RSS

study lapangan


LAPORAN OBSERVASI
KULIAH KERJA LAPANGAN ( KKL )
TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH
Algae of Kondang Merak Beach

Pembimbing:
1.      Drs. Sulistjono, M.Si
2.      Ainun Nikmati Laily, M.Si

Oleh:
KARINA PUSPA GALIH
11620023





 



JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM
November 2012



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Indonesia memiliki banyak daerah pesisir yang banyak terkandung biota-biota laut serta tumbuhan laut yang perkembangannya pesat. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki iklim tropis yang cocok untuk pertumbuhan baik pertumbuhan tanaman laut maupun biota laut khususnya. Di Pantai Kondang Merak yang berada di daerah kabupaten Malang merupakan salah satu jalur Pantai Selatan yang masih memiliki banyak tumbuhan laut dan biot-biota laut yang banyak masih bisa dijumpai ditempat ini.
Menurut Praktikan di tempat ini yakni Pntai Kondang merak masih menyimpan banyak jenis alga yang mana sudah diketahui spesiesnya taupun yang hanya diketahui genusnya, karena di pantai ini terlihat banyak sekali spesies dari Ulva lactuca yang masih berkembang pesat , sehingga pada saat pantai dalam keadaan surut terlihat jelas berbagai macam jenis alga yang terlihat. Untuk itu praktikan berharap dalam KKL ini mampu atau bbisa membedakan jenis-jenis maupun divisi pada alga.
1.2  Tujuan
Tujuan dari pada praktikum ini adalah: Study lapangan keanekaragaman alga yang berhabitat di zona pasang surut pantai Kondang Merak Kabupaten Malang Selatan.
1.3  Manfaat
Manfaat dari Study Lapangan ini yaitu agar mahasiswa mampu dan memahami keanekaragaman alga di zona pasang surut pantai Kondang Merak Kabupaten Malang Selatan







BAB II
METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat
            Keuliah Kerja Lapangan atau yang disingkat dengan KKL Alga ini dilaksanakan pada tanggal 15-16 November 2012 yang bertempat di Pantai Kondang Merak, sedangkan pengamatan dilakukan di laboratorium Ekologi Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
2.2 Alat dan Bahan
2.2.1    Alat
      -           Toples                                                              3 buah
  -           Alat tulis                                                         secukupnya
-           Alat dokumentasi                                            1 buah
2.2.2    Bahan
-           Asam asetat                                                     5 ml
-           Formalin                                                          10 ml
-           Alkohol 80 %                                                  50 ml
-           Alkohol 70 %                                                  secukupnya
-           Tembaga sulfat                                                0,2 gr
-           Aquades                                                          35 ml
-           Alga yang diidentifikasi                                 3 sp

2.3 Langkah Kerja
1.      Direndam alga di dalam larutan fiksatif yang telah ditambahkan larutan tembaga sulfat. Perendaman selama 48 jam
·         Larutan fiksatif  untuk memfiksasi alga:  Asam asetat glacial 5 ml
Formalin 10 ml
Etil alcohol atau alcohol 80% 50 ml
·         Larutan tembaga sulfat untuk mempertahankan warna :
 Tembaga sulfat 0,2 gr
Aquades 35 ml
2.      Dibuang larutan fiksatif setelah 48 jam
3.      Diisi toples dengan alcohol 70% sebagai pengawet
4.      Dimasukkan alga ke dalam toples
5.      Ditutup toples yang berisi alga tersebut
6.      Diberi label dengan nama spesies alga 


BAB III
HASIL
3.1     Gracilaria coronopifolia
3.1.1 Gambar pengamatan


hasil pengamatan






  gambarliteratur

3.1.2 Klasifikasi
Kerajaan:             Plantae
Divisi:  Rhodophyta
Kelas:  Rhodophyceae
Bangsa:              Gracilariales
Suku:   Gracilariaceae
Marga:            Gracilaria
Jenis:Gracilaria coronopifolia J. Agardhv
(Odum,1993)
3.1.3 Pembahasan
            Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh praktikan pada jenis alga Rhodophyta ini, diketahui bahwasanya  alga ini menempel pada batu atau karang saat ditemukan di pantai kondang merak. Jenis Gracilaria  ini memiliki warna hijau kecoklatan  namun pada saat diamati di dalam laboratorium warnanya berubah menjadi hijau pucat dikarenakan terjadi kesalahan dalam pembuatan larutan FAA yang menyebabkan partikel atau pigmen yang dominan menjadi menyebar, yang mana pada saat direndam dengan larutan FAA semua jenis alga dalam 1 pigmen dicampur. Gracilaria ini memiliki panjang keseluruhan 6,5 cm dimana antara blade dan stipe tidak dapat dibedakan sedangkan holdfastnya memiliki panjang 2,5 cm. Memiliki tekstur yang berbentuk silindris agak keras dengan percabangan dikotom yaitu percabangan yang hanya bercabang dua. Gracilaria ini juga memiliki serabut-serabut kecil yang saling menempel pada bagian stipe dan blade yang tidak bisa dibedakan tadi.
Ganggang ini memiliki talus yang tumbuh tegak cartilaginous (seperti tulang rawan), berwarna coklat kehijauan sampai cokelat gelap atau ungu.memiliki tinggi berkisar 14 cm. Diameter cabang berukuran 1,5-2,2 mm Melekat pada holdfast kecil berbentuk sepert cakram. Percabangan talus berbentuk dikotom yang berulang-ulang. Ganggang ini dimanfaatkan untuk bahan makanan manusia dengan kandungan mineral seperti Ca, K, Mg, Na, Cu, Fe, Zn, protein dan vitamin C serta sebagai sumber pembuatan agar-agar (Lunning,1990 ).
Thalli silindris, licin, warna coklat-hijau atau coklat kuning (pirang), menempel pada substrat dengan cakram kecil. Percabangan mendua bagian (dichotomous) berulang -ulang. Umumnya rimbun pada porsi bagian atas rumpun. Warna hijau-pirang. Panjang thalli ( Kennish,2001 )
Habitat di laut. Tubuhnya bersel banyak. Mempunyai klorofil a dan d, pigmen tumbuhan fikosianin, fikoerithrin. Contoh: Eucheuma spinosum (bisa dibuat agar-agar), Gelidium sp, dan Gracillaria sp (Lunning,1990)

Telah diteliti secara fitokimia dan karakterisasi rumput laut Gracilaria coronopifolia J. Agardh (Rhodophyceae). Dari hasil pemeriksaan unsur anorganik menunjukkan kadar kalsium tertinggi (0,78persen). Dari ekstrak etanol diisolasi dua senyawa steroida, dari ekstrak n-heksana diisolasi satu senyawa steroida dan satu senyawa hidrokarbon yang mempunyai gugus keto alifatik jenuh. Salah satu steroida yang diperoleh dari ekstrak etanol sama dengan steroida yang diperoleh dari ekstrak n-heksana dan diidentifikasi sebagai kolesterol, yang lainnya senyawa turunan kolestan yang mempunyai dua ikatan rangkap. Dari fraksi etilasetat diisolasi satu senyawa yang diduga asam fenolat,(Kennish,2001)

3.2     Kappaphycus cottonii
3.2.1  Hasil pengamatan

hasil pengamatan
gambar literatur







3.2.2  Klasifikasi
Kerajaan Plantae
Divisi:Rhodophyta
Kelas:Rhodophyceae
Bangsa:Gigartinales
Suku:Solieriaceae
Marga:Kappaphycus
Jenis:Kappaphycus cottonii (Odum , 1993)
3.2.3  Pembahasan
              Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh praktikan pada jenis alga ini , didapatkan hasil bahwasanya alga ini ditemukan dalam keadaan tidak menenmpel pada batu atau karang laut melainkan telah mengapung di air. Alga ini memiliki warna asli merah kehitaman namun setelah direndam dengan FAA warnanya berubah menjadi hijau daun. Memiliki panjang 5 cm dimana antara blade dengan stipe tidak dapat dibedakan sedangkan panjang holdfastnya 2 cm. Memiliki tekstur keras dengan berbentuk silindris serta membentuk cakram pada  bentukan seluruhnya.
Ciri-ciri umum. Alge tumbuh tegak, rimbun, melekat pada substrat dengancakram perekat, warna kemerahan, kecoklatan, kadang kehijauan, tinggi mencapai20-25 cm. Thalli silindris, sumbu utama bisa mencapai diameter 10-15 mm, thallikaku dan kuat (  Nybakken,1992 )
Kappaphycus spp. dapat ditemukan di karang-karang yang tajam atau yangrata di kedalaman 1 sampai 17meter di zona pasang surut yang selalu terendamhingga di zona subtidal. Sering ditemukan sebagai koloni bahkan kadang mirip suatu padang alge. Lebih menyukai perairan yang terlindung daripada perairanyang terbuka dan berombak besar(Romimohtarto,2001 )
Kappaphycus cottonii bukanlah nama asli dari spesies alga merah ini,pemakaian cottonii lebih kepada nama perdagangan. Nama asli dari Kappaphycuscottoni  adalah Kappaphycus alvarezii. Spesies ini sangat cepat berkembang danber-regenerasi sehingga spesies ini merupakan spesies peng-invasi. KemampuanKappaphycus spp. tumbuh yang dapat melebihi batas bisa membahayakan koral-koral yang di tumpanginya (Nybakken,1992   )
Sebagai salah satu jenis spesies alga merah, jenis kelamin mereka terpisahantara alga satu dengan yang lain. Alga ini menghasilkan sel gamet (sepertisperma dan sel telur) yang mengandung setengah kode genetik (1n). Ketika gamet ini terbuahi, mereka berkembang menjadi carposporophyte (2n) yang sering ditemui di dalam cystocarp. Spora ini kemudian hanyut terbawa air dan menempeldan kemudian berkembang menjadi tetrasporophyte (2n). Terkadang,tetrasporophyte ini terlihat identik dengan induknya, kejadian ini sering disebut alternasi isomorpik. Namun, ada pula yang berbeda sama sekali. Tetrasporophyteini kemudian menghasilkan spora 1n melalui pembelahan meiosis. Spora inidisebut tetrasporangia. Spora ini kemudian di lepaskan kembali dan hanyutterbawa air dan menempel lagi. Dengan ini siklus perkembangan terulang lagi (Romimohtarto,2001)
Karena algae merupakan salah satu jenis spesies tumbuhan sederhana yangmemiliki klorofil, maka Kappaphycus cottonii merupakan penyedia oksigen bagilingkungan sekitarnya. Selain itu, peranannya dalam lingkungan sebagai penyediamakanan bagi makhluk hidup (  Romimohtarto,2001)
3.3  Laminaria sp
3.3.1 Hasil pengamatan
Gambar pengamatan
Gambar literatur
DSC02602.JPG
images.jpg
(Smith,1955)

3.3.2 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
            Divisi : Phaeophyta
                        Kelas: Rhodophyceae
                                    Ordo: Laminariales
                                                Famili: Laminariaceae
                                                            Genus: Laminaria sp
                                                                        Species: Laminaria sp
                                                                        (Odum,1993)
3.3.3 Pembahasan
            Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh praktikan pada jenis alga Laminaria sp ini didapatkan hasil bahwasanya pada alga ini ditemukan tidak dalam keadaan melekat pada substrat yakni pada batu atau karang. Saat keadaan diambil dari laut , alga ini memiliki warna merah kecoklatan  namun setelah melalui proses pengawetan dengan larutan FAA dan Alkohol 70 % warnanya menjadi berubah coklat kehitaman, hal ini dikarenakan pada saat pengawetan dengan larutan FAA dalam keadaan tercampur dengan alga yang lain sehingga warna atau pigmen yang dominan menyebar dan mempengaruhi pigmen dari alga yang lain. Memiliki panjang blade 23 cm dengan lebar 4,5 cm, panjang stipe 3 cm dengan panjang holdfast 0,4 cm. Pada bagian blade memiliki bintik-bintik dan berbentuk seperti lembaran daun sedangkan teksturnya seperti kulit.
            Reproduksi seksual oogamus, antherozoid yang diproduksi oleh gametofit jantan dan telur diproduksi di oogonium oleh gametofit betina. Pemupukan dilakukan dengan sebagian telur diekstrusi dari oogonium dan zigot berkembang untuk membentuk sporofit. Pada sporofit mengembangkan sporangia pada permukaan p0isau di unilocular sporangia, isi dari sporangia membelah dan membentuk zoospora meitically flagel yang haploid. Zoospora ini berenang menjauh dan akhirnya menetap dan berkembang menjadi thalli gametangial. Saprofit adalah fase gametofit dominan dan merupakan fase mikroskopis (Karmana, 1987 )
Laminaria sp memiliki bentuk morfologi, warnanya di dominasi oleh pigmen warna cokelat  selain klorofil. Organisme ini berbentuk seperti batang atau lembaran dan sebagian telah memiliki bagian yang berbentuk menyerupai batang, akar , dan daun pada tumbuhan (Kimball, 1999)
Pertumbuhan terjadi pada bagian yang meristematik yang letaknya interkalar dan biasanya terletak di antara tangkai dan lembaran. Sporofit mempunyai sporangia yang unilokuler dan terkumpul dalam suatu “Sorus” pada permukaan lembaran. Beberapa marga tertentu, sporangianya terletak pada suatu lembaran khusus (sporofit). Gametofit dari Laminariales berupa gilamen yang mikroskopik ( Kimball,1999                                      )
Terkenal dengan sebutan palm laut dan merupakan “kelp” yang paling kecil, tumbuh di daerah batas pasang surut di pantai berkarang yang dihadaptkan pada pukulan ombak di Laut. Laminaria sp sangat berperan bagi manusia dijadikan sebagai bahan untuk medis dan kecantikan (Dewi,2006)

















BAB IV
PENUTUP
4.1       Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh praktikan , didapatkan hasil bahwasanya:
1.                  Di habitat zona pasang surut pantai Kondang Merak terdapat banyak terdapat species yang masih asli dan masih berpopulasi di tempat ini.
2.                  Di pantai Kondang Merak masih ditemukan alga dari beberapa divisi diantaranya Chlorophyta , Rhodophyta, dan Phaeophyta.
3.                  Pada species yang diamati oeh praktikan ditemukan ciri-ciri sebagai berikut:
a.        Gracilaria coronopifolia J. Agardhv
Pada alga ini memiliki warna asli merah kecoklatan dengan blade dan stipe nya tidak dapat dibedakan, yang mana memiliki tekstur keras berbentuk silindris dengan percabangan dikotom. Juga memiliki serabut kecil yang menyatu pada bagian stipe dan blade yang tidak dapat dibedakan tadi.
b.      Kappaphycus cottionii
Pada alga ini memiliki warna asli merah kehitaman dengan blade dan stipenya tidak dapat dibedakan, memiliki tekstur keras yang silindris pendek. Tidak memiliki percabangan yang teratur.
c.       Laminaria sp
Pada alga ini memiliki warna asli merah kecoklatandengan blade yang berbentuk seperti lembaran daun dengan tekstur seperti kuit yang mana pada bagian bladenya terdapat bintik-bintik yang merupakan tempat spora.

4.2       Saran
            Untuk semuanya memang sudah baik namun praktikan kurang teliti dan hati-hati dalam pencampuran larutan fiksasi sehingga pigmen dari alga menjadi bercampur dan sulit untuk diidentifikasi.




















Daftar Pustaka
Dewi, Puspita. 2006. Keanekaragaman Alga Makroskopis Pada Zone Litoral di Beberapa Pantai Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng
Indriani, Hety dan Sumiarsih, Emi. 1997. Budidaya, Pengolahan, dan Pemasaran Rumput Laut. Jakarta: Penebar Swadaya
Jelantik Swasta, Ida Bagus. 2003. Diktat Ekologi Hewan. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja
Jelantik Swasta, Ida Bagus. 2003. Tinjauan Singkat Tentang Aspek Biologi dan Ekologi Rumput Laut. Makalah Seminar..
Karmana, Biologi (Bandung: Ganca Exact, 1987), h. 73
Kimball, J,W. Biologi edisi kelima jilid 3. Jakarta: Erlangga. 1999
Kennish, Michael J. 2001. Practical Handbook of Marine Science. London: CRC Press
Lunning, Klaus. 1990. Seaweeds: Their Environment, Biogeography, and Ecophysiology. Canada: John Wiley and Sons, Inc.
McNaughton, S. J. and Larry L Wolf. 1973. General Ecology. Rinehart and Winstons, Inc.
Nybakken, James W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: Gramedia
Odum, Eugene P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: Gajah Mada University Prees
Romimohtarto, Kasijan dan Sri Juwana. 2001. Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Jakarta: Djambatan
Smith, G. M. 1955. Criptogamic Botanie Algae and Fungi. New Delhi: Tata Mc. Grraw Hill Publising Company. Ltd








  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar