perkecembahan dan pertumbuhan) yang ditimbulkan oleh suatu tanaman pada tanaman lain yang ada disekitarnya melalaui pelepasan senyawa kimia yang berasal dari proses metabolism sekunder (Muller-Dombois & Ellenberg, 1974; Soerianegara & Indrawan, 1980; Lamberrs, 1998; Muller, 1990 yang dikutip oleh Hierro & Callawai, 2003). Namun tidak semua alelopati bersifat negatif, ada beberapa senyawa alelopati yang bersifat positif baik secara langsung ataupun tidak langsung (Lambers et al. 1998; Kerbs, 2002; Ferguson & Rathinasabapathi, 2003; Broz & Vivanco, 2006).
2.
Macam-macam
Kompetisi
Kompetisi dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
Kompetisi intraspesifik yakni persaingan antara organisme yang sama dalam lahan yang sama
Kompetisi interspesifik yakni persaingan antara organisme yang beda spesies dalam lahan yang sama.
Intraplant competition yakni persaingan antara organ tanaman, misalnya antar organ vegetatif atau organ vegetatif lawan organ generatif dalam satu tubuh tanaman
Interplant competition yakni persaingan antar dua tanaman berbeda atau bersamaan spesiesnya (dapat pula terjadi pada intra maupun interplant competition). (Kastono , 2005)
Kompetisi dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
Kompetisi intraspesifik yakni persaingan antara organisme yang sama dalam lahan yang sama
Kompetisi interspesifik yakni persaingan antara organisme yang beda spesies dalam lahan yang sama.
Intraplant competition yakni persaingan antara organ tanaman, misalnya antar organ vegetatif atau organ vegetatif lawan organ generatif dalam satu tubuh tanaman
Interplant competition yakni persaingan antar dua tanaman berbeda atau bersamaan spesiesnya (dapat pula terjadi pada intra maupun interplant competition). (Kastono , 2005)
3.
Persaingan
intra spesifik
Pada latihan dalam laboratorium dalam persaingan intraspesifik diambil contoh hasil telur pada Drosophyla dalam kaitannya dengan rapatan populasi. Dalam percobaan ini pengaruh rapatan populasi pada kecepatan produksi telur pada lalat buah Drosophyla akan dipelajari sebagai suatu contoh persaingan intraspesifik. Tempat penimbunan telur akan dibuat tetap dan jumlah lalat betina bertambah secara logaritmik ( Michael ,1994 ).
Pada latihan dalam laboratorium dalam persaingan intraspesifik diambil contoh hasil telur pada Drosophyla dalam kaitannya dengan rapatan populasi. Dalam percobaan ini pengaruh rapatan populasi pada kecepatan produksi telur pada lalat buah Drosophyla akan dipelajari sebagai suatu contoh persaingan intraspesifik. Tempat penimbunan telur akan dibuat tetap dan jumlah lalat betina bertambah secara logaritmik ( Michael ,1994 ).
4.
Persaingan
Interspesifik
Adanya lebih dari satu spesies dalam suatu habitat menaikkan ketahanan lingkungan kapan pun spesies lain bersaing secara serius dengan spesies pertama untuk beberapa sumber penting, hambatan pertumbuhan terjadi dalam kedua spesies. Hokum Gause menyatakan bahwa tidak ada spesies dapat secara tak terbatas menghuni ceruk yang sama secara serentak. Salah satu dari spesies-spesies itu akan hilang atau setiap spesies menjadi makin bertambah efisien dalam memanfaatkan atau mengolah bagian dari ceruk tersebut dengan demikian keduanya akan mencapai keseimbangan. Dalam situasi terakhir, persaingan interspesifik berkurang karena setiap spesies menghuni suatu ceruk mikro yang terpisah (Michael, 1994).
Persaingan diantara tumbuhan secara tidak langsung terbawa oleh modifikasi lingkungan. Di dalam tanah, system-sistem akan bersaing untuk air dan bahan makanan, dan karena mereka tak bergerak, ruang menjadi faktor yang penting. Di atas tanah, tumbuhan yang lebih tinggi mengurangi jumlah sinar yang mencapai tumbuhan yang lebih rendah dan memodifikasi suhu, kelembapan serta aliran udara pada permukaan tanah (Michael, 1994).
Adanya lebih dari satu spesies dalam suatu habitat menaikkan ketahanan lingkungan kapan pun spesies lain bersaing secara serius dengan spesies pertama untuk beberapa sumber penting, hambatan pertumbuhan terjadi dalam kedua spesies. Hokum Gause menyatakan bahwa tidak ada spesies dapat secara tak terbatas menghuni ceruk yang sama secara serentak. Salah satu dari spesies-spesies itu akan hilang atau setiap spesies menjadi makin bertambah efisien dalam memanfaatkan atau mengolah bagian dari ceruk tersebut dengan demikian keduanya akan mencapai keseimbangan. Dalam situasi terakhir, persaingan interspesifik berkurang karena setiap spesies menghuni suatu ceruk mikro yang terpisah (Michael, 1994).
Persaingan diantara tumbuhan secara tidak langsung terbawa oleh modifikasi lingkungan. Di dalam tanah, system-sistem akan bersaing untuk air dan bahan makanan, dan karena mereka tak bergerak, ruang menjadi faktor yang penting. Di atas tanah, tumbuhan yang lebih tinggi mengurangi jumlah sinar yang mencapai tumbuhan yang lebih rendah dan memodifikasi suhu, kelembapan serta aliran udara pada permukaan tanah (Michael, 1994).
Namun hubungan atau interaksi antar satu sama lain, dapat menguntungkan satu pihak, kedua pihak, maupun merugikan salah satu pihak. Maka dari itu kami akan membahas secara runtut dan berurut antara lain :
Tipe-tipe interaksi antar-spesies dan
persaingan intra-interspesifik.
Pembahasan pertama yakni tipe - tipe interkasi antar-spesies, dalam interaksi ini secara teori, spesies-spesies dalam suatu populasi saling berinteraksi satu dengan lainnya. Dan membentuk interaksi yang positif, negatif, maupun nol. Dari bentuk interaksi tersebut terdapat 9 kombinasi yang dapat dibagi menjadi berikut:
1. Neutralisme, yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies yang masing-masing tidak terpengaruh oleh adanya asosiasi.
2. Kompetisi ( tipe gangguan lansung), yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies yang masing-masing langsung saling menghalangi secara aktif.
3. Kompetisi (tipe penggunaan sumberdaya alam), yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies dalam penggunaan sumberdaya alam yang persediaannya berada dalam kondisi kekurangan.
4. Amensalisme, yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies yang berakibat salah satu pihak dirugikan, sedangkan pihak lainnya tidak terpengaruh oleh adanya asosiasi.
5. Parasitisme, yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies yang berakibat salah satu pihak (inang) dirugikan, sedangkan pihak lainnya (parasit) diuntungkan.
Pembahasan pertama yakni tipe - tipe interkasi antar-spesies, dalam interaksi ini secara teori, spesies-spesies dalam suatu populasi saling berinteraksi satu dengan lainnya. Dan membentuk interaksi yang positif, negatif, maupun nol. Dari bentuk interaksi tersebut terdapat 9 kombinasi yang dapat dibagi menjadi berikut:
1. Neutralisme, yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies yang masing-masing tidak terpengaruh oleh adanya asosiasi.
2. Kompetisi ( tipe gangguan lansung), yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies yang masing-masing langsung saling menghalangi secara aktif.
3. Kompetisi (tipe penggunaan sumberdaya alam), yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies dalam penggunaan sumberdaya alam yang persediaannya berada dalam kondisi kekurangan.
4. Amensalisme, yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies yang berakibat salah satu pihak dirugikan, sedangkan pihak lainnya tidak terpengaruh oleh adanya asosiasi.
5. Parasitisme, yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies yang berakibat salah satu pihak (inang) dirugikan, sedangkan pihak lainnya (parasit) diuntungkan.
6. Predasi atau pemangsaan, yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies yang salah satu pihak (prey, organisme yang diomangsa), sedangkan pihak lainnya
(predator, organisme yang memangsa)
beruntung.
7. Komensalisme, yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies yang salah satu pihaknya beruntung, sedangkan pihaknya lainnya tidak terpengaruh oleh adanya asosiasi.
8. Protokooperasi, yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies yang masing-masing memperoleh keuntungan karena adanya asosiasi. Tetapi asosiasi yang terjadi tidak merupakan suatu keharusan.
9. Mutualisme, yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies yang masing-masing memperoleh keuntungan oleh adanya asosiasi dan masing-masing spesies memang saling membutuhkan dan merupakan suatu keharusan untuk berasosiasi.
7. Komensalisme, yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies yang salah satu pihaknya beruntung, sedangkan pihaknya lainnya tidak terpengaruh oleh adanya asosiasi.
8. Protokooperasi, yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies yang masing-masing memperoleh keuntungan karena adanya asosiasi. Tetapi asosiasi yang terjadi tidak merupakan suatu keharusan.
9. Mutualisme, yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies yang masing-masing memperoleh keuntungan oleh adanya asosiasi dan masing-masing spesies memang saling membutuhkan dan merupakan suatu keharusan untuk berasosiasi.
Persaingan Pupulasi
Menurut gopal
dan bhardwaj (1979), persaingan yang dilakukan organisme-organisme dapat
memperebutkan kebutuhan ruang (tempat), makanan, unsure hara, air, sinar,
udara, agen penyerbukan, agen dispersal, atau faktor-faktor ekologi lainnya
sebagai sumber daya yang dibutuhkan oleh tiap-tiap organisme untuk hidup dan
pertumbuhannya.
Harper(1961) dalam dede setiadi,1989, menyatakan bahwa persaingan antar jenis digunakan untuk menggambarkan adanya persaingan antara individu-individu tanaman yang sejenis. Persaingan antar jenis terdiri atas:
Harper(1961) dalam dede setiadi,1989, menyatakan bahwa persaingan antar jenis digunakan untuk menggambarkan adanya persaingan antara individu-individu tanaman yang sejenis. Persaingan antar jenis terdiri atas:
1. Persaingan aktivitas dan
2. Persaingan sumberdaya alam.
Selain itu masih banyak faktor yang dapat mempengaruhi besarnya dampak yang dihasilkan dari persaingan intra-spesifik ini. Karena menyangkut persaingan individu sejenis maka kita dapat mengesampingkan faktor fisik dari individu tersebut. Sedangkan kita fokus ke cara bersaing individu tersebut satu sama lain.
namun karena kali ini penulis tidak punya cukup waktu maka kita akan membahas persaingan intra-spesisifik dari persaingan antar-tumbuhan. Menurut kershan(1973), mengemukakan bahwa persaingan antar jenis yang terdiri atas fase sedling sangat menentukan jumlah tanaman yang dapat hidup sampai tingkat dewasa.
E.
Persaingan Intraspesifik Dan Interspesifik
Jika kita membicarakan mengenai interaksi
tumbuhan apakah itu pada tingkat individu maupun populasi, mereka itu dikaji
dalam keadaan terisolasi, pada kenyataannya di alam , kajian terisolasi itu
hampit tidak ada , karena baik itu sebagai individual ataupun populasi,mereka
senantiasa melakukan interaksi dengan organiisme lain.paling tidak dengan
unsure biotic atau non biotic.
Interaksi antar anggota individu dalam suatu
populasi dikenal sebagai interaksi intraspesies. Sementara interaksi antar
anggota dari 2 spesies yang berbeda disebut sebagai interaksi
interspesies.selanjutnya komunitas di alam terdiri lebih dari 1 populasi
tumbuhan,
Interaksi antara berbagai jenis populasi
tumbuhan dapat mengubah potensi genetis dari tiap spesies(optimum fisiologis
dan kisarannya) untuk menghasilkan komunitas yangberdasarkan optimum ekologis
dan kisaran ekologis.
F. Faktor Faktor
Yang Mempengaruhi Interaksi
Interkasi yang mengacu pada persaingan
intraspesifik dan interspesifik pada tumbuhan di pengaruh oleh beberapa faktor.
Persaingan
intraspesifik merupakan persaingan yang merupakan salah satu bentuk interaksi
yang lebih tinggi tingkat kompetisi nya karena pada persaingan intraspesifik
memiliki kebutuhan yang sama,
adapun persaingan pada tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1. Jenis tanaman : sifat-sifat biologi tanaman, system perakaran, bentuk pertumbuhan dan fisiologi tumbuhan. Misal sistem perakaran tanaman ilalang yang menyebar luas menyebabkan persaingan dalam memperebutkan unsure hara. Bentuk daun yang lebar seperti daun talas menyebabkan laju transpirasi yang tibggi sehingga menimbulkan persaingan dalam memperebutkan air.
adapun persaingan pada tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1. Jenis tanaman : sifat-sifat biologi tanaman, system perakaran, bentuk pertumbuhan dan fisiologi tumbuhan. Misal sistem perakaran tanaman ilalang yang menyebar luas menyebabkan persaingan dalam memperebutkan unsure hara. Bentuk daun yang lebar seperti daun talas menyebabkan laju transpirasi yang tibggi sehingga menimbulkan persaingan dalam memperebutkan air.
2. Kepadatan tumbuhan : jarak yang sempit antar tanaman pada suatu lahan menyebabkan persaingan terhadap zat-zat makanan hal ini karena zat hara yang tersedia tidak mencukupi bagi pertumbuhan tanaman.
3. Penyebaran tanaman: penyebaran tanaman dapat dilakukan melalui penyebaran biji dan melalui rimpang(akar tunas). Tanaman yang penyebarannya dengan biji mempunyai kemampuan bersaing yang lebih tinggi dari tanaman ynag menyebar melalui rimpang. Namun demikian persaingan penyebaran tanaman tersebut sangat dipengaruhi factor-faktor lingkungan lain seperti suhu, cahaya, oksigen dan air.
4. Waktu: adalah lamanya tanaman sejenis hidup bersama. Peruode 25-30% pertama dari daur tanaman merupakan periode yang paling peka terhadap kerugian yang disebabkan oleh persaingan.
Faktor faktor lain yang memepengaruhi kompetisi
tumbuhan antara lain :
Jarak antara faktor tumbuh yang terbatas, yaitu
Unsure hara
Cahaya
Co2
Ruang
Besarnya daya
competitor faktor – faktor antara lain :
Jumlah individu
dan berat tanaman competitor
Siklus hidup
tanaman competitor
Periode tanaman
Jenis tanaman
0 komentar:
Posting Komentar